Kami tengah mengembangkan latihan bagian-bagian paling spesifik dalam penulisan artikel ilmiah. Antara lain latihan membuat paragraf latar belakang penelitian.
Hal ini mungkin terdengar dan terkesan terlalu sepele. Sejujurnya apa yang kami kerjakan merupakan langkah meniru sejumlah aktivitas “writing center” (pusat bantuan penulisan akademik) di negara-negara maju. Di sana mereka sering mengadakan workshop bagian-bagian bahkan sampai unit terkecil dalam penulisan paper (artikel) ilmiah.
Latihan menulis paragraf latar belakang penelitian merupakan agenda lazim di pusat-pusat bantuan penulisan yang menjamur seluruh pendidikan tinggi dunia. Para akademisi global terlihat antusias mengikuti pelatihan unit-unit terkecil, termasuk latihan menulis paragraf latar belakang penelitian.
Ada banyak arti penting latihan ini. Kami memandang perlu untuk mengemukakannya, meskipun secara acak (random). Arti penting latihan menulis paragraf latar belakang penelitian di bawah ini:
1. Disebut Paling Sulit
Para penulis artikel ilmiah --di seantero jagat-- mengakui pekerjaan paling sulit adalah menulis pendahuluan, di mana bagian ini diawali dengan latar belakang penelitian. Bisa jadi di bagian pendahuluan yang disebut paling sulit ini, penulisan latar belakang inilah yang tersulit. Sebab, latar belakang berperan menentukan sikap pembaca apakah meneruskan membaca ataukah tidak meneruskan membaca penyajian artikel ilmiah.
2. Mesti Menarik
Pembaca hampir dipastikan meneruskan untuk membaca artikel yang mereka cari bila penyajian latar belakang dibuat menarik. Sebaliknya, pembaca mengabaikan tulisan karena tidak dapat menikmati tulisan tersebut. Hanya saja latar belakang yang sedemikian baik pun tetap tidak mungkin bisa menjangkau seluruh khalayak.
3. Menentukan Segmen
Latar belakang tidak mungkin dapat menjangkau seluruh khalayak. Tentu jumlah pembaca berjuta-juta banyaknya dengan minat, orientasi, dan bidang ilmu yang beragam. Karena itu, sejak menulis latar belakang, penulis penting sekali untuk menentukan segmen pembaca secara spesifik. Di sinilah pentingnya latihan menulis paragraf latar belakang penelitian.
4. Kalimat Sederhana
Sisi lain pentingnya latihan ini yakni pembaca dapat dipastikan menyukai kalimat-kalimat sederhana. Berbagai pelatihan menulis latar belakang biasanya mengarahkan peserta untuk latihan membuat kalimat-kalimat secara sederhana. Artinya, kalimat yang mudah dipahami pembaca, bukan kalimat-kalimat yang pelik, ambigu, dan tidak tuntas.
5. To the Point
Penulis tentu saja tidak boleh membawa pembaca ke berbagai wilayah belantara yang teramat luas. Sebab, hal itu pasti melelahkan pembaca. Sehingga penulis terlatih pasti berusaha membuat latar belakang to the point, tidak mubazir, dan langsung menampilkan highlight (sorotan) di kalimat pembuka.
6. Latihan Fokus
Latihan menulis latar belakang sama halnya dengan latihan fokus. Yaitu, fokus pada inti masalah atau dengan istilah lain fokus terhadap permasalahan utama atau juga fokus studi. Yakni, berupa gap (“celah”) yang penulis akan berusaha mengisi celah (ruang kosong) tersebut.
7. Saling Terhubung
Latar belakang bisa dibedakan dengan bagian-bagian lain dalam struktur artikel ilmiah. Tapi mereka tidak bisa dipisahkan antara bagian yang satu dan bagian lain. Sebab, semua bagian dalam penulisan artikel saling terhubung. Jelas bagian latar belakang menjadi pembuka untuk bagian selanjutnya.
8. Mengendalikan Paragraf
Artikel ilmiah terdiri atas paragraf-paragraf. Penulisan paragraf membutuhkan pengendalian. Di saat penulis berusaha mengendalikan paragraf latar belakang maka hal itu menjadi langkah tepat untuk berlatih fokus dalam pengendalian paragraf-paragraf lainnya.
9. Latihan Detail
Keseluruhan bagian dalam struktur penulisan artikel ilmiah membutuhkan pengerjaan secara detail. Latihan menulis latar belakang pada dasarnya latihan mencermati sesuatu secara detail. Kami sering mengatakan “cintailah hal detail.” Atau “cintailah sesuatu secara detail.” Daripada itu, orang-orang besar biasanya tidak luput untuk mencintai hal-hal kecil secara detail.
10. Tidak selalu Permulaan
Para penulis yang terlatih selalu memeriksa ulang bagian latar belakang pada saat penulisan draf artikel telah rampung. Sebab, latar belakang adalah semacam janji penulis yang mesti ditunaikan di bagian-bagian lain dalam struktur penulisan artikel ilmiah. Boleh jadi penulis menyajikan pembahasan yang tidak atau kurang sesuai dengan janji di bagian latar belakang. Oleh karena itu, tinjauan ulang latar belakang menjadi keniscayaan. Tegaslah penulisan latar belakang tidak selalu ketika memulai membuat artikel tetapi bisa dikerjakan belakangan meskipun ia (latar belakang) merupakan bagian permulaan.
