KELAS MENULIS -- Skripsi akan teringat sampai tua. Mahasiswa boleh tidak percaya. Tapi coba tanya yang pernah sarjana pasti mereka ingat skripsi yang ditulisnya.
Ingat karena skripsi merupakan pengalaman pertama dunia akademik. Disusun, dibimbing, dan diujikan di hadapan majelis. Serta ditulis dengan penuh perjuangan.
Pertanyaannya, apa yang sulit saat menulis skripsi?
Bagi akademisi magister terlebih doktor, skripsi bukan perkara yang sulit. Karena hal itu telah dialami dan dilewati serta telah meningkat kemampuan akademisnya. Tapi pasti ada yang dirasa sulit bagi mahasiswa tingkat akhir di masanya.
Konsep Abstrak
Paling sulit yaitu saat penulis berhadapan dengan konsep-konsep abstrak. Seperti konsep atau ide tentang “ada,” “wujud,” “keadilan,” dan lain-lain. Berhubung abstrak, maka ia bersifat filosofis, konseptual, teoritis, dan wilayah pemikiran.
Pasalnya, tidak seluruh konsep abstrak dapat disederhanakan. Sejumlah konsep abstrak memang pelik dibahasakan dengan kata-kata. Justru karena bersifat filosofis, pasti ia kompleks.
Wajar bila jenjang sarjana merasa sulit berhadapan dengan yang kompleks. Butuh nalar, logika, dan dasar-dasar filsafat ilmu yang memadai untuk mengurai hal yang kompleks.
Hal kompleks selalu terdapat reduksi (pengurangan dan pemotongan) saat dibahasakan. Selalu ada yang terlewatkan saat dijelaskan lewat kalimat. Padahal, ia menempati posisi fundamental untuk bagian tinjauan teori skripsi.
Tidak heran bila bagian tinjauan teori terkadang mengutip secara berlebihan. Bukan pemahaman dari suatu konsep, melainkan cenderung pengulangan. Secara teknis, hal ini pun akan merepotkan saat melakukan paraphrase untuk menghindari plagiasi.
Solusi untuk mengatasi hal di atas, yaitu bimbingan intensif. Dosen pembimbing akan mengarahkan hal yang perlu dan tidak perlu. Juga mereka akan membantu membaca naskah.
Membuat Batang Pohon
Pohon terdiri dari akar, batang, dan ranting. Begitu pula ide atau gagasan sebuah skripsi.
Seperti pohon, yaitu ada akar (“dasar”), batang (“pokok bahasan”), dan ranting (“bagian-bagian kecil).
Boleh disebut pula bahwa dasar yaitu super ordinat, pokok bahasan yakni koordinat, dan bagian-bagian kecil adalah subordinat.
Sebuah skripsi bisa saja terlampau lebar menjelaskan aspek super ordinat dan terlalu rinci menguraikan subordinat. Sehingga kehabisan ruang untuk menuturkan aspek koordinat.
Berfokus pada koordinat (pokok bahasan atau bahasan utama) memang butuh penyelidikan yakni “akar” mana yang paling terkait dan “ranting” mana yang paling terhubung. Inilah kesulitan kedua saat menulis skripsi.
Menulis Konteks
Kesulitan ketiga adalah penulisan konteks, terutama kejelasan makna dari sebuah ungkapan atau kalimat. Konteks bisa dipahami pula sebagai “realitas” dari sebuah “teks.”
Sebuah paragraf berperan untuk memaparkan suatu “adegan.” Adakalanya adegan tersebut sukar dipahami. Hal ini disebabkan karena kurang terstruktur. Sehingga masih menyisakan makna yang kabur atau pelik dipahami.
Konteks juga dipahami sebagai realitas, yaitu fakta atau kehidupan “nyata” dari sebuah pernyataan. Biasanya penulis menunjukkan contoh-contoh kehidupan nyata untuk kejelasan makna paragraf.
Akan tetapi, konteks terkadang masih tertukar. Tidak jarang penulis memahami konteks sebagai realitas. Bukan kejelasan makna dari sebuah teks, ungkapan, kalimat, atau paragraf.
Bagi kejelasan makna memang perlu contoh-contoh kehidupan nyata, tetapi konteks teks pada prinsipnya yaitu kejelasan makna.
Tiba di sini, penulis skripsi perlu menyiapkan catatan. Catat bagian mana yang masih “bolong” karena penuturan yang “lompat” (jumping).
Tentu selalu ada saja hal bolong, sebab tidak ada tulisan yang sempurna. Bolong itu bisa terletak di bagian konsep-konsep abstrak, penjelasan koordinat (batang pohon), atau terkait konteks (kejelasan makna).
Catatan itu akan menjadi pengakuan, yakni penulis mengakui keterbatasan. Akan tetapi, tulislah semaksimal yang bisa ditunaikan melalui proses bimbingan.
Akhirnya, kenangan menulis skripsi pasti terus diingat sampai masa tua karena didedikasikan dengan kesungguhan.
Wahyudin Darmalaksana, Kelas Menulis Sentra Publikasi Indonesia