-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Ku Tau Kau Lelah Coba Hirup Udara Segar !

Tuesday, December 14, 2021 | 8:41:00 PM WIB Last Updated 2021-12-15T06:30:47Z
 




Terlihat ada ekpresi senang dan gembira juga penasaran di raut mahasiswa di saat ku sampaikan sesuatu. “Kita belajar daring,” kata ku. Ungkapan ini ku sampaikan jauh sebelum Covid-19 mewabah di dunia. Itu ku sampaikan dengan penuh kesadaran. Mengingat hari-hari ke depan seperti yang sudah-sudah selalu saja ada waktu yang bentrok. Bentrok antara jadwal mengajar dengan aktivitas lain yang tidak direncana. Terlihat senang juga penasaran mengingat kuliah daring belum menjadi peristiwa yang lazim ketika itu. Senang bisa saja karena kuliah di dalam kelas kadang terasa membosankan. Gembira karena mahasiswa bisa terjun langsung di lapangan. Dan memang disengaja diciptakan hal yang berbeda untuk mencari suasana baru yang menyenangkan.

Jika ditengok Taksonomi Bloom, pendidikan tidak cukup mengajarkan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Tapi mesti dilanjut sampai analisis, evaluasi, dan kreasi. Tidak cukup mengutip, memperkirakan, dan memerlukan. Tapi mesti lanjut sampai menganalisis, mempertimbangkan, dan mengabstraksi. Tidak cukup mencatat, menerangkan, dan membiasakan. Tapi mesti sampai menominasikan, memberi pertimbangan, dan merancang. Juga bila ditengok deklarasi dunia internasional pendidikan tinggi, mahasiswa adalah pusat. Mereka harus punya motivasi, mandiri, dan otonom. Hingga bila ditengok capaian pembelajaran lulusan di pendidikan tinggi Indonesia, mahasiswa mesti memiliki kapasitas kemampuan keterampilan atau skill khusus. Juga lulusan pendidikan tinggi mesti memiliki surat keterangan pendamping ijazah. Dialami oleh para lulusan di pendidikan tinggi dunia maju, ijazah saja tidak cukup perlu keterangan lain pendamping ijazah. Hingga mereka memasuki kursus-kursus dengan biaya yang tidak sedikit. Memang dunia ini selalu menuntut para akademisi untuk berpikir kritis, kreatifitas tanpa batas, inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Sebelum pandemi Covid-19, dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Sebuah era yang dilecut oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Muncul berbagai platform digital dan jejaring media sosial. Era ini disebut juga sebagai era internet of things dimana segala informasi tersedia di internet. Apapun informasi yang dibutuhkan oleh manusia sudah tersedia di internet. Platform penghimpun data besar disebut big data. Peran manusia adalah menambang data, mengurai dan menstrukturkannya menjadi sebuah info grafis, lalu informasi tersebut dianalisis hingga tercipta pengetahuan. Di era internet of things giliran kesediaan manusia menambang data dari big data untuk memperoleh pengetahuan. Di era revolusi industri 4.0, pengetahuan tidak lagi diperoleh dari ruang-ruang kelas konvensional yang tertutup. Bahkan, kelas-kelas tertutup oleh mata dunia dipahami sebagai proses ideologisasi. Segala hal sudah disediakan di sarana akses terbuka. Di berbagai platform akases terbuka, manusia dari berbagai benua dapat melakukan komunikasi secara real time. Di sarana akses terbuka, orang bisa diketahui sedang membicarakan apa, sedang memperjuangkan apa, sedang berbicara untuk kepentingan siapa, dan sebagainya. Itu sebab ruang kelas tertutup disebut sebagai proses ideologisasi. Dunia mengarahkan agar pimpinan pendidikan tinggi bertransformasi untuk tampil sebagai pemimpin digital. Sebuah tuntutan yang dibedakan dengan pemimpin wacana. Seruan ini digaungkan agar pendidikan tinggi tidak terkena disrupsi. Mengingat karakter era revolusi industri 4.0 mempunyai kekuatan untuk mengancurkan tatanan lama yang telah mapan. Seperti mall dilindas oleh online shop. Penjaga pintu tol diganti oleh e-tol. Taxi berubah menjadi Grab. Dan lain-lain. Berbagai perubahan berlangsung amat cepat. Semua ini telah menjadi fenomena keseharian sebelum Covid-19 merebak.  
 
Mencoba pembelajaran sistem daring sudah ku mulai sejak 2017. Belajar memanfaatkan sarana digital tepatnya. Meskipun dilakukan untuk kegiatan seperti workshop atau pelatihan. Ternyata 25 peserta pelatihan yang berada di sebrang pulau bisa difasilitasi melalui grup WhatsApp. Segala ketentuan dan komunikasi dilakukan melalui grup WhatsApp. Adapun materi pelatihan tersedia atau disediakan di situs-situs website. Nyatanya pelatihan berjalan lancar sesuai target pencapaian yang telah ditentukan. Sangat menakjubkan, jarak dan waktu dapat dilipat melalui kuliah daring. Waktu terasa menjadi efektif dan efisien. Fasilitator dan peserta dapat melaksanakan aktifitas lainnya pula, tanpa bertemu muka, tanpa bertemu secara fisik. Beberapa pelatihan secara digital digelar. Semuanya sukses dan berhasil. Dunia digital benar-benar menyediakan berbagai hal baru. 
 
Itu sebab sekitar tahun 2018 ku sampaikan kepada para mahasiswa “setengah perkuliahan kita laksanakan secara daring.” Memang terdengar agak aneh di saat pembelajaran masih berlangsung offline. Mahasiswa belum menyadari benar bagaimana kuliah daring dilaksanakan. "Kita kuliah di kelas sampai ujian tengah semester," kata ku. "Sisanya sampai ujian akhir semester, kita kuliah daring," kata ku lagi. Persisnya, setengah semester belajar teori, dan setengah semester lagi praktik. Mahasiswa terlihat senang karena kuliah di dalam kelas cukup setengah semester. Dan sisanya bebas di lapangan untuk melakukan mini research. Kuliah daring ini dicoba untuk pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran. Juga digelar agar mahasiswa bebas, merdeka. Jelas ini dimulai sebelum ada kebijakan "merdeka belajar" dan "kampus merdeka." Juga digelar agar mahasiswa berusaha mengembangkan skill dengan basis berpikir kritis. Diketahui bahwa era teknologi informasi sangat menuntut skill. 

Baru kuliah sepenuhnya benar-benar dilaksanakan daring ketika Covid-19 melanda dunia. Tentu, keharusan pembelajaran daring tidak terlalu mengagetkan ku. Sebab, ku udah punya pengalaman sebelum ini. Pada saat yang sama, pendidikan tinggi di seantero dunia tengah mengarahkan pembelajaran pada praktik. Bagi ku pembelajaran konvensional 16 kali pertemuan secara tertutup di dalam kelas terlalu menjemukan. Pandangan tidak terbuka karena terbentur dinding-dinding tembok. Karena itu bahan ajar mesti dikembangkan agar setengah perkuliahan ada sisi praktiknya. Di saat yang sama dunia pendidikan tinggi pun sedang mengarahkan pembelajaran pada capaian. Maka gayung bersambut seluruh matakuliah yang ku ampu diarahkan pada capaian berupa artikel yang dipublikasikan di jurnal ilmiah. Ini dicoba untuk memenuhi tuntutan Taksonomi Bloom, berusaha memosisikan mahasiswa sebagai pusat, upaya menyumbang pada capaian pembelajaran lulusan berupa skill khusus, dan mengupayakan agar mahasiswa memiliki surat keterangan pendamping ijazah berupa serifikat latihan kepenulisan karya akademik. Daripada itu, hal ini juga sebagai upaya menapaki tonggak dari kampus pengajaran menuju research university.

Di awal semester disajikan silabus. Sebagai turunan dari rencana program kegiatan pembelajaran semester. Silabus ini meliputi tahapan kepenulisan artikel. Sejak pengambilan topik, memulai penulisan secara bertahap, pengiriman artikel ke jurnal, dan hingga artikel terbit di jurnal ilmiah. Saat itu sekitar tahun 2020, praktik penulisan artikel di lingkungan mahasiswa masih merupakan hal yang cukup berat dilakukan. Hal ini mengingat penulisan artikel masih baru bagi mahasiswa, dan bahkan baru didengar. Penulisan artikel yang dipublikasikan di jurnal ilmiah masih merupakan tuntutan kewajiban dosen. Tapi mahasiswa pun mengapa tidak untuk belajar. Toh pada gilirannya membuka kemitraan antara dosen dan mahasiswa. Seperti diamanatkan penilaian akreditasi institusi.

Ku melihat penulisan artikel itu seperti pohon. Bermula dari benih, lalu tumbuh menjadi besar. Bisa dimulai dari latihan mini research. Lalu hasil mini research dituangkan menjadi makalah. Namun, sayang hampir tidak ditemukan panduan pembuatan makalah. Mungkin karena bentuk makalah sudah begitu adanya. Atau karena pakar berbeda-beda pandangan tentang bentuk makalah. Apabila dilihat makalah-makalah, maka sulit dibedakan mana latar belakang dan mana kerangka berpikir. "Istilah makalah kita ganti saja dengan sebutan artikel," kata ku. "Atau artikel mini," sambung ku. Ia bermula dari mini research. Sebuah latihan penelitian sederhana. Lalu dituangkan ke dalam artikel mini. Artikel mini ibarat pohon kecil yang dibedakan dengan pohon besar. Bedanya yang satu kecil yang satunya besar. Meskipun beda tetapi sama saja. Sama-sama pohon. Sama-sama ada akar, ada batang, ada cabang. Pohon kecil berasal dari penelitian kecil. Pohon besar berasal dari penelitian besar. Penelitian besar bagi dosen. Penelitian kecil bagi mahasiswa sebagai pemula. Karena sama saja, maka pohon kecil dan pohon besar sama saja. Panduannya sama, strukturnya sama, dan bentuknya sama. Bedanya hanya di tingkat kedalaman, pohon kecil cukup deskripsi dan pohon besar mesti menyajikan analisis mendalam. Karena itu, panduan menjadi rujukan bersama. Bernama panduan penulisan artikel. Di dalamnya memuat benar-salah. Benar-salah menurut konvensi. Jadi panduan menjadi acuan bersama. Menjadi alat interogasi bersama. Semua bisa melihat salah dan semua bisa melihat benar berpulang pada panduan. Panduan menempati posisi sentral dalam latihan kepenulisan artikel ilmiah. Sebut saja panduan membuat pohon, kecil atau besar.

Di berbagai pendidikan tinggi maju di luar negeri berdiri pusat-pusat penulisan di luar pembelajaran formal. Di pusat-pusat penulisan terdapat fasilitator. Pusat-pusat penulisan didirikan sebagai pusat bantuan bagi akademisi dalam penulisan karya akademik. Pusat penulisan menyediakan manual penulisan untuk acuan akademisi dalam penulisan karya akademik. Para mahasiswa membuat perjanjian dengan fasilitator untuk pendampingan penulisan melalui pusat penulisan. Mahasiswa mengerjakan penulisan paper dan fasilitator melakukan reviu sebaga umpan balik untuk peningkatan kualitas penulisan. Pusat-pusat penulisan bukan merupakan hal yang asing di dunia pendidikan maju di luar negeri. Mahasiswa berlatih penulisan paper dan publikasi ilmiah di jurnal di pusat penulisan pendidikan tinggi.
 
Meniru model pusat penulisan di luar negeri, mula-mula mahasiswa dikenalkan gaya selingkung atau template artikel. Di dalamnya berupa struktur bagian-bagian artikel ilmiah. Latihan dilakukan bertahap untuk mengerjakan bagian-bagian tersebut. Juga mahasiswa dilatih penggunaan aplikasi pengutipan. Sebelumnya, pengutipan maenggunakan sistem fotenote. Sedangkan bagi penulisan artikel diberlakukan sistem bodynote dengan menerapkan aplikasi pengutipan. Serta mahasiswa dikenalkan pencarian atau selancar sumber rujukan pada big data bereputasi yang memuat hasil-hasil penelitian. Panduan penulisan disiapkan dan disimpan di Blog, sehingga mahasiswa biasa mengakses panduan tersebut melalui link sebagai acuan bagi latihan penulisan. Hasil latihan dikirim ke email secara bertahap sesuai tahapan latihan. Lalu dilakukan tinjauan atau reviu dan setelah direviu lalu tahapan latihan dikirim ulang kepada email mahasiswa sebagai umpan balik. Menurut beberapa sumber yang dikemukakan oleh sejumlah pakar, umpan balik merupakan metode dan strategi paling efektif dalam latihan penulisan. Penggunaan email juga disepakti oleh lingkungan pendidikan dunia sebagai sarana formal dunia akademik. Email disebut sebagai sarana korespondensi para akademisi. Korespondensi antar-dosen atau korespondensi mahasiswa kepada dosen. Reviu terhadap tahapan latihan paling utama menekankan kerapian. Sebab, kerapian dipahami sebagai subjek paling utama dalam penulisan artikel ilmiah. Ternyata benar melalui umpan balik terasa sekali bahwa mahasiswa berusaha menghindari kesalahan-kesalahan teknis penulisan pada paragraf-paragraf selanjutnya. Sehingga tercipta peningkatan kualitas tulisan sajak latihan tahap awal hingga tahap selanjutnya. Latihan penulisan sengaja dilakukan bertahap. Karena berbeda antara penugasan penulisan artikel langsung secara utuh dengan penulisan secara bertahap. Penulisan langsung secara utuh tidak ada treatment di tahapan-tahapan yang sedang berlangsung. Adapun penulisan secara bertahap dilakukan treatment pada tiap tahapan.  Selain fokus pada kerapian, latihan juga menekankan pada struktur penulisan. Artikel memiliki struktur secara umum. Ia terdiri atas bagian-bagian. Tiap bagian dapat dipelajari. Lalu disusun secara terstruktur hingga terbentuk tubuh artikel. Latihan secara bertahap juga dimaksudkan bagi pendampingan agar mahasiswa mengikuti struktur penulisan artikel. Dalam hal ini, latihan tidak terlalu menekankan pada konten atau substasi isi tulisan. Karena dirasa paling utama bagi mahasiswa kerapian dan struktur penulisan dulu termasuk penerapan aplikasi pengutipan. Bagi mahasiswa, penerapan aplikasi pengutipan tidak ada masalah serius. Karena usia mereka sangat adaptif terhadap penggunaan aplikasi digital. Juga perkara kerapian merupakan hal yang pada gilirannya dapat dibiasakan. Sedangkan terkait struktur penulisan, mahasiswa bisa terus dilatih. Ada hal yang tak terduga ternyata. Ditemukan bahwa ternyata struktur penulisan dapat mewakili substansi isi artikel.
 
Jika akademisi sungguh-sungguh mengikuti struktur penulisan artikel, maka substasi isi praktis terwakili di dalam struktur tersebut. Adapun kekayaan dan kedalaman materi artikel akan bergantung pada penguasaan sumber-sumber bacaan yang diakses di big data bereputasi.
 
Setelah menyelesaikan draf artikel yang biasa disebut manuskrip, mahasiswa dilatih melakukan paraphrase. Sebelumnya dilakukan cek plagiasi dengan ketentuan maksimum similarity 20%. Melalui latihan secara bertahap ternyata tidak pernah ditemukan similarity yang terlampau besar. Karena tahapan penulisan merupakan pekerjaan sendiri. Bukan duplikasi dari tulisan orang lain. Selanjutnya, dilakukan paraphrase untuk memperkecil tingkat similarity. Mahasiswa juga diarahkan untuk bermitra dengan dosen. Diketahui kemitraan antara dosen dan mahasiswa merupakan tagihan akreditasi program studi. Dalam hal ini mahasiswa diminta untuk bermitra dengan dosen terutama untuk apa yang kami sebut dengan “re-see” yaitu meninjau kembali naskah artikel mana area yang mesti diperluas, dipotong, dan ditata ulang. Sebagai konsekuensi dosen melakukan re-see, maka nama mereka dicantumkan di artikel sebagai penulis pendamping. Mahasiswa sebagai penulis utama dan dosen sebagai penulis pendamping. Tentu saja naskah artikel yang telah selesai tetap perlu mendapat ulasan. Untuk kepentingan ini mahasiswa diarahkan mengikuti kegiatan konferensi. Sebuah forum ilmiah untuk presentasi artikel. Di kegiatan konferensi, mahasiswa mempresentasikan artikel mereka di hadapan juri dan audien. Audien dan juri memberikan masukan bagi pengayaan dan pendalaman substansi isi artikel. Penulis kemudian melakukan penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan tersebut. Dari konferensi ini, mahasiswa mendapat pengalaman presentasi artikel dengan menggunakan bahasa asing. Juga diberi penghargaan berupa sertifikat sebagai presenter. Ada pula yang mendapat penghargaan sebagai best presenter. Selepas konferensi, mahasiswa belajar melakukan submit atau pengiriman artikel ke jurnal berbasis open journal system. Mereka mula-mula melakukan register dan submit artikel. Pengiriman artikel ke jurnal berbasis open journal system juga merupakan pembelajaran. Bahkan, beberapa mahasiswa diarahkan untuk melakukan magang dalam pengelolan jurnal. Hal ini agar mahasiswa mengerti sirkulasi penerbitan artikel di jurnal ilmiah. Sirkulasi sejak pengiriman, peninjauan oleh bidang ahli, revisi artikel oleh penulis, upload ulang artikel revisi pada open journal system, editing dan layout, dan hingga artikel tersebut terbit.
 
Hari ini menurut catatan tanggal 14 Desember 2021 telah mencapai 259 artikel mahasiswa terbit di jurnal ilmiah. Sebagian besar dari keluaran matakuliah. Sebagian lainnya dari pelatihan penulisan artikel yang diselenggarakan komunitas mahasiswa. Sebagian yang lainnya lagi dari sidang tugas akhir dalam bentuk artikel ilmiah untuk meraih gelar sarjana. Juga dari penulisan mandiri di kalangan mahasiswa secara otonom. Saat ini penulisan artikel di lingkungan mahasiswa bukan perkara yang sulit dan pelik lagi. Bukan merupakan hal yang asing. Artikel mahasiswa sudah ada best practice, ada role models, dan ada contoh. Juga ada manual, panduan, dan template. Selebihnya, ada jurnal ilmiah khusus untuk menerbitkan artikel-artikel mahasiswa. Beberapa mahasiswa juga bisa menulis artikel dengan melihat artikel teman mereka yang sudah terbit di jurnal. Terlebih lagi dosen telah mulai menerapkan pembelajaran berbasis output dengan keluaran berupa artikel yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Hari ini artikel-artikel terus diproduksi oleh mahasiswa. Sebagian ada yang masih dalam pengerjaan tahapan penulisan. Sebagian ada yang telah selesai merampungkan draf untuk bahan re-see tadi. Sebagian ada yang telah submit ke jurnal. Sebagian ada yang telah siap terbit di penghujung tahun 2021. Jelas penulisan artikel ilmiah bukan hal yang pelik lagi bagi mahasiswa sekarang ini. Dengan melihat artikel-artikel mahasiswa yang telah terbit, maka mahasiswa yang lain pun pasti bisa membuatnya. Terlebih apabila bersedia mengikuti pelatihan dan pendampingan penulisan, pasti mahasiswa bisa lebih cermat lagi. Meskipun di masa-masa ke depan pasti pelatihan dan pendampingan penulisan tidak mungkin dilaksanakan secara gencar lagi. Karena udah banyak model dan contoh. Mahasiswa cukup ambil, tiru, dan modifikasi. Hal paling utama adalah bagaimana generasi penurus dari angkatan mahasiswa yang akan datang bisa menerbutkan artikel yang lebih baik, berkualitas. 
 
Mahasiswa menurut peraturan capaian pembelajaran lulusan mesti memiliki skill. Penulisan artikel bukan satu-satunya skill yang wajib dikuasai oleh mahasiswa. Ada banyak bidang skill yang dapat menjadi pendorong pengembangan kapasitas kreatifitas mahasiswa. Tapi penulisan artikel menjadi prestasi yang terukur. Terukur dari sisi kerapian, struktur penulisan, konten, publikasi ilmiah, dan produktivitas. Orang yang mau latihan menulis artikel pasti rapi karena penulisan artikel untuk diterbitkan di jurnal ilmiah harus rapi. Karena terbiasa menulis rapi maka berpengaruh terhadap watak rapi pula. Sebaliknya, orang dengan watak rapi pasti membawa pada hasil tulisan yang rapi. Bukankah hidup di dunia ini tidak lepas untuk belajar rapi. Jadi latihan penulisan artikel memberikan umpan balik kepada diri hingga terbetuk watak yang rapi. Juga penulisan artikel menjadi latihan untuk berpikir kritis. Berpikir kritis mesti runtun, tersusun, dan atau terstruktur. Penulisan artikel menekankan struktur dimana penulis harus patuh mengikuti struktur. Juga di dalam artikel ada kerangka berpikir. Ia menuntut alur logis untuk penyelesaian masalah. Sebelumnya, artikel harus ada masalah. Juga harus ada landasan teoritis atau tinjauan pustaka. Harus ada hasil penelitian terdahulu yang membedakan dengan hasil penelitian sekarang. Harus ada metodologi sebagai skenario dalam pelaksanaan tahapan penelitian. Jika pendekatan kuantitatif, harus ada hipotesis. Artikel ilmiah adalah hasil penelitian ilmiah, baik penelitian mini maupun penelitian besar. Di artikel ilmiah ada hasil penelitian atau temuan penelitian melalui operasi metode penelitian. Di artikel ilmiah ada pembahasan berupa interprerasi terhadap hasil penelitian yang ditopang oleh tinjauan pustaka untuk menjawab rumusan masalah. Setiap artikel ilmiah pasti menawarkan gagasan yang menjadi implikasi penelitian untuk tindak lanjut dan rekomendasi. Juga artikel imiah menyajikan orisinalitas, kebaruan, dan state of the art sebagai pembeda dari hasil dan pembahasan penelitian sebelumnya. Penulis artikel berusaha menyelami kedalaman informasi melalui analisis untuk memperoleh pengetahuan baru. Juga harus publikasi dengan mengirim artikel ke jurnal ilmiah. Artikel belum tentu diterima oleh editor jurnal untuk diterbitkan. Bisa saja artikel yang dikirim ditolak oleh editor jurnal untuk terbit. Jurnal ilmiah memiliki tingkatan. Editor jurnal bisa saja menolak artikel dan menyarankan untuk mengirim ke jurnal lain. Meskipun diterima oleh editor jurnal, selalu saja artikel ada perintah revisi dari peninjau ahli bidang keilmuan. Karena itu, pasti penulis bahagia bila artikel diterima dan terbit di jurnal ilmiah. Publikasi artikel di jurnal ilmiah adalah bukti kinerja akademisi. Bukti produktivitas. Jika tidak publikasi berarti tidak produktif. Di sisi ini, maka harapan Taksonomi Bloom terjawab. Maka tidak mungkin perusahaan dan dunia kerja tidak butuh sumber daya kepenulisan artikel. Skill sedemikian ditempa melalui proses yang panjang. Pasti perusahaan butuh skill ini. Sangat dibutuhkan! 

Hidup ini mesti menyenangkan. Di kelas belajar banyak teori. Berbagai bahan kajian disajikan. Bisa jadi orang menguasai banyak teori dari pembelajaran di dalam kelas. Tetapi boleh jadi bingung ketika teori-teori itu hendak dijadikan landasan teori di dalam sebuah penelitian. "Bisa jadi kita ini kebanyakan teori," kata ku. Di saat praktik penelitian nyaris tanpa teori dalam melihat realitas. "Jadi sejauh ini belajar teori untuk apa," kata ku. Berbagai metode juga dipelajari dalam pembelajaran. Tetapi belum tentu pula metode-metode itu bisa dijakankan ketika pelaksanaan penelitian. Latihan penulisan artikel ilmiah menjadi terasa penting. Penulis akan membaca kembali teori-teori yang telah dipelajari. Penulis akan memilih metode yang tepat untuk pelaksanaan penelitian. Ketika teori tak berusaha dihubungkan dengan realitas dan ketika metode-metode tak dapat diaplikasikan secara cermat dalam latihan penelitian, maka jangan-jangan perkuliahan hanyalah ceramah. Kuliah hingga empat tahun, lalu mahasiswa masih bingung pas bikin skripsi, maka pasti ada yang salah di dalam pembelajaran. Lalu apa indikator pinter, indikator berhasil, dan indikator produktif. Dan selebihnya indikator berprestasi di dunia akademik. Kita coba ubah indikator keberhasilan dilihat dari kemampuan mahasiswa menyelesaikan tugas akhir. Sejumlah mahasiswa tidak lulus tepat waktu. Beberapa mahasiswa mengundurkan diri. Tidak sedikit mahasiswa merasa mendapat beban besar di saat penyelesaian tugas akhir. Di sini mahasiswa harus dibantu. Didampingi menuju sukses. Sekali lagi latihan-latihan penulisan artikel bukan hal paling utama. Ia hanya upaya agar jangan sampai nanti mahasiswa di ujung perkuliahan mereka kesulitan dalam penulisan tugas akhir untuk meraih gelar sajana. Harus dipikirkan bersama bagaimana penyelesaian tugas akhir tetap menyenangkan bagi mahasiswa. Bukan beban yang bisa menimbulkan stress.     
 
Terbukti latihan penulisan artikel bukan perkara yang membingungkan melalui sistem daring di lingkungan mahasiswa. Latihan menulis artikel semuanya hampir belangsung secara digital. Semunya merupakan wujud literasi digital yang menjadi tuntutan era revolusi industri 4.0. Seperti mesti ada laptop, kuota internet, selancar untuk mengakses big data bagi pencarian sumber referensi bereputasi, penggunaan aplikasi pengutipan, cek plagiasi, gramarly, presentasi online, pengiriman artikel melalui open journal system, reviu, editing, layout, dan terakhir terbit. Semua itu berlangsung secara digital. Berlangsung melalui literasi digital. Jadi sebenarnya kuliah daring menjadi momentum untuk latihan penulisan artikel. Ini keuntungan sistem daring sekarang ini. Akan tetapi, dari berbagai sarana digital, hal paling utama adalah kemauan atau motivasi. Mahasiswa mesti memiliki motivasi untuk bisa. Bisa menulis artikel. Dengan keyakinan bahwa penulisan artikel bukanlah bakat yang turun begitu saja gubrak dari langit. Melainkan murni skill yang semua orang pasti bisa dengan latihan dan terus latihan. Diakui beberapa mahasiswa terlihat kurang ditunjang oleh sarana, tetapi bisa mempublikasikan artikelnya di jurnal karena punya motivasi yang kuat. Juga kemandirian yang mengarah pada ororitas keilmuan.

Pilu serta menyedihkan ketika mahasiswa mesti prihatin. Tidak ada laptop. Ada laptop kadang eror harus install kadang rusak harus service. Kuliah ada juga yang nyambi kerja. Bantu orang tua. Bayar uang kuliah tunggal sendiri. Kadang sambil mengajar. Atau belajar jualan online. Kadang jatuh sakit. Dunia tak semanis yang dibayangkan. Ada pula yang putus cinta. Realita tidak selalu seterusnya berpihak. Di saat yang sama tugas menumpuk. Dikejar deadline. Mengerjakan tugas dengan kebut semalam. Juga harus latihan menulis artikel. Pasti terasa amat melelahkan. "Pak, maaf progress latihan ku amat lambat," kata salah seorang mahasiswa di sebrang sana. Ternyata tidak sedikit mahasiswa yang penuh dengan keprihatinan. Sederhana dan tidak terlalu beruntung dibanding yang lain. Hanya saja yang punya fasilitas juga belum tentu tuntas. Bisa jadi karena amat sibuk. Boleh jadi menunda kemampuan skill hingga di masa depan yang entah. Sebaliknya, banyak yang berhasil dan sukses dengan keprihatinan. Berhasil justru karena prihatin. Allah pasti "kasian" --mencurahkan kasih sayang-Nya-- terhadap orang yang prihatin. Banyak, peristiwa tak terduga. Ada banyak mahasiswa tanpa ditopang sarana dan prasarana justru berhasil publikasi artikel di jurnal ilmiah. "Selamat," kata ku. "Kau pemenang," kata ku lagi.
 
Publikasi artikel di jurnal merupakan outcome dari sebuah proses yang berupa tahapan. Outcome pasti akan mendatangkan benefit. Berupa pengetahuan praktis dan keterampilan teknis, apresiasi, penghargaan, anugerah, dan reward. Juga dipastikan akan mendatangkan impact dimana artikel yang terbit akan dibaca oleh khalayak, dilakukan sitasi oleh penulis lain, bukti publikasi ilmiah berharga untuk pengajuan beasiswa, dan jejak publikasi dapat dijadikan portofolio untuk memasuki dunia kerja, terlebih studi lanjut pascasarjana di dalam maupun di luar negeri. Agenda penulisan artikel memiliki logical frameworks yang tegas di situasi zaman yang tidak dapat terelakan dari disrupsi. Karena itu, perusahaan sejatinya butuh sumber daya literasi. Sumber daya penulis artikel ilmiah. Sebab, pasti mereka teruji dari sisi kecermatan, ketelitian, dan ketepatan di dalam pengambilan keputusan. Sungguh sumber daya peneliti sangat dibutuhkan di dunia perusahaan. Itu sebabnya mengapa peneliti pemula menjadi salah satu capaian pembelajaran lulusan tingkat sarjana.
 
