-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tahap 9

Wednesday, April 13, 2022 | 10:54:00 AM WIB Last Updated 2022-04-13T03:54:09Z




 
Wahyudin Darmalaksana
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
yudi_darma@uinsgd.ac.id
 
 
Tahap 1
Permasalahan utama penelitian ini adalah terdapat realitas masyarakat 5.0 menurut pandangan Islam.
 
Rumusan masalah penelitian ini ialah bagaimana realitas masyarakat 5.0 menurut pandangan Islam.
 
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai khazanah Islam dalam membentuk realitas masyarakat 5.0.
 
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai pengetahuan dalam membentuk realitas masyarakat 5.0 menurut pandangan Islam.
   
Tahap 2
Hasil penelitian terdahulu telah dikemukakan oleh beberapa peneliti terkait upaya membentuk realitas masyarakat 5.0 menurut pandangan Islam. Antara lain Mahmud, Mahmud; Wahyudin Darmalaksana; Tedi Priatna (2022) “Model Studi Hadis Metode Mutakhir Ide Masyarakat 5.0,” Gunung Djati Conference Series. Penelitian ini bertujuan merancang model studi hadis untuk ikut terlibat dalam mewujudkan ide masyarakat 5.0. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif analitis. Objek formal penelitian ini adalah studi hadis dalam pengertian luas, sedangkan objek materialnya ialah metode-metode mutakhir yang relevan untuk mewujudkan gagasan masyarakat 5.0 sebagai konteks penelitian. Hasil penelitian dan pembahasan ini mengajukan temuan rancangan model studi hadis khususnya melalui penerapan metode design thinking dan Higher Order Thinking Skills untuk mentransformasikan hadis ke dalam wujud masyarakat 5.0. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan rancangan model studi hadis dengan metode mutakhir untuk mewujudkan realitas masyarakat 5.0 mengharuskan dilakukannya tinjauan ulang terhadap kebiasaan studi hadis klasik melalui pengujian secara terus-menerus hingga ditemukan model yang lebih tepat (Mahmud, 2022).
 
Hasil penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terdapat kesamaan dalam membahas masyarakat 5.0. Akan tetapi terdapat perbedaan dimana penelitian terdahulu menawarkan model studi hadis metode mutakhir untuk mewujudkan ide masyarakat 5.0, sedangkan penelitian sekarang bertujuan membahas realitas masyarakat 5.0 menurut pandangan Islam.
 
Tahap 3
Kerangka berpikir perlu disusun sebagai alur logis secara garis besar berjalannya penelitian ini dalam menjawab rumusan masalah bagaimana realitas masyarakat 5.0 menurut pandangan Islam. Adapun began kerangka berpikir di bawah ini:
 
Bagan 1. Kerangka Berpikir

 
Masyarakat 5.0 adalah sebuah realitas masyarakat dengan indikator perubahan, kebahagiaan, dan kesejahteraan (Destria, Huriani, & Darmalaksana, 2022). Pandangan Islam dapat dirujuk dari gagasan para tokoh muslim, seperti KH. Zainuddin Fananie (1908-1967), penulis karya “Pedoman Pendidikan Modern” yang terbit tahun 1934 (Fananie, 2010). Penelitian ini akan membahas realitas masyarakat 5.0 (Destria et al., 2022) dengan menggunakan pandangan Islam pespektif KH. Zainuddin Fananie (Fananie, 2010).
 
Tahap 4
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-analitis (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020). Jenis data penelitian ini merupakan data kualitatif yang bukan angka. Sumber data penelitian ini meliputi sumber primer yaitu buku “Pedoman Pendidikan Modern” (1934) karya KH. Zainuddin Fananie (Fananie, 2010) dan sumber sekunder berupa referensi seputar topik masyarakat 5.0. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka (Darmalaksana, 2020). Teknik analisis data ditempuh melalui tahapan inventarisasi, klasifikasi, dan interpretasi (Darmalaksana, 2022).
 
