"Rin, lihat stabiloku?" Kata Nadia tanpa menoleh ke arah aku karena sedang khusyuk buat catatan. Di kelas dia tekun catat materi dosen dan dia catat ulang sepulang kuliah. Dia bubuhi warna dengan stabilo untuk konsep-konsep kunci.
Tiap saat aku amati cara belajarnya. Aku ikuti diam-diam cara itu. Memang materi yang dicatat hasilnya melekat. Meskipun bisa pakai digital, namun sentuhan tulis tangan ada kekuatan psikologis, terlebih bila tambah warna-warni stabilo.
Nadia gemar putar musik kalau sedang buat catatan. Sebaliknya, aku suka suasana tenang tanpa suara bising. Untung, dia ngerti sikap aku. Dia biasa kenakan headset saat putar musik. Jadi waktu belajar aku tidak terganggu. Kecuali kalau manggil aku suka nada tinggi karena lubang kupingnya tertutup earphone.
Kalau ada konsep kunci yang belum dipahami, dia googling di internet. Tapi suka bertanya juga ke aku. Aku pun tergerak ikut penelusuran. Apa pun cara belajarnya banyak menginspirasi aku dan beberapa hal yang efektif aku terapkan pula. Seperti buat garis antara satu konsep dengan konsep yang lain dan di konsep tertentu dibuat gambar.
Aku nemu keseruan belajar dengan Nadia. Dia pandai soroti konsep-konsep kunci. "Tahu dan paham aja gak cukup perlu ngerti," gumam Nadia. "Sayang kalau aku lewatkan untuk sesuatu yang aku gak ngerti," katanya. Nadia tipe yang totalitas kalau belajar. Nah, di situ serunya.
Aku belum penah lihat orang segigih Nadia kalau belajar. Terbersit di benak aku, dia orang yang pandai mengatur kesibukan. Waktu aku dan waktu dia sama. Tapi dia terlihat begitu nyaman dengan kesibukan yang padat. Dia memang pembelajar. Dia tahu kapan dan gimana belajar yang tepat.
Dia peduli pikirannya sendiri. Kalau boleh dibilang ekstrem dia belajar untuk ngerti. Dia pantang patah arang. Itu yang aku suka dari Nadia. Dia cerdas, fokus, dan pekerja keras. "Ini stabilomu," sahutku.
Wahyudin Darmalaksana, Founder Kelas Menulis, Motivator pada Sentra Publikasi Indonesia.
