-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Seminar Internasional Iranian Corner: Masalah Indeks Ketimpangan Gender Di Indonesia dan Iran

Thursday, December 19, 2019 | 3:03:00 PM WIB Last Updated 2020-06-21T06:02:38Z

Seminar Internasional Iranian Corner:
Masalah Indeks Ketimpangan Gender Di Indonesia dan Iran



Isu gender diprediksi terus menghangat di dunia global untuk beberpa tahun ke depan. Ini akibat masih adanya permasalahan gender di pelbagai negara sehingga dibutuhkan peran serta akademisi global bagi pemecahannya.


Mengambil tempat di Aula Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, disingkat “UIN Bandung,” pada hari Rabu ‎‎(18/12), telah berlangsung agenda Seminar Internasional yang diadakan atas kerjasama Iranian Corner Fakultas ‎Ushuluddin UIN Bandung bekerjasama dengan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), UIN Bandung. ‎


Seminar ini mengambil tema “Kebangkitan Perempuan untuk Menurunkan Index Ketimpangan Gender: ‎Perbandingan Indonesia dengan Iran.”‎ Dr. Dodo Widarda, S.Ag., M.Hum sebagai Direktur Iranian ‎Corner Fakultas ‎Ushuluddin UIN Bandung, menyampaikan sambutan. “Titik tolak pengambilan tema ini adalah peran sentral perempuan bagi kehidupan kedua bangsa untuk melakukan ‎perubahan-perubahan mendasar bagi kehidupan masyarakat. Indonesia, sebagimana Iran, kini sedang berada dalam ‎sebuah transformasi besar-besaran untuk menuju tatanan kehidupan yang lebih baik, mulia, beradab di tengah ‎lingkung pergaulan bangsa-bangsa,” papar Dr. Dodo Widarda, S.Ag.


“Di tengah proses transformasi tersebut perempuan memiliki peran yang sangat ‎luar biasa untuk mengisi berbagai sektor kehidupan, baik domestik maupun publik. Kini, di kedua negara, terbuka ‎peluang bagi perempuan untuk mengisi sektor publik apapun, untuk jadi anggota parlemen, saintis, artis, ‎olahragawati, pilot, dokter, dan lain-lain”, lanjutnya.‎


Pada acara yang dibuka oleh Ketua PSGA, Dr. Akmaliyah, M.Ag, secara panjang lebar, Agha Mehrdad ‎Rakhshandeh Yazdi Ph.D., selaku Atase Kebudayaan Kedutaan Republik Islam Iran, menyempaikan penjelasan tema. “Tema ‎yang diangkat merupakan sebuah tema yang sangat penting. Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), baik laki-laki ‎maupun perempuan memiliki peran sangat penting. Isu gender juga sekarang menjadi isu yang bersifat global, tidak ‎menjadi milik satu masyarakat atau bangsa saja,” tegas Agha Mehrdad ‎Rakhshandeh Yazdi Ph.D.

“Dari world view Islam, agama ini menekankan kedudukan ‎istimewa perempuan sebagai ibu rumah tangga. Tugas terpenting perempuan adalah mendidik anak. Inilah yang ‎membuat negara seperti Iran akan selalu diposisikan berada pada kedudukan yang lebih rendah dari negara-negara ‎Barat, karena parameter serta cara pandang yang berbeda menyangkut peran perempuan. Di Barat, perempuan akan ‎dinilai tinggi kedudukannya dari peran publik mereka di masyarakat,” tutur Atase Kebudayaan Kedutaan Republik Islam Iran.‎

Lebih jauh Agha Mehrdad menyampaikan bahwa Revolusi Islam Iran berperan besar dalam kemajuan peran ‎perempuan di Iran. “Kontras antara kehidupan kaum wanita di Iran sebelum dan sesudah terjadinya revolusi tahun ‎‎1979, terutama pada peluang dan akses kaum wanita di sektor pendidikan dan pemerintahan. Setelah revolusi, ‎walau tetap menjadikan keluarga nomor satu, banyak sekali perempuan Iran yang terjun ke dalam bidang ‎pendidikan, bidang seni, kedokteran, ilmuwan, di kursi parlemen pemerintahan, bidang sinema, dan juga bidang ‎olah raga dengan munculnya banyak atlet wanita berprestasi,” pungkasnya.‎


Dr. Akmaliyah, M.Ag. dari PSGA yang tampil setelah Agha Mehrdad, memberikan perbandingan. “Komitmen Indonesia dalam ‎upaya meningkatkan kesetaraan gender adalah melalui konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap ‎perempuan yang diadopsi dalam sistem hukum nasional melalui Undang-Undang No. 7 tahun 1984. Maka ‎konsekuensinya, pemerintah dan masyarakat Indonesia (komponen ormas perempuan, LSM, dll.) bersama-sama ‎harus berusaha merealisasikan konvensi tersebut sebaik mungkin, atau untuk menurunkan tingkat ketimpangan ‎gender, di berbagai aspek, termasuk pendidikan, sesuai kultur bangsa Indonesia”, tutur Dr. Akmaliyah, M.Ag.‎

Selanjutnya, Dr. Dina Yulianti, M.Si., Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES), ‎menyampaikan prinsip utama yang dipegang oleh Republik Islam Iran. “Tugas dan peran utama ‎perempuan adalah membangun keluarga, yang merupakan pondasi sebuah masyarakat adalah prinsip yang akan ‎menghindarkan kaum perempuan Iran terjebak dalam indikator-indikator semua kemajuan perempuan. Berdasarkan ‎UUD Iran keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat serta menjadi pusat pertumbuhan dan perkembagan ‎manusia”, ujar Dr. Dina Yulianti, M.Si.


“Adalah kewajiban pemerintah Islam untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan ‎ini. Fakta di Iran, walaupun tugas utama perempuan adalah membangun keluarga, berdasarkan penelitian UNDP, ‎indeks ketimpangan gendernya lebih rendah jika dibanding negara-negara berpenduduk mayoritas muslim lain, ‎seperti Indonesia, Bangladesh, serta Pakistan,” lanjutnya []

Shafa Siti Syafariyah

×
Berita Terbaru Update