CONTOH KERANGKA
BERPIKIR
KONSTRUKSI SOSIAL
PERIWAYATAN HADIS:
Studi Tahamul ‘Ada Perspektif Peter L. Berger
Wahyudin Darmalaksana
yudi_darma@uinsgd.ac.id
Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung
Kerangka
Berpikir
Secara
historis, periwayatan hadis berlangsung dalam budaya sejak hadis disabdakan
sampai pembukuannya pada abad ke VIII M (Asfiyak, 2019) . Periwayatan hadis
oleh para ulama hadis telah melahirkan ilmu hadis tentang periwayatan hadis
dengan pemaparan yang sistematis (Sulaemang, 2008) . Perjalanan
periwayatan hadis pada gilirannya menghasilkan kodifikasi kitab-kitab hadis (Muna, 2012) .
Kontruksi
sosial dipahami sebagai sebuah pernyataan keyakinan (a claim) dan juga
sebuah sudut pandang (a viewpoint) bahwa kandungan dari kesadaran, dan
cara berhubungan dengan orang lain itu diajarkan oleh kebudayaan dan masyarakat (Wuthnow, Hunter, Bergesen, & Kurzweil,
2013) .
Peter L. Berger menjelaskan skema dialektis konstruksi sosial dalam bentuk
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi (Woodhead, 2001) . Eksternalisasi
berarti usaha pencurahan diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan
mental maupun fisik. Objektivasi berarti hasil yang telah dicapai baik mental
maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia, di mana objektivasi
masyarakat meliputi beberapa unsur seperti institusi, peranan, dan identitas.
Adapun internalisasi bermakna penyerapan kembali dunia objektif ke dalam
kesadaran sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Beragam unsur dari dunia yang diobjektivasikan akan ditangkap sebagai gejala
realitas di luar kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran.
Melalui internalisasi manusia menjadi hasil masyarakat (Ngangi, 2011) .
Proses tahamul
‘ada hadis dalam teori ilmu hadis tentang periwayatan hadis meliputi
penyampaian, penerimaan, dan pengamalan (Indri, 2015) . Penyampaian hadis
dapat berlangsung dari guru ke murid dalam beragam bentuk dan cara (Sulaemang, 2008) . Penerimaan hadis
dipahami sebagai pemeliharaan hadis baik dalam hafalan maupun tulisan (Gani, 2019) . Sedangkan
pengamalan hadis merupakan aktualisasi baik untuk disampaikan kembali kepada
murid maupun untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Nadhiran, 2013) .
Periwayatan
hadis dengan meminjam teori konstruksi sosial merupakan proses yang berlangsung
dalam realitas sosial dan budaya. Di situ terdapat dialektika antara periwayat
atau penyampai hadis dan penerima hadis sebelum hadis mewujud dalam bentuk
pengamalan. Juga ada dialektika bagi penerima hadis antara subjektivasi dan
objektivasi sebelum pemeliharaan dan kemudian pengamalan. Menurut teori
konstruksi sosial, penyampaian hadis dipahami sebagai eksternalisasi, dan
penerimaan serta pemeliharaan dipahami sebagai subjektivasi dan objektivasi.
Penelitian ini bermaksud melakukan tinjauan tahamul ‘ada dengan
pendekatan teori konstruksi sosial.
Bagan Kerangka Berpikir
Daftar Pustaka
Asfiyak, K. (2019). Jarh
Wa Ta’dil : Sebuah Pemodelan Teori Kritik Periwayatan Hadis Nabawi . JAS:
Jurnal Ilmiah Ahwal Syakhsiyyah.
Gani,
B. A. (2019). Periwayatan Hadis dengan Makna Menurut Muhaddisin . Jurnal
Ilmiah Al-Mu’ashirah.
Indri.
(2015). Metode Liqa dan Kashf dalam Periwayatan Hadis. Mutawatir: Jurnal
Keilmuan Tafsir Hadis .
Muna,
A. C. (2012). Pola Pemalsuan Sanad dalam Periwayatan Hadis: Pandangan
Mahafuddin dan Orientalis. Jurnal Penelitian.
Nadhiran,
H. (2013). Periwayatan Hadis Bil Makna: Implikasi dan Penerapannya sebagai
Uji Kritik Matan di Era Modern. Jurnal Ilmu Agama.
Ngangi,
C. R. (2011). Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial. Agri Sosioekonomi.
Sulaemang.
(2008). Teknik Periwayatan Hadis: Cara Menerima dan Meriwayatkan Hadis. Al-‘Adl.
Woodhead,
L. (2001). Paul Heelas, David Martin, Peter Berger and the Study of
Religion. London: Routledge.
Wuthnow,
R., Hunter, J. D., Bergesen, A. J., & Kurzweil, E. (2013). Cultural
Analysis: The Work of Peter L. Berger, Mary Douglas, Michel Foucault, and
Jürgen Habermas. London: Routledge.