Bagaimana
mewujudkan jurnal terakreditasi nasional? Tulisan kecil ini merupakan pengalaman Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung.
Mula-mula
mendeklarasikan Rektor sebagai “Pemimpin Jurnal Ilmiah”. Mewujudkan jurnal akreditasi
Nasional dibutuhkan arah kebijakan, pengaturan (regulation), dan
pengelolaan.
Dibuka
“Rumah Jurnal” dengan struktur Ketua, Sekretaris, dan Divisi. Rumah Jurnal
menjadi ruang berhimpunnya para pengelola jurnal untuk menyiapkan agenda
kegiatan.
Penting
sekali digelar “Sarasehan” yaitu sebuah pertemuan untuk mendengarkan pendapat
ahli yang melibatkan para pengelola jurnal sebagai peserta aktif. Hal penting dari kegiatan
ini adalah menghimpun pengetahuan sistematis bagaimana mengelola jurnal yang
baik.
Agenda
berikutnya indentifikasi jurnal-jurnal internal meliputi kekuatan, peluang,
kelemahan, dan tantangan. Dari situ dapat diinventarisir apa yang harus
dilakukan.
Selanjutnya,
“pemetaan Sumber Daya Manusia (SDM)”. Mengelola jurnal dan percepatan
akreditasi dibutuhkan team kerja. Tim ini akan didasarkan ketersediaan dan kebutuhan SDM sesuai
kepentingan akreditasi.
Pasti selalu
ditemukan tidak meratanya SDM. Maka strateginya adalah distribusi SDM. Setiap
pengelola jurnal diarahkan untuk saling transfer SDM. Rumah Jurnal berperan untuk
mengelola SDM bagi kepentingan agenda percepatan akreditasi jurnal.
Alhasil,
33 jurnal tembus akreditasi sepanjang 2018-2019. Berikut ini jurnal terakreditasi Nasional di UIN SGD Bandung, klik di sini.
Semua
di atas itu tidak terlepas dari manajemen menyangkut analisis stakeholders dalam skala pengaruh, perhatian, dan dukungan. Diakui dukungan terbesar diberikan oleh Pemimpin Jurnal Ilmiah di internal kampus, yang dalam hal ini Rektor.
Itu pengalaman percepatan akreditasi jurnal di UIN SGD Bandung. Ini disampaikan sebagai sharing suatu best practice. Semoga bermanfaat.
(One)