Tahap 5
Landasan teori dibutuhkan untuk pondasi teoritis dalam melakukan pembahasan. Penelitian ini menggunakan landasan teori dari pandangan KH. Zainuddin Fananie dalam karyanya, yakni Pedoman Pendidikan Modern yang terbit tahun 1934. KH. Zainuddin Fananie memberikan makna “pendidikan” dalam pengertian umum, bukan hanya pengajaran di sekolah, melainkan long life education (pendidikan sepanjang hayat). Sedangkan “modern” dimaknai “maju” sehingga pendidikan modern berarti pendidikan maju. Bagi terciptanya pendidikan maju, KH. Zainuddin Fananie meletakan tiga dasar, yaitu ruh, akal, dan amal (Fananie, 2010). Ketiganya, yaitu ruh, akal, dan amal, saling terkait tidak dapat dipisahkan. Pendidikan ruh berperan untuk membentuk kebijaksanaan, pendidikan akal berperan untuk mengasah dan menajamkan pikiran, dan amal merupakan keterpaduan dari ruh dan akal dalam wujud manifestasi perbuatan baik atau kebaikan yang terbentuk melalui latihan secara terus-menerus hingga menjadi kebiasaan (Fananie, 2010). Objek formal penelitian ini adalah pandangan Islam menurut KH. Zainuddin Fananie, sedangkan objek materialnya ialah realitas masyarakat 5.0 dalam konteks Indonesia.
 
Tahap 6
Pendahuluan
Ide membentuk realitas society 5.0 (masyarakat 5.0) membuhtuhkan perspektif, termasuk dari pandangan Islam. Masyarakat 5.0 adalah ide yang mencuat begitu deras di era revolusi industri 4.0 (Destria et al., 2022; Mahmud, 2022). Sebuah era yang menghadirkan perubahan-perubahan cepat akibat perkembangan teknologi digital (Haqqi & Wijayati, 2019; Purba, Yahya, & Nurbaiti, 2021). Namun, ide membentuk realitas masyarakat 5.0 masih berkelindan dalam berbagai perspektif. Sejumlah perspektif hadir bermunculan dalam wujud usulan-usulan membentuk realitas masyarakat 5.0 untuk menemukan sudut pandang yang tepat (Nastiti & Ni’mal Abdu, 2020; Putra, 2019; Santoso, Irfan, & Nurwati, 2020). Oleh karena itu, penelitian ini tertarik mengedepankan pandangan Islam terkait realitas masyarakat 5.0, khususnya untuk konteks Indonesia.
 
Tahap 7
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.   Ide Masyarakat 5.0
Ide masyarakat 5.0 mula pertama dicentuskan oleh pemerintah Jepang (Nastiti & Ni’mal Abdu, 2020). Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, pada World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 23 Januari 2019, menyatakan bahwa peradaban manusia hubungannya dengan perkembangan teknologi menimbulkan pemikiran mengenai peradaban yang berpusat pada manusia (Santoso et al., 2020). Pernyataan ini menegaskan bahwa peradaban manusia pastilah pusatnya adalah manusia. Teknologi diciptakan oleh manusia dan manusia berperan mengendalikan teknologi sehingga tercipta peradaban. Dewasa ini, peradaban dunia sedang berada dalam era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 harus dikendalikan dalam arti dirasakan kegunaannya untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga kerangka  kerja umat manusia beserta teknologi yang dikembangkannya akan berkontribusi  untuk  menyelesaikan  tantangan masyarakat  di  seluruh  dunia (Santoso et al., 2020). Inilah tujuan masyarakat 5.0.
 
Masyarakat 5.0 bukan kelanjutan dari era revolusi industri 4.0. Menurut Sukarno (2020), masyarakat 5.0 terjadi karena dampak revolusi industri 4.0. Menurutnya, masyarakat 5.0 dimaknai sebagai masyarakat yang kebutuhannya harus disesuaikan dengan pelayanan produk yang sudah berkualitas tinggi dari manifestasi revolusi industri 4.0 hingga memberi rasa nyaman terhadap semua orang (Sukarno, 2020). Putra (2019) memandang bahwa revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 merupakan gerakan nyata terhadap perkembangan informasi dan teknologi yang semakin canggih, sehingga menghadapi munculnya masyarakat 5.0 dibutuhkan terobosan-terobosan yang paten. Menurutnya, ide masyarakat 5.0 diadopsi pemerintah Jepang sebagai antisipasi terhadap tren global akibat munculnya revolusi industri 4.0, dimana masyarakat 5.0 dimaknai secara alami yang pasti terjadi di era revolusi industri 4.0 yang telah melahirkan berbagai inovasi dalam dunia industri dan masyarakat secara umum.  Disebutkan pula bahwa realitas masyarakat 5.0 adalah jawaban atas tantangan era revolusi industri 4.0 yang dibarengi disrupsi yang ditandai perubahan-perubahan yang sangat cepat di tengah-tengah dunia yang penuh gejolak, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas. Pada sisi ini, masyarakat 5.0 ialah masyarakat pintar atau masyarakat cerdas yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0, seperti internet of things (internet untuk  segala sesuatu), artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Putra, 2019).
 
Sejalan dengan pandangan di atas, Nastiti (2020) menyebutkan bahwa masyarakat 5.0 berusaha memecahkan masalah kehidupan melalui integrasi ruang fisik dan virtual, dimana pada masyarakat 5.0 terdapat teknologi big data, internet of things dan artifical intelligence yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat sehingga kehidupan menjadi lebih baik (Nastiti & Ni’mal Abdu, 2020). Menurutnya, kehidupan melalui masyarakat 5.0 diharapkan akan lebih nyaman dan berkelanjutan, dimana hal yang menjadi prinsip dasar dalam realitas masyarakat 5.0 adalah keseimbangan dalam perkembangan ekonomi dengan lingkungan sosial. Selebihnya, pada bidang pendidikan di dalam realitas masyarakat 5.0 bisa jadi siswa atau mahasiswa dalam proses pembelajarannya berhadapan dengan robot yang dirancang untuk menggantikan pendidik atau dikendalikan oleh pendidik dari jarak jauh. Bukan tidak mungkin proses belajar mengajar bisa terjadi dimana saja dan kapan saja baik itu dengan adanya pengajar ataupun tidak (Nastiti & Ni’mal Abdu, 2020).
 
Berdasarkan paparan di atas, ada beberapa indikator realitas masyarakat 5.0. Di antaranya perubahan, kebahagiaan, dan kesejahteraan (Destria et al., 2022). Indikator-indikator ini perlu mendapat sentuhan pengembangan dari berbagai sudut pandang, termasuk dari sudut pandang Islam dalam bentuk model (Mahmud, 2022). Pada pembahasan berikutnya akan digunakan pandangan KH. Zainuddin Fananie dalam menemukan bentuk realitas masyarakat 5.0 untuk konteks Indonesia.
 
Tahap 8
Pandangan KH. Zainuddin Fananie 
KH. Zainuddin Fananie lahir di Gontor tahun 1908 dan meninggal di Jakarta tahun 1967. Beliau adalah salah seorang Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Jawa Timur bersama dua orang sudara kandungnya, yakni kakak KH. Ahmad Sahal dan adik KH. Imam Zarkasyi. KH. Zainuddin Fananie adalah putera keenam dari Kyai Santoso Anom Besari (Fananie, 2010).
 
