-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Beberapa Kasus Kesalahan Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Sejak Penyusunan Proposal Sampai Laporan Hasil Penelitian

Tuesday, February 22, 2022 | 1:51:00 PM WIB Last Updated 2022-09-27T23:54:17Z


 

Kesalahan berarti pula kekeliruan, tidak tepat atau belum tepat. Kebalikan salah adalah benar. Benar di sini berarti sesuai pedoman.
 
Beberapa kasus kesalahan dijumpai dari perjalanan panjang. Tentu mengungkapkan kesalahan dibutuhkan keberanian. Hal ini sengaja disajikan agar penulis pemula khususnya tidak terperosok ke dalam kesalahan-kesalahan teknis yang sama secara berulang-ulang. Kesalahan adalah pelajaran berharga. Sehingga hal ini menjadi bahan perbaikan dalam latihan penulisan di masa depan.
 
Diakui ada banyak mazhab (aliran) penulisan. Di sini, kami tidak berarti paling otoritatif dalam kepenulisan. Apa yang disampaikan pun pasti tidak akan terlepas dari kesalahan pula untuk kemudian direvisi. Sebab, catatan tentang kesalahan-kesalahan ini dituturkan secara tergesa-gesa, meskipun semuanya disarikan dari hikayat panjang pengalaman keseharian. Paling tidak, catatan ini berlaku di mazhab Kelas Menulis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
 
Beberapa kasus kesalahan penulisan skripsi dan tugas akhir sejak penyusunan proposal sampai laporan hasil penelitian di bawah ini:
 
Kesalahan Menentukan Topik
Topik akan mengandung tema pembicaraan di dalamnya. Ada beberapa kasus skripsi dimana topik yang diangkatnya tidak sesuai dengan cakupan (scope) bidang ilmu program studi dalam arti melenceng hingga masuk ke dalam scope bidang ilmu program studi lain. Kasus seperti ini terjadi biasanya karena penulis dipengaruhi oleh bahan bacaan.
 
Kesalahan Menyusun Latar Belakang
Pada saat menulis latar belakang penelitian, ada beberapa kasus dimana penulis berusaha ingin memperlihatkan tentang adanya masalah. Mungkin ada anggapan di dalam benak penulis bahwa sebuah penelitian harus dilandasi karena adanya masalah. Ada beberapa kasus bahwa apa yang diperlihatkan oleh penulis bukanlah masalah, melainkan sebuah penghakiman atau menuduh masyarakat dengan penilaian buruk tanpa didasarkan data. Penghakiman seperti ini terjadi pasti karena penulis ingin memulai penelitiannya dari hal yang dianggap masalah sehingga penelitiannya akan dinilai menarik dan penting sekaligus sebagai alasan tentang mengapa perlu dilakukan penelitian. Padahal, seorang profesor ahli sosiologi sekalipun tidak selalu memulai penelitiannya dari sebuah masalah.
 
Faktanya, tidak seluruh penelitian pada pelaksanaanya benar-benar menyelesaikan masalah. Meskipun mereka di permulaan dimulai dari persoalan sosial kemasyarakatan. Jika tidak menyelesaikan masalah, maka mengapa memaksa harus ada masalah terlebih masalah itu hanyalah sebuah penghakiman. Bagi penelitian eksperimen yang dilakukan melalui observasi mungkin penting tentang adanya masalah. Akan tetapi, penelitian pemikiran dan penelitian sosial tidak selalu harus dilatarbelakangi karena adanya masalah. Misalnya, perbandingan antara pemikiran seseorang dengan pemikiran seseorang yang lain apakah harus dilatarbelakangi oleh masalah. Tentu tidak karena yang paling penting adalah ada hal yang dapat dibandingkan secara setara. Begitu juga di dalam penelitian sosial tidak perlu selalu karena adanya masalah. Sebab, penelitian sosial bisa pula dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi secara mendalam.
 
Tentu sebuah kesalahan bila penelitian pemikiran mengakat permasalahan fenomenologis --dengan cara penghakiman terhadap suatu komunitas atau kelompok masyarakat-- tetapi di dalam pelaksanaan penelitiannya tidak benar-benar menyelesaikan masalah. Penelitian pemikiran cukup masalah konseptual saja. Misalnya, ada inkonsistensi atau paradoks di dalam pemikiran seorang pemikir, ada persilangan pendapat di kalangan pemikir, atau pendalaman konsep sesuatu, dan lain-lain. Begitu pula penelitian Teks Suci (Al-Qur’an dan hadis), jenjang sarjana cukup interpretasi saja melalui pengayaan perspektif --tanpa harus dibenturkan dengan masalah sosial kemasyarakatan bila penelitiannya tidak benar-benar dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut. Boleh dicantumkan masalah fenomenologis di masyarakat tetapi mesti ditopang oleh data dan mungkin hanya menjadi pintu masuk saja tidak menjadi inti persoalan. Sebab, inti persoalan penelitian Teks Suci adalah pemahaman makna yang terkadung di dalamnya. Terkait hal ini, penelitian lingkup ilmu bidang humaniora dan juga agama jangan terlalu dipengaruhi oleh cara menentukan masalah di dalam bidang penelitian sains dan teknologi (yang memang bidang ini diarahkan untuk pemecahan masalah empiris-teknologis).
 
Kesalahan dalam latar belakang penelitian di atas, penyajiannya cukup panjang karena dijumpai banyak kasus kesulitan atau kurang tepat dalam penulisan latar belakang penelitian. Sepertinya mesti ada kursus yang khusus untuk latihan penulisan latar belakang penelitian.
 
Kesalahan dalam Rumusan Masalah
Beberapa kasus timbul kesalahan dimana rumusan, pertanyaan, dan tujuan penelitian tidak dirancang dalam satu kesatuan yang utuh. Rumusan masalah hendaknya tidak langsung pertanyaan penelitian, tetapi diawali dengan pernyataan. Misalnya, penelitian pemikiran rumusan masalahnya adalah “terdapat silang pendapat tentang gender dalam pemikiran intelektual muslim kontemporer.” Berdasarkan pernyataan tersebut maka pertanyaan penelitiannya ialah bagaimana silang pendapat tentang gender dalam pemikiran intelektual muslim kontemporer. Tujuan penelitian pun paralel dengan rumusan dan pertanyaan, yaitu penelitian ini bertujuan untuk membahas silang pendapat tentang gender dalam pemikiran intelektual muslim kontemporer. 

Selain itu, beberapa kasus terdapat kesalahan dalam memaparkan manfaat teoritas dan manfaat praktis hasil penelitian. Kesalahannya, manfaat penelitian kadang dicantumkan kurang jelas. Mungkin karena dipengaruhi oleh gaya penulisan dari naskah-naskah hasil penelitian sebelumnya.
 
Kesalahan dalam Kerangka Berpikir
Beberapa kasus terlihat kesalahan dalam penulisan kerangka berpikir. Ada kasus dimana peneliti terkesan “bingung” dan menyusun kerangka berpikir. Beberapa kasus tampak kerangka berpikir hampir tidak ada bedanya dengan latar belakang penelitian. Agar tidak bingung coba pahami cara penyusunan kerangka berpikir dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif akan menyusun kerangka berpikir yang pada akhirnya akan menghasilkan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (yang kebenarannya harus dibuktikan melalui metode ilmiah).
 
Kesalahan dalam Melihat Hasil Penelitian Terdahulu
Ada kasus dimana penulis tidak mencantumkan hasil penelitian terdahulu. Juga ada kasus penulis mencantumkan hasil penelitian terdahulu tetapi tidak melakukan perbandingan tentang kesamaan dan perbedaannya antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu. Hendaknya tidak hanya perbedaanya saja tetapi lakukan kritik terhadap hasil penelitian sebelumnya.
 
Kesalahan dalam Tinjauan Pustaka
Beberapa kasus proposal penelitian tidak ada tinjauan pustaka dalam arti landasan teoritis yang akan digunakan sebagai “pisau analisis” (referensi) nanti di bagian pembahasan penelitian. Di bagian ini hendaknya ditampilkan teori yang menjadi pijakan penelitian mulai dari istilah secara bahasa, peristilahan, aspek-aspek di dalam teori tersebut, dan dimensi-dimensi di dalam aspek-aspek teori tersebut. Di dalam penelitian lapangan biasanya aspek-aspek dan dimensi-dimensi ini digunakan untuk mendesain instrumen penelitian.
 
Kesalahan dalam Metodologi Penelitian
Kesalahan terbesar adalah bila metodologi penelitian tidak mengikuti pedoman resmi yang telah disepakti di pendidikan tinggi tempatnya belajar. Ada kasus satu program studi memaparkan metodologi penelitian secara beragam. Keragaman ini bukan kekayaan, melainkan kekacauan. Kenyataan ini pasti karena mengacu metodologi penelitian dari kampus lain. Memang ada keumuman tentang metodologi penelitian, namun setiap pendidikan tinggi pasti memiliki kesepakatan tertentu dalam struktur penulisan. Daripada itu, metodologi penelitian bukanlah copy paste, melaikan sebuah metodologi haruslah dapat diterapkan pula oleh peneliti lain ketika akan melakukan penelitian dengan topik dan pembahasan yang sama. Jika tidak bisa diterapkan ulang oleh peneliti lain, maka metodologi penelitian disebut gagal.    
 
Kesalahan dalam Penyajian Hasil Penelitian
Ada kasus dimana hasil penelitian bukan hasil pengolahan dari penerapan metode yang telah dicantumkan di bagian metodologi penelitian. Dalam kasus ini, metode di bagian metodologi penelitian seakan tidak berfungsi atau tidak difungsikan. Hasil penelitian adalah wakil dari fakta yang dihimpun dalam bentuk data, baik deskripsi (bila penelitian kualitatif) maupun angka (bila penelitian kuantitatif). Di sini, penyajian hasil penelitian hendaknya berperan sebagai informasi.
 
Kesalahan dalam Melakukan Pembahasan Hasil Penelitian
Kesalahan sering ditemukan dalam beberapa hal. Pertama, tidak meyoroti hasil utama penelitian. Kedua, tidak menerapkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan di bagian pendahuluan sebagai landasan teoritis atau pisau analisis (referensi) dalam melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian. Padahal, bila informasi (hasil penelitian) dilakukan interpretasi dengan menggunakan landasan teoritis pada tinjauan pustaka maka akan menghasilkan pengetahuan, yakni pengetahuan yang merupakan jawaban atas pertanyaan utama penelitian. Ketiga, tidak mendialogkan atau mendiskusikan hasil penelitian sekarang dengan hasil penelitian terdahulu untuk melihat perbedaan hasil secara signifikan. Padahal, bila terdapat perbedaan hasil yang signifikan maka signifikan pula manfaat (kontribusi) hasil penelitian. Keempat, tidak mengontrol bahwa penelitian telah sampai pada tujuan penelitian yang dijanjikan di bagian pendahuluan. Ada kasus dimana pembahasan terlihat mengantung tidak sampai di tujuan penelitian sebagaimana telah dideskripsikan pada kerangka berpikir.
 
Kesalahan Menyimpulakan
Ada kasus simpulan bukan hasil akhir dari pembahasan. Ada pula kasus tidak menegaskan manfaat hasil penelitian, tidak menunjukkan keterbatasan untuk peluang penelitian lebih lanjut, dan tidak mencantumkan rekomendasi bagi pengembangan.
 
Kesalahan-kesalahan Teknis Pengetikan
Kesalahan teknis pengetikan atau penulisan di antaranya tidak rapi (margin, layout, alinea pertama, spasi, titik, koma, italic, huruf kapital dan huruf kecil, tidak konsisten dalam penulisan kata, penomoran atau pointer berupa simbol atau lambang bukan angka dan huruf, banyak typo, dan lain-lain). Padahal, kesalahan teknis pengetikan akan sangat mengganggu substansi isi. Hal yang merupakan kesalahan pula adalah kalimat ambigu, kalimat rancu, atau kalimat yang tidak mudah dipahami oleh pembaca. Ada juga pernyataan orang lain tetapi tidak disertai pengutipan atau sumber rujukan. Kalimat terlalu panjang sehingga pembaca tidak memiliki jeda untuk bernafas. Banyak kata "kita" di dalam kalimat dan paragraf. Tidak melakukan paraphrase yang mengakibatkan persentase similarity menjadi besar ketika dilakukan cek plagiasi. Ada kalanya sumber yang tidak dikutip muncul di bagian daftar pustaka. Tidak atau belum menerapkan aplikasi otomatis pengutipan semisal Mendeley.
 
Semua di atas itu, kesalahan terbesar ialah tidak berusaha memulai menulis.
 
 
Bandung, 22 Februari 2022
Wahyudin Darmalaksana, Kelas Menulis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 

×
Berita Terbaru Update