-->

Notification

×

Iklan

Iklan

CONTOH KERANGKA BERPIKIR

Saturday, January 11, 2020 | 2:23:00 PM WIB Last Updated 2020-01-11T07:23:10Z



CONTOH KERANGKA BERPIKIR

KONSTRUKSI SOSIAL PERIWAYATAN HADIS:
Studi Tahamul ‘Ada Perspektif Peter L. Berger





Wahyudin Darmalaksana
yudi_darma@uinsgd.ac.id
Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Kerangka Berpikir
Secara historis, periwayatan hadis berlangsung dalam budaya sejak hadis disabdakan sampai pembukuannya pada abad ke VIII M (Asfiyak, 2019). Periwayatan hadis oleh para ulama hadis telah melahirkan ilmu hadis tentang periwayatan hadis dengan pemaparan yang sistematis (Sulaemang, 2008). Perjalanan periwayatan hadis pada gilirannya menghasilkan kodifikasi kitab-kitab hadis (Muna, 2012).

Kontruksi sosial dipahami sebagai sebuah pernyataan keyakinan (a claim) dan juga sebuah sudut pandang (a viewpoint) bahwa kandungan dari kesadaran, dan cara berhubungan dengan orang lain itu diajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat (Wuthnow, Hunter, Bergesen, & Kurzweil, 2013). Peter L. Berger menjelaskan skema dialektis konstruksi sosial dalam bentuk eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi (Woodhead, 2001). Eksternalisasi berarti usaha pencurahan diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Objektivasi berarti hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia, di mana objektivasi masyarakat meliputi beberapa unsur seperti institusi, peranan, dan identitas. Adapun internalisasi bermakna penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Beragam unsur dari dunia yang diobjektivasikan akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil masyarakat (Ngangi, 2011).

Proses tahamul ‘ada hadis dalam teori ilmu hadis tentang periwayatan hadis meliputi penyampaian, penerimaan, dan pengamalan (Indri, 2015). Penyampaian hadis dapat berlangsung dari guru ke murid dalam beragam bentuk dan cara (Sulaemang, 2008). Penerimaan hadis dipahami sebagai pemeliharaan hadis baik dalam hafalan maupun tulisan (Gani, 2019). Sedangkan pengamalan hadis merupakan aktualisasi baik untuk disampaikan kembali kepada murid maupun untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Nadhiran, 2013).

Periwayatan hadis dengan meminjam teori konstruksi sosial merupakan proses yang berlangsung dalam realitas sosial dan budaya. Di situ terdapat dialektika antara periwayat atau penyampai hadis dan penerima hadis sebelum hadis mewujud dalam bentuk pengamalan. Juga ada dialektika bagi penerima hadis antara subjektivasi dan objektivasi sebelum pemeliharaan dan kemudian pengamalan. Menurut teori konstruksi sosial, penyampaian hadis dipahami sebagai eksternalisasi, dan penerimaan serta pemeliharaan dipahami sebagai subjektivasi dan objektivasi. Penelitian ini bermaksud melakukan tinjauan tahamul ‘ada dengan pendekatan teori konstruksi sosial.

Bagan Kerangka Berpikir






Daftar Pustaka

 

Asfiyak, K. (2019). Jarh Wa Ta’dil : Sebuah Pemodelan Teori Kritik Periwayatan Hadis Nabawi . JAS: Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhsiyyah.
Gani, B. A. (2019). Periwayatan Hadis dengan Makna Menurut Muhaddisin . Jurnal Ilmiah Al-Mu’ashirah.
Indri. (2015). Metode Liqa dan Kashf dalam Periwayatan Hadis. Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis .
Muna, A. C. (2012). Pola Pemalsuan Sanad dalam Periwayatan Hadis: Pandangan Mahafuddin dan Orientalis. Jurnal Penelitian.
Nadhiran, H. (2013). Periwayatan Hadis Bil Makna: Implikasi dan Penerapannya sebagai Uji Kritik Matan di Era Modern. Jurnal Ilmu Agama.
Ngangi, C. R. (2011). Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial. Agri Sosioekonomi.
Sulaemang. (2008). Teknik Periwayatan Hadis: Cara Menerima dan Meriwayatkan Hadis. Al-‘Adl.
Woodhead, L. (2001). Paul Heelas, David Martin, Peter Berger and the Study of Religion. London: Routledge.
Wuthnow, R., Hunter, J. D., Bergesen, A. J., & Kurzweil, E. (2013). Cultural Analysis: The Work of Peter L. Berger, Mary Douglas, Michel Foucault, and Jürgen Habermas. London: Routledge.



×
Berita Terbaru Update