Apakah latihan menulis artikel ilmiah melelahkan? Jelas melelahkan. Bahkan amat melelahkan. Karena latihan ini merupakan usaha dari tidak bisa menjadi bisa. Dari tidak biasa menjadi biasa. Bahkan dari tidak suka menjadi suka. Dari lambat menjadi cepat. Dari kurang produktif menjadi produktif. Kadang tidak sempat bermain guitar. Tidak sempat jalan-jalan. Tidak sempat bersenda gurau. Tidak sempat nongkrong minum kopi sambil ngobrol ke sana ke mari. Tidak sempat bersenang-senang. Terus kuliah online dirasakan ada jenuhnya juga. Begitulah manusia. Dulu kuliah tertutup di dalam kelas terasa pengap. Ingin bebas. Ingin merdeka. Butuh udara segar di luar. Sekarang kuliah online bisa berlangsung di mana pun. Tapi rindu pula ingin offline, ingin bertemu dengan teman-teman. Bertemu secara riil bukan perjumpaan virtual. Singkat kata, latihan menulis artikel terasa melelahkan. Jelas amat melelahkan. Juga reviu secara bertahap dan treatment untuk memastikan peningkatan kualitas melelahkan pula. Kadang lesu. Kadang lemah. Tapi usaha tidak pernah menghianati hasil. Hasilnya 5% mahasiswa di fakultas berhasil publikasi artikel di jurnal ilmiah. Ini capaian yang membanggakan. Prestasi yang hebat. Capaian luar biasa. Capaian bersama. Diusung bersama. Bersama dengan seluruh stake holders.

Menulis artikel adalah pekerjaan silent. Tanpa teriak. Seperti bunga yang tumbuh lalu mekar. Ia tidak berisik. Menulis kadang sendirian tanpa sesiapa pun. Untuk menemukan inspirasi kadang juga perlu pengasingan. Sebuah pengasingan diri. Keluar dari suasana bising. Menunggu ilham dan inspirasi. Menyelesaikan draf butuh waktu. Butuh power dari dalam diri. Proses penerbitan butuh tahapan. Tahapan yang panjang. Tidak instan. Naskah pasti mesti direvisi kalau bukan reject. Ketika terbit kadang tidak ada apresiasi. Seperti matahari ketika terbit tidak ada yang menyambut. Namun ketika artikel terbit segala lelah seakan terbayar. Ketika artikel terbit bisa selebrasi. Senang, gembira, dan bangga. Lebih dari itu pada akhirnya bisa mengukur kapasitas skill diri sendiri. Diri sendiri jadi bisa diukur. Mana yang masih terasa kurang. Mana yang mesti dipacu dan ditingkatkan lagi. Mana kekuatan diri. Jadi ketika artikel terbit bolehlah menghargai kapasitas diri. Di situ ukuranya. Di situ kemampuan yang bisa dicurahkan. Berusaha care pada diri. Tentu pasti ingin meningkatkan lagi. Ingin membuka kapasitas skill lebih berkembang lagi. Lebih hebat lagi. Lebih produktif lagi. Karena itu, berusaha diskusi dan berbagi pengetahuan praktis dengan sesama teman sebaya dan kolega yang telihat berusaha mengupayakan publikasi. Belajar dan berguru pada orang produktif. Merencanakan kemitraan, kerjasama, dan kolaborasi. Bersyukur hingga pada titik ini dengan tetap kapsitas mesti lebih dikembangkan lagi. Jangan-jnagan latihan penulisan artikel imiah merupakan terapi spiritual.
 
Bagi mahasiswa, skill menulis artikel mungkin belum dirasakan manfaatnya. Apa gunanya? Untuk apa? Bisa jadi ada yang bertanya begitu. Ku sampaikan “dunia di masa depan sangat membutuhkan skill.” Penulisan artikel ilmiah masih merupakan skill yang langka. Publikasi artikel mahasiswa di jurnal ilmiah masih merupakan peristiwa yang langka pula. “Yakinlah, skill penulisan artikel ilmiah akan sangat dibutuhkan di masa depan,” kata ku lagi. “Dalam waktu dekat dunia butuh skill itu,” kata ku. Hiruplah udara segar. Lalu, kita coba menulis lagi. Suatu saat nanti kita coba writing camp !
 
 
Bandung, 14 Desember 2021
Wahyudin Darmalaksana, Dosen di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 
 
 

×
Berita Terbaru Update