Penyebaran Covid-19
sangat menakutkan semua pihak. Semula muncul di Wuhan, Cina (Shi, et al., 2020) , yang kemudian
menyebar ke berbagai negara hingga menimbukan kasus ribuan manusia meninggal
dunia (Mahase, 2020) . Segera setelah organisasi
kesehatan dunia mengumumkan Covid 19 sebagai pandemi (Sohrabi, et
al., 2020) ,
semua
pihak turun tangan menyatakan perang lawan wabah yang mematikan ini (Darmalaksana,
2020) .
Semua kalangan bahu-membahu berusaha menemukan formula terbaik pencegahan
Covid-19 dari berbagai disiplin ilmu keilmuan (L & Shindo, 2020) ,
termasuk bidang keagamaan Islam.
Al-Qur'an dan hadis, yang
menjadi sumber Suci umat muslim (Darmalaksana,
Pahala, & Soetari, 2017) , diyakini mengandung
makna yang melimpah untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan di segala
zaman. Sejak di masa klasik, para ulama telah berusaha mengembangkan berbagai
perangkat metodologis untuk menggali makna yang terkandung di dalam teks Suci,
baik Al-Qur'an maupun hadis. Melalui penggalian yang serius terhadap kedalaman kandungan
Al-Qur'an dan hadis, makna teks Suci diakui senantasa relevan dengan situasi
dan kondisi masa depan.
Syahid ma'nawi
merupakan subjek penting dalam upaya memberikan pemaknaan terhadap hadis,
sumber Suci kedua setelah Al-Qur’an (Darmalaksana,
Pahala, & Soetari, 2017) . Secara teoritis,
syahid ma'nawi telah mendapat penjelasan yang luas dalam ilmu hadis (Soetari Ad,
2015) .
Hampir dapat dipastikan bahwa seluruh rujukan materi ilmu hadis didalamnya
membahas tentang syahid (Soetari Ad,
1994) ,
dan secara spesifik syahid ma'nawi. Secara metodologis, syahid ma'nawi
berfungsi untuk menguatkan teks (matan) hadis dengan matan hadis lain yang
berbeda secara lafadz tetapi mempunyai kesamaan dari segi makna (Fattah, Abdul
Majid, & Asmadi Sakat, 2013) . Penguatan matan
hadis dengan matan hadis lain melalui pendekatan syahid ma'nawi dalam metodologi
ilmu hadis (Nadhiran, 2014) telah lazim dilakukan oleh para ulama dan
sarjana hadis.
Hadis tentang
penyakit menular dijumpai dalam beberapa kitab mashadir ashliah (al-Bukhārī,
1987) .
Hadis ini disertai hadis-hadis lain (al-Qazwinī, 2010) yang meskipun berbeda secara lafadz,
namun masing-masing saling menguatkan dilihat dari kesamaan makna menurut sudut
pandang syahid ma'nawi dalam kajian ilmu hadis. Dalam hal ini, pemaknaan
hadis-hadis tentang penyakit menular dapat dipahami sebagai subjek yang
memiliki relevansi dengan kenyataan zaman modern (Goje, 2017) , khususnya penyebaran
pandemic Covid-19 sekarang ini (Darmalaksana,
2020) .
Penelitian seputar
pandemic Covid-19 dari dunia medis sedang terus berlangsung (L & Shindo, 2020) .
Penelitian tentang wabah ini juga dilakukan dari perspektif sosial secara lebih
luar (Long, 2020) . Dijumpai pula
penelitian yang dilakukan oleh Goje (2017) tentang pencegahan wabah menular
perspektif hadis. Penelitian ini membahas isolasi dan karantina medis untuk pencegahan
penyakit menular sebagai hal yang dijustifikasi menurut hadis (Goje, 2017) . Secara spesifik,
Darmalaksana (2020) membahas hadis tentang wabah penyakit berkenaan dengan
penerapan social distancing (menjaga jarak sosial). Penelitian tersebut
mengakui konsep social distancing sebagai original dari Nabi Saw. (Darmalaksana,
2020) .
Akan tetapi, penelitian tampak belum dijumpai berkenaan dengan pembahasan hadis tentang penyakit menular melalui perspektif syahid ma'nawi
relevansinya dengan pencegahan Covid-19.
Ada tiga pertanyaan
dalam penelitian ini, yaitu: bagaimana syahid ma'nawi dalam perspektif ilmu
hadis; bagaiman hadis syahid ma'nawi tentang penyakit menular; dan bagaimana
hadis syahid ma'nawi tentang penyakit menular relevansinya dengan Covid-19.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas relevansi hadis syahid ma'nawi tentang
penyakit menular dengan Covid-19. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
untuk pemahaman ilmu hadis berkenaan dengan syahid ma'nawi di satu sisi, dan
pemahaman makna hadis relevansinya dengan Covid-19.
Bibliography
al-Bukhārī, M. b. (1987). Al-Jāmi‘ al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar. Beirut: Dār al-Ibn
Kathīr, 3rd edition.
al-Qazwinī, M. b. (2010). Sunan Ibn Majāh. Dār al-Iḥya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah.
Darmalaksana, W. (2020). Corona Hadis. Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Darmalaksana, W., Pahala, L., & Soetari, E. (2017).
Kontroversi Hadis sebagai Sumber Hukum Islam. Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama
dan Sosial Budaya.
Fattah, M., Abdul Majid, L., & Asmadi Sakat, A. (2013).
Understanding The Sunnah Prophet S.A.W. Through Combined Methodology of
Takhrij Hadis & Mukhtalif Hadis. Jurnal Hadhari, 189.
Goje, K. (2017). Preventative Prophetic Guidance in
Infection and Quarantine . Journal of Ushuluddin.
Long, N. J. (2020). From social distancing to social
containment: reimagining sociality for the coronavirus pandemic . Medicine
Anthropology Theory.
Nadhiran, H. (2014). Kritik Sanad Hadis: Tela’ah
Metodologis. Jurnal Ilmu Agama: Mengkaji Doktrin, Pemikiran, dan Fenomena,
8.
Soetari Ad, E. (1994). Ilmu Hadis. Bandung: Amal
Bakti Press.
Soetari Ad, E. (2015). Syarah dan Kritik Hadis dengan
Metode Tahrij: Teori dan Aplikasi. Bandung: Yayasan Amal Bakti Gombong
Layang, Edisi Ke-2.