11. Bukan Tempat Memulai
Ada banyak pengalaman akademisi merasa sulit memulai. Selama lima tahun ini, kami konsisten memberi pelatihan menulis artikel ilmiah tidak dimulai dari latar belakang. Kami menempatkannya di Tahap 6 dari 11 tahapan keseluruhan latihan menulis artikel sesuai modul. Tahap 6 adalah tahap akhir dalam penulisan proposal penelitian. Meskipun latar belakang menempati paling pertama menurut struktur penulisan, namun kami membuatnya di bagian paling akhir menurut prosedur penulisan proposal penelitian. Prosedur ini bukan saja membuat penulis menjadi mudah, melainkan juga ternyata menulis latar belakang di urutan akhir proposal penelitian telah menegaskan penulis menjadi menguasai keseluruhan isi proposal penelitian ketika pada gilirannya mereka membuat latar belakang.
12. Mencintai Semua
Penulis mendapat tuntutan mesti mencintai seluruhnya dalam bagian-bagian artikel ilmiah. Latar belakang bukanlah bagian paling utama yang meminta penulis mesti mencintainya dengan mengabaikan bagian-bagian yang lain. Semua bagian dalam struktur penulisan artikel ilmiah merupakan subjek utama. Praktis, penulis mesti mencintai seluruhnya. Namun, ternyata cinta penulis terhadap latar belakang tidak lain merupakan pintu yang melebarkan jalan untuk mencintai seluruhnya.
13. Bukan Kerangka Berpikir
Sering dijumpai tumpang tindih antara latar belakang dan kerangka berpikir. Setidaknya, pengulangan kalimat terkadang tidak terhindari di latar belakang dan kerangka berpikir. Padahal, latar belakang dan kerangka berpikir harus dibedakan dengan tegas. Latar belakang adalah jalan menuju fokus studi. Sedangkan kerangka berpikir ialah alur logis secara garis besar berjalannya penelitian.
14. Berpikir Deduktif
Latihan membuat paragraf latar belakang berarti belajar berpikir deduktif. Latar belakang artikel ilmiah lazimnya dibuat secara deduktif, bahkan di artikel-artikel jurnal ilmiah sering dimulai dengan paragraf deduktif. Sebaliknya, pola induktif biasanya digunakan untuk latar belakang dalam membuat karya novel yang bersifat fiksi atau penulisan biografi seorang tokoh.
15. State of the Art
Artikel ilmiah selalu menuntut adanya state of the art. Yaitu, aspek paling mutakhir yang merupakan gagasan penulis secara original. State of the art terkait dengan orisinalitas, perbedaan dengan penelitian terdahulu, kebaruan, kontribusi, dan kemutakhiran. Pertanyaannya, pada bagian manakah state of the art dalam struktur artikel ilmiah. Jawabannya adalah state of the art dikemukakan di setiap bagian termasuk di bagian latar belakang penelitian.
16. Murni Skills
Penulisan latar belakang penelitian dapat dikatakan murni skill (keterampilan). Bahkan, penulisan keseluruhan bagian dan unit-unit terkecil dalam struktur artikel ilmiah merupakan murni skills. Suatu skills apapun tidak mungkin bisa diraih tanpa latihan secara terus menerus. Bisa ditegaskan di sini, latihan secara intensif, sungguh-sungguh, dan penuh dengan bahagia yang membuat orang menjadi terlatih.
17. Survival Skills
Latihan membuat latar belakang adalah survival skills (“ketermpilan bertahan hidup”). Editor jurnal setelah menerima naskah dari penulis tidak mungkin mereka mengabaikan untuk tidak memeriksa bagian latar belakang. Apabila latar belakang tidak sesuai harapan jurnal ilmiah, editor pasti mengembalikan dan bahkan menolak naskah artikel untuk penerbitan. Latihan menulis paragraf latar belakang adalah survival skills yakni sebuah seni hidup berbasis keterampilan untuk memenuhi harapan editor jurnal ilmiah sebagai orang yang paling kuasa menolak atau menerima naskah artikel untuk penerbitan.
Tentu masih banyak alasan mengapa sedemikian mendesak perlu diadakannya pelatihan menulis paragraf latar belakang penelitian yang biasa disebut pula dengan latar belakang masalah. Namun, alasan-alasan di atas sudah cukup membuka cakrawala. Terasa sekali bahwa pelatihan unit-unit terkecil dalam struktur penulisan artikel ilmiah begitu signifikan. Signifikansinya dapat dirasakan secara praktis oleh para akademisi Indonesia yang tampak sedang menggeliat dalam publikasi ilmiah.
Wahyudin Darmalaksana, Fasilitator Kelas Menulis pada Sentra Publikasi Indonesia.