Orang humaniora yang dimaksud di sini adalah peminat ilmu sosial, budaya, dan agama. Sedangkan orang sains ialah peminat bidang eksakta.
Untuk tidak bermaksud melakukan generalisasi, orang humaniora lebih banyak diskusi, sedangkan orang sains pasti lebih suka melakukan eksperimen. Suatu perbedaan yang tegas.
Dulu, bidang humaniora punya pola penelitian sendiri. Tapi gaya penelitian bidang sains lebih menonjol (lebih populer, lebih ramai, lebih menjamur) sekarang ini. Paling tidak, popularitas (penelitian sains) dilihat dari artikel-artikel hasil penelitian di jurnal ilmiah yang ditandai dengan berkembangnya struktur IMRAD (Introduction, Method, Results, and Discussion).
Sejak dulu pun penelitian bidang humaniora pada dasarnya tidak lepas dari sifat saintifik. Dalam arti sejak di masa lalu penelitian bidang humaniora selalu meniscayakan hal-hal semisal penalaran ilmiah, penggunaan kaidah ilmiah, dan penerapan metode ilmiah.
Di dalam struktur IMRAD, penelitian ilmiah mengharuskan ada results (hasil) dan discussion (diskusi). Di sini, momentum “pernikahan” orang sains dan orang humaniora.
Pernikahan ini memiliki arti penting. Pertama, hasil bersih sebuah penelitian sangat dibutuhkan melalui observasi, eksperimen, penghitungan statistik, dan lain-lain. Kedua, mendiskusikan “hasil penelitian objektif” secara mendalam dengan analisis humaniora juga merupakan kebutuhan mendesak.
Segala kebijakan penelitian saintifik selalu pada ujungnya diorientasikan untuk pengembangan masyarakat. Di sisi inilah, orang humaniora butuh hasil riset objektif di satu pihak, dan orang sains pasti butuh tingkat keterterapan hasil penelitian hingga terwujud peradaban di pihak lain.
Pernikahan ini mesti terjadi, bergantung kesiapan “penghulu.”
Bandung, 05 Maret 2022
Wahyudin Darmalaksana, Kelas Menulis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung