Di bidang sinematografi, sineas-seneas Iran tak henti-hentinya melakukan jihad kesenian, baik dari sisi tema maupun dari kulitas artistik. Tidak mengherankan banyak di antara film-film mereka yang mendapatkan penghargaan di berbagai forum festival film internasional. Kita mengenal nama sutradara besar Majid Majidi, yang memukau penonton TV di Indonesia dengan suguhan Children of Heaven yang sempat diputar RCTI. Film ini bercerita tentang seorang anak yang ikut dalam sebuah lomba lari untuk bisa mendapatkan hadiah sepatu. Iran Corner Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung pernah memutar karya besar Majid Majidi yang lain, Rangge Khoda beberapa tahun yang lalu serta membuat penikmat film berkualitas berdecak kagum dengan keindahan bahasa kamera serta relung-relung pemikiran filosofis yang ada di film tersebut.
Aura kehadiran film berbobot juga yang hadir pada acara Nonton Bareng Film Iran yang diselenggarakan di Aula Fakultas Ushuluddin tadi siang (4/10). Judul film yang kali ini dihadirkan adalah Bodyguard karya sutradara ternama yang banyak memberikan pengaruh pada perfilman Iran pada tahun 1990-an, Ebrahim Hatamikia. Di dalam sambutan sebelum pemutaran film, Dr. Mehrdad Rakshandeh selaku Atase Kebudayaan Republik Islam Iran menyampaikan bahwa film di Iran merupakan salah satu alat untuk mengenal seni budaya serta tradisi di mana film itu dibuat. Film-film Iran bercerita tentang sesuatu yang tidak jauh dari nilai-nilai kehidupan seperti keluarga serta hubungan kemanusiaan yang diikat oleh semangat keislaman yang kuat.
Acara nonton bareng film Iran ini terselengara atas kerjasama Fakultas Ushuluddin (FU) melalui Iranian Corner dengan Cultural Concellorship Embassy of The Islamic Republic of Iran Indonesia. Sebelum pemutaran film telah berlangsung International Seminar on the Depelovment of Tafsir Literatures in Persia and Indonesia, dengan menghadirkan pembicara Dr. Mehrdad Rakshandeh sendiri, Warek 1 Bidang Akademik, Prof. Dr. Rasihon Anwar, M.Ag., Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Wahyudin Darmalaksana serta dimoderatori Dr. Ali Masrur selaku Wadek 2 Fakultas Ushuluddin.
Nonton film Bodyguardnya sendiri dimulai pada jam 14.00. Film ini bercerita tentang pergulatan batin dari seorang bodyguard bernama Haidar Zabihi dengan kandungan sisi sosial yang terjadi di dalam lingkup kehidupan elit-elit Iran. Haidar Zabihi menjadi Kepala Tim Pengawal sejumlah orang penting di Iran. Namun tampak sekali bahwa dia mengalami kemelut batin yang membuat hidupnya sangat tidak tenang.
Zabihi berniat untuk pensiun. Namun keinginan tersebut ketika dia sendiri berada dalam posisi yang sangat menyulitkan kehidupannya. Dia dipaksa oleh situasi dan kondisi untuk bisa menyelamatkan nyawa seorang pejabat militer sangat penting yang tengah terancam. Hal inilah yang menyebabkan terciptanya konflik serta terjadinya peristiwa beruntun yang secara perlahan-lahan menciptakan krisis berkepanjangan dalam kehidupan Zabihi, bahkan sangat mengganggu hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya, termasuk dengan keluarganya sendiri.
Penulis Skenario serta Sutradara film Bodyguard adalah Ebrahim Hatamikia. Sedangkann para pemain adalah Parviz Parastui, Marilla Zarei, Babak Hamidian, Amir Aghaei, dll. Film ini juga adalah film unggul yang dibuktikan lewat Penghargaan Internasional pada Fajar International Film Festival untuk Pariz Parastui sebagai Aktor Terbaik serta Hadi Eslami untuk Efek Visual Terbaik. Pada Vienna Independent Film Festival, film ini juga mendapatkan penghargaan untuk Sutradara Terbaik (Ibrahim Hatamikia), serta Aktor Pembantu Terbaik (Babak Hamidian).
(Ditulis oleh Dodo Widarda)[]
Aura kehadiran film berbobot juga yang hadir pada acara Nonton Bareng Film Iran yang diselenggarakan di Aula Fakultas Ushuluddin tadi siang (4/10). Judul film yang kali ini dihadirkan adalah Bodyguard karya sutradara ternama yang banyak memberikan pengaruh pada perfilman Iran pada tahun 1990-an, Ebrahim Hatamikia. Di dalam sambutan sebelum pemutaran film, Dr. Mehrdad Rakshandeh selaku Atase Kebudayaan Republik Islam Iran menyampaikan bahwa film di Iran merupakan salah satu alat untuk mengenal seni budaya serta tradisi di mana film itu dibuat. Film-film Iran bercerita tentang sesuatu yang tidak jauh dari nilai-nilai kehidupan seperti keluarga serta hubungan kemanusiaan yang diikat oleh semangat keislaman yang kuat.
Acara nonton bareng film Iran ini terselengara atas kerjasama Fakultas Ushuluddin (FU) melalui Iranian Corner dengan Cultural Concellorship Embassy of The Islamic Republic of Iran Indonesia. Sebelum pemutaran film telah berlangsung International Seminar on the Depelovment of Tafsir Literatures in Persia and Indonesia, dengan menghadirkan pembicara Dr. Mehrdad Rakshandeh sendiri, Warek 1 Bidang Akademik, Prof. Dr. Rasihon Anwar, M.Ag., Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Wahyudin Darmalaksana serta dimoderatori Dr. Ali Masrur selaku Wadek 2 Fakultas Ushuluddin.
Nonton film Bodyguardnya sendiri dimulai pada jam 14.00. Film ini bercerita tentang pergulatan batin dari seorang bodyguard bernama Haidar Zabihi dengan kandungan sisi sosial yang terjadi di dalam lingkup kehidupan elit-elit Iran. Haidar Zabihi menjadi Kepala Tim Pengawal sejumlah orang penting di Iran. Namun tampak sekali bahwa dia mengalami kemelut batin yang membuat hidupnya sangat tidak tenang.
Zabihi berniat untuk pensiun. Namun keinginan tersebut ketika dia sendiri berada dalam posisi yang sangat menyulitkan kehidupannya. Dia dipaksa oleh situasi dan kondisi untuk bisa menyelamatkan nyawa seorang pejabat militer sangat penting yang tengah terancam. Hal inilah yang menyebabkan terciptanya konflik serta terjadinya peristiwa beruntun yang secara perlahan-lahan menciptakan krisis berkepanjangan dalam kehidupan Zabihi, bahkan sangat mengganggu hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya, termasuk dengan keluarganya sendiri.
Penulis Skenario serta Sutradara film Bodyguard adalah Ebrahim Hatamikia. Sedangkann para pemain adalah Parviz Parastui, Marilla Zarei, Babak Hamidian, Amir Aghaei, dll. Film ini juga adalah film unggul yang dibuktikan lewat Penghargaan Internasional pada Fajar International Film Festival untuk Pariz Parastui sebagai Aktor Terbaik serta Hadi Eslami untuk Efek Visual Terbaik. Pada Vienna Independent Film Festival, film ini juga mendapatkan penghargaan untuk Sutradara Terbaik (Ibrahim Hatamikia), serta Aktor Pembantu Terbaik (Babak Hamidian).
(Ditulis oleh Dodo Widarda)[]