Ini cerita soal
pengalaman. Diakui bahwa menulis artikel ilmiah merupakan tantangan akademisi
di seluruh dunia. Akademisi tentunya termasuk mahasiswa. Tantangan tersebut
ditambah lagi dengan bagaimana mengupayakan artikel tersebut bisa terbit di
jurnal ilmiah.
Belajar dari
pengalaman, motivasi merupakan hal yang paling utama. Mahasiswa perlu
mendapat motivasi bahwa penulisan karya ilmiah bukanlah bakat bawaan, melainkan keterampilan yang harus dilatih. Melalui latihan pasti semua
mahasiswa bisa menulis artikel ilmiah.
Nanti mahasiswa harus menyelesaikan tugas akhir penulisan karya ilmiah. Tugas
akhir merupakan karya monumental sebagai syarat meraih gelar sarjana. Latihan
penulisan karya ilmiah menjadi hal yang mesti ditempuh dalam
rangka menyiapkan mahasiswa terlatih bagi kelancaran penulisan tugas akhir.
Artikel ilmiah
merupakan salah satu bentuk karya ilmiah. Mahasiswa sejak semester pertama perlu
mendapatkan pelatihan menulis artikel ilmiah.
Ada tiga hal
yang paling utama dalam penulisan artikel ilmiah. Pertama,
panduan penulisan artikel ilmiah. Kedua, penggunaan aplikasi references
dalam pengutipan sumber rujukan. Ketiga, kerapihan dalam penulisan.
Panduan
berperan sebagai acuan dalam penulisan artikel ilmiah. Mahasiswa pasti bingung
bila tidak ada panduan. Dengan adanya panduan, terbukti mahasiswa patuh
mengikuti panduan tersebut. Panduan berisi struktur penulisan sejak pendahuluan
hingga kesimpulan.
Namun, pendampingan
tetap diperlukan. Pendampingan mulai dari cara mengerjakan satuan-satuan penulisan artikel. Antara lain penyusunan formula penelitian menyangkut tujuan, rumusan masalah, dan pertanyaan penelitian. Pendampingan melakukan
tinjauan pustaka dan penyusunan kerangka berpikir. Pendampingan menentukan
metode penelitian yang tepat dan cara melakukan pembahasan hingga menarik kesimpulan.
Bahkan, pendampingan
menyusun paragraf latar belakang dan masalah. Dalam penyusunan paragraf perlu
dilakukan reviu. Mahasiswa berlatih menulis paragraf dan pelatih mereviu paragraf
sebagai feedback (umpan balik). Polanya harus dilakukan setoran paragraf
per paragraf.
Melalui sotoran
paragraf per paragraf, reviu, dan umpan balik maka dipastikan terjadi
peningkatan kualitas penulisan. Sebab, mahasiswa dipastikan dari latihan menulis
paragraf pertama mereka cenderung tidak akan mengulangi kesalahan yang sama di paragraf-paragraf
berikutnya.
Kesalahan bisa
terjadi dalam penulisan kalimat yang tampak ambigu, tidak koheren dengan
kalimat berikutnya, dan sulit dipahami. Kesalahan juga bisa terjadi dalam
penerapan aplikasi references, dimana hal ini lebih berhubungan dengan
kecermatan dan ketelitian. Kesalahan dalam penggunaan aplikasi references
antara lain pencantuman nama penulis, judul tulisan, penerbit, dan sumber
rujukan. Sering terjadi kesalahan teknis dalam penerapan aplikasi references.
Justru hal
teknis itulah yang perlu mendapat perhatian serius dalam penulisan artikel
ilmiah. Artikel ilmiah tidak bisa abai terhadap hal teknis. Hal-hal yang
mungkin dianggap kecil dan spele. Di sinilah arti penting latihan menulis
artikel ilmiah. Melalui latihan ini mahasiswa menjadi penuh perhatian terhadap
hal teknis.
Hal teknis lain termasuk juga kerapihan dalam penulisan, seperti konsistensi kata, italic,
huruf kapital dan huruf kecil, tanda baca menyangkut titik, koma, tanda seru,
dan lain-lain. Termasuk juga margin, spasi, penomoran, layout,
dan sebagainya.
Kerapihan
merupakan hal utama dalam penulisan artikel ilmiah, hal ini mengingat artikel
ilmiah disiapkan untuk penerbitan di jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah sangat menekankan
struktur penulisan artikel, penerapan aplikasi references, dan kerapihan
tulisan.
Melalui kursus
menulis, mahasiswa terbukti mampu menyajikan artikel ilmiah yang baik. Adapun
konten berpulang pada kapasitas dan dosen memiliki peluang dalam memberikan
penguatan konten. Akhirnya, tercipta penulisan artikel ilmiah melalui kemitraan antara
mahasiswa dan dosen.
Tidak cukup
sampai di situ, mahasiswa perlu mendapat pendampingan submission
(pengiriman) artikel ke jurnal ilmiah. Biasanya mahasiswa sangat adaptif
terhadap sistem ini. Editorial jurnal akan menyeleksi artikel dan mengirim
artikel ke reviewer (penelaah). Hal ini dilakukan untuk menentukan artikel
apakah accepted (diterima) ataukah rejected (ditolak).
Jika naskah artikel
diterima biasanya penulis masih harus revisi, terlepas major (revisi
besar) atau minor (revisi kecil).
Ada alternatif
lain selain pengiriman naskah artikel ke jurnal ilmiah, yakni presentasi
artikel ilmiah pada forum ilmiah semisal konferensi. Mahasiswa didampingi melakukan registrasi konferensi untuk presentasi artikel ilmiah. Artikel ilmiah
dari kegiatan forum ilmiah juga biasanya diterbitkan di jurnal ilmiah.
Jika mahasiswa
dilibatkan dalam hal-hal di atas, maka menyiapkan generasi hebat pasti
terwujud. Mahasiswa menjadi terlatih dalam penulisan artikel ilmiah, memiliki beberapa
publikasi di jurnal ilmiah, dan pasti lancar dalam penulisan tugas akhir.
Begitulah cara
mengebatkan mahasiswa yang pada dasarnya mereka sudah hebat. Bagaimana tidak
disebut hebat ternyata adaptasi mereka sangat luar biasa dalam latihan struktur
penulisan, penerapan aplikasi references, kerapihan penulisan, dan
pengenalan open journal system (OJS).
Tak dipungkiri
bahwa penulisan artikel ilmiah menjadi tantangan bersama seluruh akademisi di dunia
global. Mahasiswa generasi hebat di tanah air dipastikan makin terus telatih
dalam upaya menyiapkan mereka menuju Indonesia Emas Tahun 2045.
Bandung, 05
Januari 2021
Wahyudin
Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis Di UIN Sunan Gunung Djati Bandung