KH. Zainuddin Fananie mengenyam pendidikan di Hollandshe Inlander School (HIS) di Ponorogo Jawa Timur, Kweekschool di Padang, dan Leider School di Palembang. Beliau mempunyai sejumlah pengalaman, seperti menjadi guru di HIS (1926-1932), mengajar pada School Opziener di Bengkulen (1934), menjadi konsul pengurus besar Muhammadiyah Sumatera Selatan (1942), dan lain-lain. Apabila sang kakak KH. Ahmad Sahal dipahami sebagai kiyai spiritual Islam, maka KH. Zainuddin Fananie dipandang sebagai peletak dasar pendidikan modern dalam Islam, dan sang adik KH. Imam Zarkasyi dimaknai sebagai pelaksana pandangan modern dalam bentuk Pondok Modern Darussalam Gontor. KH. Zainuddin Fananie menulis karya bertajuk “Pedoman Pendidikan Modern” yang terbit tahun 1934. Karya lainnya adalah “Senjata Penganjur dan Pemimpin Islam,” “Kursus Agama Islam,” “Penangkis krisis,” dan “Reidenar dan Jurnalistik” (Fananie, 2010).
 
KH. Zainuddin Fananie dalam bukunya Pedoman Pendidikan Modern (1934) mengemukakan bahwa sejak dulu rakyat Indonesia sudah ingin merdeka. Kata “merdeka” di sini dapat dipahami secara harfiah, yakni terbebas dari penjajahan. Apabila “merdeka” dipahami secara analogis atau silogisme yaitu “terbebas dari kebodohan, ketidakmampuan, dan ketertinggalan.” Di dalam konteks Indonesia terkini kira-kira semakna dengan ide “Merdeka Belajar” menteri pendidikan. KH. Zainuddin Fananie mengartikan “modern” dengan “maju” berarti pendidikan modern adalah pendidikan maju. Buku Pedoman Pendidikan Modern (1934) menyiratkan pemahaman bahwa merdeka dari kebodohan, ketidakmampuan, dan ketertinggalan harus ditempuh melalui pendidikan maju. Sementara itu, pendidikan menurut KH. Zainuddin Fananie bukan “mengisikan” pengetahuan ke dalam otak manusia, melainkan bagaimana membuat siswa mampu berpikir dengan tajam dalam istilah lain berpikir kritis. Terkait ini, slogan utamnya adalah metode lebih penting dari pada materi (bahan kajian). Dengan perkataan lain, materi atau bahan kajian itu mudah dicari bila tersedia metode pencariannya. Seperti di era revolusi industri 4.0 sekarang bahan kajian atau konten mudah dicari atau diakses di big data untuk diolah melalui artifical intelligence dimana kehidupan segalanya serba internet of things. Jadi benar pendapat KH. Zainuddin Fananie bahwa materi atau bahan kajian tidak perlu “diisikan” ke dalam otak siswa dalam arti lain pendidikan bukanlah transfer knowledge. Melainkan pendampingan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif, dan maju.
 
Landasan pendidikan modern KH. Zainuddin Fananie adalah ruh, akal, dan amal (Fananie, 2010). Pendidikan ruh berperan membentuk kebijaksanaan, pendidikan akal berperan mengasah pikiran, dan amal yang terus-menerus dikerjakan berperan menciptakan kebiasaan (Fananie, 2010). Landasan ini selanjutnya akan digunakan dalam membahas realitas masyarakat 5.0 untuk konteks di Indonesia.
 
Tahap 9
Realitas Masyarakat 5.0 menurut Islam
Indikator atau ukuran masyarakat 5.0 adalah berubah, bahagia, dan sejahtera. Berubah adalah konsekuensi dari revolusi industri 4.0. Bahagia ialah potensi yang ada di dalam diri manusia yang harus dijaga. Sejahtera yaitu tuntutan dunia tentang pembangunan berkelanjutan.
Jika manusia tidak berubah, maka akan terdisrupsi oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat. Apabila manusia tidak bahagia, maka akan terus berkeluh-kesah. Selanjutnya, bila tidak sejahtera, maka bagaimana menikmati hidup.
 
