Seminar Internasional Iranian Corner:
Masalah Indeks Ketimpangan Gender Di Indonesia dan Iran
Isu gender diprediksi terus menghangat di dunia global untuk
beberpa tahun ke depan. Ini akibat masih adanya permasalahan gender di pelbagai
negara sehingga dibutuhkan peran serta akademisi global bagi pemecahannya.
Mengambil tempat di Aula Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
disingkat “UIN Bandung,” pada hari Rabu (18/12), telah berlangsung agenda Seminar
Internasional yang diadakan atas kerjasama Iranian Corner Fakultas Ushuluddin UIN
Bandung bekerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), UIN Bandung.
Seminar ini mengambil tema “Kebangkitan Perempuan untuk Menurunkan
Index Ketimpangan Gender: Perbandingan Indonesia dengan Iran.” Dr. Dodo
Widarda, S.Ag., M.Hum sebagai Direktur Iranian Corner Fakultas Ushuluddin UIN
Bandung, menyampaikan sambutan. “Titik tolak pengambilan tema ini adalah peran
sentral perempuan bagi kehidupan kedua bangsa untuk melakukan
perubahan-perubahan mendasar bagi kehidupan masyarakat. Indonesia, sebagimana
Iran, kini sedang berada dalam sebuah transformasi besar-besaran untuk menuju
tatanan kehidupan yang lebih baik, mulia, beradab di tengah lingkung pergaulan
bangsa-bangsa,” papar Dr. Dodo Widarda, S.Ag.
“Di tengah proses transformasi tersebut perempuan memiliki peran
yang sangat luar biasa untuk mengisi berbagai sektor kehidupan, baik domestik
maupun publik. Kini, di kedua negara, terbuka peluang bagi perempuan untuk
mengisi sektor publik apapun, untuk jadi anggota parlemen, saintis, artis,
olahragawati, pilot, dokter, dan lain-lain”, lanjutnya.
Pada acara yang dibuka oleh Ketua PSGA, Dr. Akmaliyah, M.Ag,
secara panjang lebar, Agha Mehrdad Rakhshandeh Yazdi Ph.D., selaku Atase
Kebudayaan Kedutaan Republik Islam Iran, menyempaikan penjelasan tema. “Tema
yang diangkat merupakan sebuah tema yang sangat penting. Dari sisi Sumber Daya
Manusia (SDM), baik laki-laki maupun perempuan memiliki peran sangat penting.
Isu gender juga sekarang menjadi isu yang bersifat global, tidak menjadi milik
satu masyarakat atau bangsa saja,” tegas Agha Mehrdad Rakhshandeh Yazdi Ph.D.
“Dari world view Islam, agama ini menekankan kedudukan istimewa
perempuan sebagai ibu rumah tangga. Tugas terpenting perempuan adalah mendidik
anak. Inilah yang membuat negara seperti Iran akan selalu diposisikan berada
pada kedudukan yang lebih rendah dari negara-negara Barat, karena parameter
serta cara pandang yang berbeda menyangkut peran perempuan. Di Barat, perempuan
akan dinilai tinggi kedudukannya dari peran publik mereka di masyarakat,”
tutur Atase Kebudayaan Kedutaan Republik Islam Iran.
Lebih jauh Agha Mehrdad menyampaikan bahwa Revolusi Islam Iran
berperan besar dalam kemajuan peran perempuan di Iran. “Kontras antara
kehidupan kaum wanita di Iran sebelum dan sesudah terjadinya revolusi tahun
1979, terutama pada peluang dan akses kaum wanita di sektor pendidikan dan
pemerintahan. Setelah revolusi, walau tetap menjadikan keluarga nomor satu,
banyak sekali perempuan Iran yang terjun ke dalam bidang pendidikan, bidang
seni, kedokteran, ilmuwan, di kursi parlemen pemerintahan, bidang sinema, dan
juga bidang olah raga dengan munculnya banyak atlet wanita berprestasi,” pungkasnya.
Dr. Akmaliyah, M.Ag. dari PSGA yang tampil setelah Agha Mehrdad, memberikan
perbandingan. “Komitmen Indonesia dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender
adalah melalui konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan yang diadopsi dalam sistem hukum nasional melalui Undang-Undang No.
7 tahun 1984. Maka konsekuensinya, pemerintah dan masyarakat Indonesia
(komponen ormas perempuan, LSM, dll.) bersama-sama harus berusaha
merealisasikan konvensi tersebut sebaik mungkin, atau untuk menurunkan tingkat
ketimpangan gender, di berbagai aspek, termasuk pendidikan, sesuai kultur bangsa
Indonesia”, tutur Dr. Akmaliyah, M.Ag.
Selanjutnya, Dr. Dina Yulianti, M.Si., Direktur Indonesia Center
for Middle East Studies (ICMES), menyampaikan prinsip utama yang dipegang oleh
Republik Islam Iran. “Tugas dan peran utama perempuan adalah membangun
keluarga, yang merupakan pondasi sebuah masyarakat adalah prinsip yang akan
menghindarkan kaum perempuan Iran terjebak dalam indikator-indikator semua
kemajuan perempuan. Berdasarkan UUD Iran keluarga adalah unit dasar dalam
masyarakat serta menjadi pusat pertumbuhan dan perkembagan manusia”, ujar Dr.
Dina Yulianti, M.Si.
“Adalah kewajiban pemerintah Islam untuk menyediakan fasilitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini. Fakta di Iran, walaupun tugas utama
perempuan adalah membangun keluarga, berdasarkan penelitian UNDP, indeks
ketimpangan gendernya lebih rendah jika dibanding negara-negara berpenduduk
mayoritas muslim lain, seperti Indonesia, Bangladesh, serta Pakistan,” lanjutnya
[]
Shafa Siti Syafariyah