Ilustrasi seoanaksholeh.com
Artikel bukan karena ide
besar. Bukan pula karena panjang halaman. Paling pertama artikel ditentukan
kerapian. Meskipun ide besar, walaupun halamannya panjang, namun tidak rapi
pasti artikel ditolak oleh pengelola jurnal untuk diterbitkan.
Ambil topik sederhana dan
tulis dengan rapi. Sederhana dan rapi adalah penelitian dalam arti yang
sebenarnya. Sebab, di situ terdapat kecermatan, kehati-hatian, dan ketelitian. Bukan
penelitian hebat bila tidak rapi.
Kelas menulis
diselenggarakan di berbagai pendidikan tinggi maju tingkat global. Kelas ini
bertujuan memberikan bantuan kepada mahasiswa dalam penulisan artikel.
Mahasiswa diarahkan melakukan latihan penulisan secara sederhana dalam arti topik kecil tetapi
menjangkau wilayah yang luas. Dalam hal ini sangat diperhatikan teknis
penulisan tak terkecuali kerapian. Justru kerapian mendapat perhatian yang
sentral.
Tidak perlu naskah besar. Bila seseorang menulis 10 makalah, tetapi tidak ditulis dengan rapi, maka pada dasarnya mereka tidak punya naskah. Saatnya mahasiswa memiliki naskah, meskipun hanya satu naskah artikel selama kuliah. Apabila tidak punya
pengalaman menulis naskah, maka mahasiswa dikhawatirkan “kaget” ketika
mereka menulis tugas akhir. Padahal, ketentuan tugas akhir gelar
sarjana mesti memenuhi syarat penebitan. Sedangkan penerbitan sangat
mensyaratkan kerapian.
Tulisan ini bermaksud
membantu mahasiswa dalam menyiapkan naskah makalah atau artikel.
Paling tidak, ada lima langkah cara menyiapkan naskah artikel yang layak
diterbitkan di jurnal.
1.
Menentukan Topik
Topik menempati urutan
pertama dalam menyiapkan naskah artikel. Cari topik yang sudah banyak dibahas
orang lain. Nanti sulit mencari sumber rujukan bila suatu topik belum banyak dibahas. Bukan masalah bila penulis membahas topik yang pernah dibahas orang lain. Baru masalah bila naskah ditulis tidak rapi. Juga tidak perlu topik besar cukup topik sederhana saja. Topik yang akan dibahas
tentukan bedanya dengan topik-topik yang telah ada. Bisa jadi penulis mengambil
topik yang sama dengan orang lain, tetapi dia menawarkan penyajian dengan perspektif dan cara
yang berbeda. Perbedaan ini biasaya yang membuat menarik pembaca, meskipun
hanya perbedaan kecil saja.
2.
Mencari Sumber Rujukan
Naskah artikel tidak
mungkin terwujud bila tidak ada sumber rujukan. Saat ini mencari sumber rujukan
sangat mudah. Penulis bisa menelusuri repositori. Sumber apapun ada di repositori.
Upayakan jangan mencari sumber rujukan yang tidak ada. Karena itu, mengambil
topik yang sudah banyak dibahas menjadi peniting, yakni agar tidak sulit
mencari sumber rujukan. Sumber rujukan bisa berupa buku atau artikel jurnal.
Bisa pula berupa skripsi, tesis, dan disertasi.
3.
Menerapkan Aplikasi
Pengutipan
Penulisan artikel
diarahkan menerapkan aplikasi pengutipan standar internasional. Secara garis
besar, ada dua jenis aplikasi pengutipan, yaitu internal dan eksternal.
Aplikasi internal tersedia di dalam komputer. Aplikasi eksternal berada di luar
komputer sehingga perlu dilakukan proses instal. Kedua aplikasi ini direkomendasikan
dalam penulisan artikel standar internasional.
Bedanya aplikasi internal
bersifat manual dan aplikasi eksternal bersifat otomatis. Jadi penerapan
aplikasi eksternal lebih mudah. Hanya terkadang dibutuhkan basis pengalaman
dari yang manual. Daripada itu, sayang bila aplikasi internal komputer tidak
dimanfaatkan, terlebih lagi bila penulis belum melakukan instal aplikasi
eksternal.
Penerapan aplikasi manual butuh
kecermatan, kehati-hatian, dan ketelitian. Pastikan terlebih dahulu jenis sumber
rujukan, apakah buku ataukah artikel jurnal. Saat memasukan sumber rujukan ke
dalam aplikasi pengutipan tidak boleh tertukar. Masukan ke dalam aplikasi
sebagai report, bila sumber rujukan berupa skripsi, tesis, dan disertasi. Sebab,
sering terjadi jenis sumber rujukan artikel jurnal dimasukan sebagai buku. Sebaliknya,
jenis sumber rujukan buku dimasukan sebagai artikel jurnal.
Penggunaan aplikasi manual
perlu memperhatikan kolom-kolom pengisian mencakup pengisian nama penulis,
judul rujukan, tahun terbitan, penerbit, dan lain-lain. Pengisian ini mesti
dilakukan secara cermat, hati-hati, dan teliti. Juga perlu diperhatikan huruf
kapital dan huruf kecil dalam penulisan nama orang dan nama tempat. Tidak
jarang terjadi penulisan nama orang atau nama tempat tidak diawali huruf
kapital.
Apakah sampai detail
seperti itu? Ya benar, penulisan artikel itu mesti detail, yakni cermat, hati-hati
dan teliti. Inilah penelitian yang sebenarnya. Karenanya, tidak perlu topik
besar, cukup topik sederhana, tetapi detail.
4.
Menyusun Kalimat dan
Paragraf
Penulisan artikel menganut
struktur sejak pendahuluan sampai simpulan. Di dalamnya terdiri atas satuan paragraf.
Bahkan, hingga unit terkecil berupa struktur kalimat dalam membentuk paragraf.
Unit terkecil lagi yaitu tanda baca.
Paling utama dalam penulisan
artikel adalah kerapian. Penulis dituntut menulis rapi karena artikel pada
akhirnya akan diterbitkan di jurnal. Artikel akan dibaca banyak orang ketika diterbitkan.
Jurnal juga pasti tidak mau menerbitkan naskah artikel yang tidak rapi. Jurnal
pasti menolak naskah artikel yang tidak rapi untuk diterbitkan. Jika bukan penulis
sendiri maka siapa yang akan merapikan tulisan. Memang pihak jurnal menunjuk
penelaah, tetapi tugas penelaan bukan memperbaiki artikel, melainkan menilai
kelayakan artikel apakah ditolak ataukah diterima untuk diterbitkan. Tujuan
penulis menyiapkan naskah artikel adalah untuk diterima dan diterbitkan. Bukan
untuk ditolak dan dikembalikan. Karena itu, kerapian perlu diperhatikan. Kerapian
menjadi syarat kelayakan artikel diterbitkan di jurnal.
5.
Cek Plagiasi, Editing, dan
Layout
Artikel jurnal memiliki
kententuan rata-rata maksimal 20% similarity. Setelah naskah artikel selesai,
penulis mesti cek plagiasi untuk melihat similarity. Jika similarity masih besar
maka penulis harus melakukan editing.
Editing dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu pengutipan tidak langsung, paraphrase, dan meringkas.
Mula-mula penulis mengambil kitipan secara tidak langsung. Jika kutipan secara
tidak langsung masih menyumbang similarity yang besar, maka penulis diarahkan
melakukan paraphrase, yakni mengubah kalimat dengan kata-kata sendiri. Jika
parapharase pun masih menyumbang similarity yang besar, maka penulis hendaknya
meringkas kalimat tanpa mengubah maksud kutipan.
Selanjutnya, layout.
Setiap jurnal memiliki gaya selingkung. Artikel mesti sesuai dengan gaya selingkung
jurnal yang menjadi sasaran penerbitan. Jika tidak sesuai dengan gaya
selingkung, maka artikel dipastikan ditolak untuk diterbitkan. Karena itu,
artikel mesti dilakukan layout selaras dengan gaya selingkung jurnal. Tidak
sampai di situ, bahkan perlu proofreading yaitu membaca naskah dengan cermat.
Hendaknya proofreading dilakukan secara berulang-ulang, baik oleh penulis
sendiri maupun oleh dua sampai tiga orang sejawat. Hal ini sangat bermanfaat dalam
menghindari kesalahan kecil semacam typo.
Bandung, 23 Januari 2021
Wahyudin Darmalaksana,
Kelas Menulis UIN Sunan Gunung Djati Bandung