Masyarakat 5.0 mensyaratkan perubahan melalui adaptasi terhadap pencapaian teknologi era revolusi industri 4.0. Berkat internet of things dan artificial intelligence serta big data telah banyak kemajuan yang memungkinkan manusia berubah dengan cara melakukan adaptasi. Berubah adalah indikator utama atau syarat utama terbentuknya masyarakat 5.0. Juga menyaratkan bahagia bagi setiap orang. Bahagia adalah subjek otonom di dalam diri manusia. Bahagia tidak tergantung aspek material di dalam diri. Aspek material di luar diri berperan untuk kemudahan dan kesenangan, bukan kebahagiaan. Jadi manusia sejatinya tetap bahagia dalam situasi apapun karena kebahagiaan bersifat otonom dan tidak terpaut aspek material di luar diri. Bahagia adalah syarat utama masyarakat 5.0. Selebihnya, sejahtera. Dunia internasional sangat menekankan pembangunan berkelanjutan yang tujuannya untuk menciptakan kesejahteraan. Di dalam Islam, sejahtera tidak selalu lahir tetapi batin (Destria et al., 2022). Islam menekankan keseimbangan antara lahir dan batin (Mahmud, 2022). Keseimbangan ini termasuk prinsip realitas masyarakat 5.0, seperti seimbang antara virtual dan real, antara ekonomi dan sosial, antara teknologi dan kemanusiaan, dan lain sebagainya.
 
Pandangan KH. Zainuddin Fananie memiliki relevansi dengan segenap indikator realitas masyarakat 5.0. KH. Zainuddin Fananie menempatkan ruh sebagai asas utama dalam pandangannya tentang pendidikan modern. Ruh dalam Islam merupakan Dzat yang ditiupkan Allah Swt kepada seluruh manusia di alam primordial. KH. Zainuddin Fananie menekankan bahwa ruh perlu mendapat pendidikan, sebab pada saat ruh menerima tubuh dan terlahir ke dunia maka dapat terkontaminasi oleh hal kotor. Pendidikan ruh dilakukan sejak di rumah hingga terbentuk kebijaksanaan. Berikutnya, bagi KH. Zainuddin Fananie, akal merupakan potensi yang harus diasah. Beliau mengibaratkan air hujan yang turun di pegunungan mula-mula membentuk parit (selokan kecil) lalu membesar menjadi sungai dengan air yang deras. Begitu pula akal, bila diasah maka makin membekas dan makin tajam (Fananie, 2010). Makin tajam dalam pemahaman sekarang berarti makin mampu berpikir kritis. Selanjutnya, amal oleh KH. Zainuddin Fananie diartikan dengan praktik atau kerja. Dalam Taksonomi Bloom berarti psikomotorik meliputi berbagai kreatifitas. Sedangkan dalam teori Peter L. Berger berarti eksternalisasi mencakup pengejawantahan atau perwujudan produk suatu budaya. Bagi KH. Zainuddin Fananie, produktivitas, kemajuan, dan kesejahteraan harus ditunaikan melalui amal, amal, dan amal (Fananie, 2010). Dalam arti kerja, kerja, dan kerja!
 
Jika pandangan KH. Zainuddin Fananie ditarik ke dalam konteks sekarang, maka relevan untuk digunakan dalam membentuk perubahan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. KH. Zainuddin Fananie sangat menghendaki perubahan, yakni dari penjajahan Belanda menuju kemerdekaan Indonesia, dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat maju, dan dari kemiskinan menuju kesejahteraan. Perubahan ini adalah harapan dari realitas masyarakat 5.0 dimana masyarakat harus melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi era revolusi industri 4.0. Berikutnya, kebahagiaan. KH. Zainuddin Fananie mengarahkan pendidikan modern tidak lain untuk kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Tujuan akhirnya adalah akhirat yang ditempuh melalui kehidupan dunia. Di dalam kehidupan dunia pasti ada ujian, cobabaan, dan tantangan. Semua itu harus dihadapi dengan tetap bahagia. Apabila manusia lulus menghadapi ujian maka mereka naik derajatnya. Dalam kaitan ini, ide masyarakat 5.0 menekankan manusia sebagai pusat (Santoso et al., 2020). Dalam pandangan KH. Zainuddin Fananie, pusat manusia adalah ruh. Apabila ruh rusak maka rusaklah, dan bila ruh baik maka baiklah. Di sini menjadi penting kepribadian, budi pekerti, kesahajaan, dan kebijaksanaan. Akan tetapi, ruh sebagai pusat manusia ini tidak terlepas dari pusat lain yang berupa akal. Kejahatan merupakan amal pekerjaan buruk berdasarkan akal tanpa dilandasi ruh yang terdidik. Karenanya, ruh, akal, dan amal dalam pandangan KH. Zainuddin Fananie harus menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan dalam upaya membentuk realitas masyarakat 5.0 di tanah air.
 
Pendidikan tidak hanya terpaku pada siswa di dalam kelas, tetapi berlaku bagi semua lintas usia sepanjang hayat. Juga pendidikan dalam pandangan KH. Zainuddin Fananie ini bukan dalam arti sempit seperti menghimpun ilmu pengetahuan, melainkan dalam arti luas berupa pendidikan karakter (Fananie, 2010). Karakter atau watak sendiri merupakan itegralitas ruh, akal, dan amal. KH. Zainuddin Fananie menghendaki terbentuknya pribadi-pribadi yang mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di masyarakat. Dan pada gilirannya terwujud kesejahteraan. Demikian, tampak pandangan KH. Zainuddin Fananie sangat relevan digunakan dalam upaya membentuk realitas masyarakat 5.0 di Indonesia.
 
 

 

Referensi

Darmalaksana, Wahyudin. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Darmalaksana, Wahyudin. (2022). Panduan Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Destria, Dary, Huriani, Yeni, & Darmalaksana, Wahyudin. (2022). Ide Mewujudkan Masyarakat 5.0 di Indonesia: Studi Takhrij dan Syarah Hadis Kontemporer. Gunung Djati Conference Series, 8, 843–856.

Fananie, R. Zainuddin. (2010). Pedoman Pendidikan Modern (Wahyudin Darmalaksana, ed.). Jakarta: Fananie Center.

Haqqi, Halifa, & Wijayati, Hasna. (2019). Revolusi Industri 4.0 di Tengah Society 5.0: Sebuah Integrasi Ruang, Terobosan Teknologi, dan Transformasi Kehidupan di Era Disruptif. Anak Hebat Indonesia.

Mahmud, Mahmud; Wahyudin Darmalaksana; Tedi Priatna. (2022). Model Studi Hadis Metode Mutakhir Ide Masyarakat 5.0. Gunung Djati Conference Series, 8.

Nastiti, Faulinda Ely, & Ni’mal Abdu, Aghni Rizqi. (2020). Kesiapan Pendidikan Indonesia menghadapi Era Society 5.0. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 5(1), 61–66.

Purba, Nabillah, Yahya, Mhd, & Nurbaiti, Nurbaiti. (2021). Revolusi Industri 4.0: Peran Teknologi dalam Eksistensi Penguasaan Bisnis dan Implementasinya. Jurnal Perilaku Dan Strategi Bisnis, 9(2).

Putra, Pristian Hadi. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam menghadapi Society 5.0. Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 19(02), 99–110. https://doi.org/10.32939/islamika.v19i02.458

Santoso, Meilanny Budiarti, Irfan, Maulana, & Nurwati, Nunung. (2020). Transformasi Praktik Pekerjaan Sosial Menuju Masyarakat 5.0. Sosio Informa, 6(2), 170–183.

Sukarno, Mohamad. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter dalam Era Masyarakat 5.0. Prosiding Seminar Nasional Milleneial 5.0 Fakultas Psikologi Umby.

UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (2020). Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

 

×
Berita Terbaru Update