Jurnal dijadikan pusat rujukan dalam penulisan karya ilmiah meliputi makalah, buku, artikel, penulisan tugas akhir mencakup skripsi, tesis, dan disertasi. Akademisi diarahkan untuk memprioritaskan rujukan dari jurnal internal fakultas.
Artikel-artikel jurnal menyajikan temuan-temuan baru. Tiap artikel mencantumkan keterbatasan penelitian. Juga merekomendasikan penelitian lebih lanjut. Selain berguna bagi tinjauan pustaka, artikel-artikel jurnal akan memberikan inspirasi penelitian masa depan.
Artikel jurnal diperankan sebagai bahan ajar. Karena artikel-artikel jurnal menginformasikan hal-hal baru, maka jurnal ilmiah diperankan sebagai pengembangan bahan ajar perkuliahan.
Jurnal ilmiah menyediakan acuan penulisan. Acuan ini berperan sebagai pedoman, panduan, dan petunjuk teknis penulisan ilmiah. Jurnal ilmiah pasti mengacu standar internasional penulisan ilmiah. Karena itu, jurnal mesti dijadikan acuan penulisan karya ilmiah termasuk makalah.
Jurnal ilmiah berperan sebagai penguatan literasi digital. Jurnal bersifat open system yang serba elektronik. Akses artikel jurnal dilakukan melalui website. Juga pengiriman naskah dilakukan secara digital. Korespondensi berlangsung secara elektronik. Bahkan, sejak penilisan banyak aplikasi yang digunakan, seperti aplikasi pengutipan, grammarly, dan cek plagiasi.
Penerbitan artikel di jurnal melalui proses reviu, harus sesuai topik, memiliki kedalaman, originalitas, dan kebaruan. Mengelola jurnal berarti upaya mengelola pengetahuan yang hendak dirawat, dipelihara, dan dikembangkan di fakultas hingga tingkat jurusan.
Pengembangan pengetahuan di fakultas dilihat dari jurnal ilmiah. Orang secara lintas geografis akan mengakses jurnal ilmiah. Dengan demikian, jurnal ilmiah menjadi jendela pengetahuan.
Mengelola jurnal butuh ketekunan. Karena ketekunannya, orang-orang pengelola jurnal sering disebut “original” singkatan Orang Gila Jurnal. Pengelolaan jurnal dibutuhkan kaderisasi, terutama dari sumber daya mahasiswa. Ideal bila jurnal ada di tiap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
Di era kompetisi, pendidikan tinggi diarahkan memiliki distingsi dan keunggulan. Ketika pelik menemukan subjek yang bisa diunggulkan, maka menomorsatukan jurnal menjadi pilihan tepat. Jurnal menjadi mahkota di masing-masing Jurusan.
Berada di lingkungan akademis mesti ada sesuatu yang dicintai. Akademisi mesti mengenal seluruh jurnal yang tersedia. Jurnal berperan sebagai kebanggaan, dan bahkan barometer kecintaan. Tiap akademisi peminat bidang ilmu mesti menumbuhkan cinta bagi jurnal masing-masing Jurusan.
Wahyudin Darmalaksana, Akademisi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung