Berdasarkan
rancangan RPJMN 2020-2024, fokus utama pembangunan nasional Indonesia adalah
mendorong lahirnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Dengan slogan “SDM Unggul, Indonesia Maju”, fokus tersebut berimplikasi pada
seluruh kebijakan pengelolaan pendidikan terlebih pendidikan tinggi yang
diharapkan dapat menjawab tantangan global sebagaimana yang termaktub dalam Sustainibility
Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang
semakin kompleks.
Untuk
menjawab persoalan tersebut, pemerintah melakukkan transformasi paradigma
pendidikan tinggi dari apa yang disebut dengan resource based ke knowledge
based economic. Paradigma ini dikembangkan agar pendidikan tinggi keluar
dari model tradisionalnya yang hanya fokus pada pengajaran, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Dengan demikian, pendidikan tinggi sudah harus
mengarahkan model pendidikannya agar selaras dengan kebutuhan ekonomi demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat.
Dalam kerangka tersebut, dalam RPJMN 2020-2024
pemerintah menetapkan enam kerangka pembangunan pendidikan tinggi sebagaimana
berikut: (1) Kerja sama perguruan tinggi-industri-pemerintah; (2) pemanfaatan
teknologi untuk inovasi pembelajaran; (3) prodi yang adaptif terhadap kebutuhan
industri; (4) perguruan tinggi sebagai pengembangan iptek dan pusat unggulan;
(5) peningkatan riset, publikasi dan sitasi; dan (6) peningkatan kualitas
lulusan perguruan tinggi.
Dalam
praktiknya, kurikulum pembelajaran pendidikan tinggi diarahkan untuk memenuhi
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sehingga lulusan yang dihasilkan
adaptif dan relevan dengan kebutuhan industri. Untuk memenuhi hal tersebut,
pendidikan tinggi juga didorong untuk melakukan tracer study terhadap
lulusan untuk mengetahui sejauh mana masa tunggu kerja dan keterserapan di
dunia kerja.
Berdasarkan
hasil tracer study yang dilakukan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
secara umum keterserapan lulusan fakultas non-keagamaan di dunia kerja sudah
menembus angka 60 % dari total lulusan yang diwisuda pada setiap tahunnya.
Namun, pada fakultas keagamaan, khususnya Fakultas Ushuluddin belum sepenuhnya
menggembirakan, tercatat hanya sekitar 30 % lulusan Fakultas Ushuluddin yang
dapat diterima di dunia kerja dengan masa tunggi di atas 3 bulan. Menghadapi
persoalan tersebut, diperlukan alternatif solusi agar model pendidikan serta
pengajaran di Fakultas Ushuluddin adaptif dan relevan dengan kebutuhan dunia
kerja.
Bentuk kegiatan ini adalah Focus Group
Disscussion (FGD). FGD digunakan untuk menggali sebanyak mungkin alternatif
solusi dari narasumber diskusi sehingga dapat menemukan wawasan (insight)
baru dalam menjawab persoalan. Adapun tema FGD ini adalah “Membangun Relevansi
Pendidikan Fakultas Ushuluddin dengan Dunia Kerja/Industri”
Adapun
tujuan dari kegiatan ini adalah sebagaimana berikut: 1) Meningkatkan kesadaran kolaboratif antara
penglola pendidikan tinggi dengan dunia industri terkait perubahan paradigma
pendidikan tinggi indonesia dalam menyongsong era persaingan regional dan
global; 2) Mewujudkan keterlibatan dunia industri dalam perumusan dan penerapan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) untuk pengembangan kurikulum
pendidikan tinggi khususnya di fakultas keagamaan, Ushuluddin.
Output kegiatan meliputi wawasan baru pengembangan, rekomendasi model pengembangan (KKNI) Fakultas
Ushuluddin, dan perumusan draft kerja sama fakultas dengan dunia
industri.