Artikel ilmiah cukup pendek: singkat, padat, sederhana, dan to the point. Sebab,
bukan panjangnya, melainkan apakah telah sampai di tujuan ataukah belum sampai di
tujuan. Tulisan pendek pun bisa mengantarkan sampai di tujuan.
Artikel ilmiah adalah tulisan akademik
hasil penelitian. Cukup 2208 kata. Judul 13 kata. Kata kunci 11 kata. Pendahuluan
349 kata. Metode menelitian 55 kata. Hasil dan pembahasan 660 kata. Kesimpulan
101 kata. Daftar pustaka 901 kata.
Artikel 2208 kata menyajikan 13
paragraf di luar abstrak. Abstrak meliputi kalimat tujuan penelitian, metode
penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan rekomendasi. Pendahuluan 4 paragraf mencakup
latarbelakang, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan formula penelitian. Metode
penelitian 1 paragraf. Hasil dan pembahasan 7 paragraf. Kesimpulan 1 paragraf.
Tidak ada aturan menulis harus topik menarik. Aturan artikel ilmiah adalah menulis dengan baik; mengurus kalimat dan mengendalikan paragraf.
Tulisan disebut lengkap bila telah terpenuhinya tubuh artikel. Lebih baik pendek daripada panjang. Apabila terlalu pendek, maka mudah dikembangkan. Apabila terlalu panjang, maka pelik menentukan bagian yang mesti dibuang. Apabila terlalu panjang, maka lebih baik dibuat satu artikel lagi.
Tulisan disebut lengkap bila telah terpenuhinya tubuh artikel. Lebih baik pendek daripada panjang. Apabila terlalu pendek, maka mudah dikembangkan. Apabila terlalu panjang, maka pelik menentukan bagian yang mesti dibuang. Apabila terlalu panjang, maka lebih baik dibuat satu artikel lagi.
Menulis artikel cikup mengajukan satu
pertanyaan utama tunggal. Meskipun pasti ada unit-unit pertanyaan lain, hal ini
berperan memudahkan penyajian di bagian hasil dan pembahasan.
Pastikan seluruh pertanyaan telah
terjawab. Pastikan penelitian telah sampai di tujuan. Apa manfaat, kontribusi,
dan kegunaan. Sebutkan keterbatasan dan pentingnya penelitian lebih lanjut.
Cantumkan pula rekomendasi.
Beberapa artikel terkait:
Bandung, 22 Agustus 2020
Yudi W. Darmalksana, Pegiat Kelas
Menulis UIN Sunan Gunung Djati Bandung