.jpg)
Kata “Cinta” sering terdengar di telinga. Padahal, pengertian “cinta” belum tuntas, sejak zaman kuno hingga sekarang ini. Tapi tidak mengapa. Cinta di sini dapat dipahami apapun, seperti energi positif, kebaikan, doa, dan entah apa lagi.
Seorang mahasiswa latihan menulis artikel ilmiah. Ku sampaikan modul latihan mencakup tahapan. Ia mengirim tahap 1 dan tahap 2 melalui email. Kiriman itu muncul di notifikasi handphone ketika ku hampir terlelap.
Baru esok pagi ku buka email melalui laptop. Ku baca dengan teliti untuk memulai review. Ku simak huruf demi huruf dan kata demi kata. Ku periksa kesalahan-kesalahan sederhana, seperti huruf kapital, huruf kecil, dan typo. Ku cermati pula kalimat dan paragraf. Ku koreksi kesalahan-kesalahan titik, koma, dan tanda baca lainnya. Ku dengarkan bunyi kalimat apakah telah mewakili maksud. Lalu bergeser ke dalam paragraf apakah kalimat yang satu dan kalimat yang lain saling berhubungan dalam memerankan satu adegan. Bahkan, ku lihat kutipan apakah rujukannya valid dan otentik. Tadi pagi memang hari yang cerah dan indah untuk menyampaikan pesan tentang arti kerapian dalam latihan menulis artikel.
Ku kirim ulang email sebagai balasan sebelum beranjak ke tempat kerja. Di atas itu adalah article clinic, treatment, detoks dan styling tulisan serta umpan balik (feedback). Itulah saluran “cinta.” Meskipun dalam belajar memerankan saluran “cinta” ini jiwa ku tak sesabar punggung kursi yang setia menopang tubuhku dalam waktu beberapa lama.
