Jika membuat artikel sudah jenuh, maka bisa
mencari pengalihan yakni membuat buku. Bisa dibilang membuat buku lebih longgar
dibanding membuat artikel ilmiah. Biasanya artikel ilmiah cukup 4000 words. Sehingga
ditulis singkat, padat, dan to the point. Namun bukan berarti membuat buku
lebih mudah dibanding membuat artikel. Di sini hanya ingin mengatakan bahwa
membuat artikel ilmiah lebih ketat.
I
Saya sepakat artikel ilmiah harus ketat. Disamping
ketat juga harus kaku. Mengapa harus ketat dan kaku yakni agar terpola. Agar
ada pola yang bisa diikuti. Jika ada pola, maka orang lain bisa mengikuti pola itu.
Mengapa harus ada pola yakni agar orang lain bisa mengikuti secara ketat dan
kaku. Bukan artikel ilmiah namanya bila tidak ketat dan tidak kaku. Jadi
artikel ilmiah wajib ketat dan kaku.
Terkadang ada orang yang tidak suka hal
ketat dan kaku. Dalam arti lebih suka yang fleksibel. Fleksibel bukan berarti
tidak beraturan. Tidak masalah tidak suka yang ketat dan kaku dan lebih suka
yang fleksibel. Yang masalah itu bila suka yang tidak beraturan. Sampai di sini
jelas bahwa aturan menulis artikel ilmiah adalah ketat, kaku, dan beraturan.
Tidak ada penulisan artikel ilmiah yang tanpa aturan.
Kami telah menyediakan panduan seputar aturan
menulis artikel ilmiah secara ketat dan kaku. Beberapa mahasiswa bisa mengikuti
panduan itu. Mereka bisa memahami dan bisa praktik. Artinya, panduan teruji.
Namun, ada pula yang tidak bisa mengikuti panduan. Meskipun disiapkan panduan,
tetap lebih memilih menulis tidak beraturan. Bukan fleksibel melainkan tidak
beraturan. Ini mungkin tipe orang yang tidak suka aturan.
Idealnya panduan diberikan bisa dipraktikan
tanpa pendampingan. Mengikuti panduan tanpa pendampingan harusnya bisa. Umumnya
orang bisa mengikuti pola. Pendampingan bukan pada pola tetapi lebih
konfirmasi. Mereka bertanya apakah latihan menulis telah sesuai pola. Sungguh
luar biasa mereka bisa mengikuti pola. Terkadang hanya dijumpai
kesalahan-kesalahan kecil saja.
Menulis artikel ilmiah tidak boleh terdapat
kesalahan kecil pun. Artikel ilmiah akan diterbitkan di jurnal ilmiah, sehingga
tidak boleh ada kesalahan penulisan. Artikel ilmiah akan dibaca khalayak. Karena
itu artikel ilmiah bagi penerbitan pasti melalui reviu. Yaitu untuk memastikan kerapian.
Jadi syarat menulis artikel ilmiah tambah lagi, yakni ketat, kaku, beraturan,
dan rapi.
Terkadang ada hasil latihan tidak beraturan
dan tidak rapi. Ini sulit dibentulkan. Dan tidak bisa dibetulkan. Tetap
ketentuannya adalah mengikuti panduan secara ketat, kaku, beraturan, dan rapi.
Ini ketentuan paling utama dalam penulisan artikel ilmiah.
Ada orang yang tidak mau belajar menulis
artikel ilmiah. Mungkin mau namun belum sempat. Kalau bikin makalah semua orang
pasti bisa. Karena makalah tidak memiliki aturan yang ketat. Makalah berbeda
dengan artikel ilmiah yang diarahkan untuk penerbitan di jurnal ilmiah open
access sehingga dibutuhkan reviu yang ketat.
Mahasiswa harus belajar menulis artikel
ilmiah. Sebab, nanti mereka harus menulis skripsi. Skripsi sama dengan artikel
ilmiah. Bedanya skripsi tebal dan artikel ilmiah tipis. Skripsi dan artikel
ilmiah sama-sama hasil penelitian. Susunan penulisannya sama antara skripsi dan
artikel ilmiah. Sama-sama diawali oleh proposal penelitian. Proposal penelitian
skripsi adalah pendahuluan artikel ilmiah.
Sayang bila mahasiswa tidak latihan menulis
artikel ilmiah. Latihan ini banyak manfaatnya. Di antaranya latihan menulis
proposal penelitian, latihan pelaksanaan penelitian, latihan menulis hasil
penelitian dalam bentuk artikel ilmiah, latihan menerbitkan artikel hasil
penelitian di jurnal ilmiah, dan sebagainya. Jadi ada banyak manfaat dari latihan
menulis artikel ilmiah. Terlebih ada aturan skripsi bisa diganti dalam bentuk
lain berupa artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal imiah.
II
Jika jenuh menulis artikel ilmiah, maka
bisa beralih menulis buku. Jika biasa menulis artikel ilmiah, maka pasti bisa
menulis buku. Sebab, buku lebih longgar. Memang menulis artikel ilmiah harus
sampai jenuh. Jenuh karena ketat, kaku, beraturan, dan rapi. Dari hal ini bisa
saja orang mengalami jenuh. Sehingga bisa beralih dari menulis artikel ilmiah
ke buku.
Menulis artikel ilmiah yang ketat saja bisa
apatah lagi menulis buku yang lebih longgar. Longgar dalam arti bisa ratusan
halaman. Leluasa bisa menuturkan banyak hal melalui buku. Baik buku maupun
artikel ilmiah, keduanya harus terhindar dari plagiasi. Meskipun buku lebih longgar
namun tetap harus melakukan paraphrase terhadap kutipan dari karya orang lain.
Menulis buku pasti mudah bila terbiasa
menulis artikel ilmiah. Asal bukan buku sastra, novel, dan karangan. Menulis
buku-buku ini pasti butuh keahlian khusus dan waktu. Buku yang dimaksudkan di
sini adalah buku hasil penelitian, termasuk hasil penelitian skripsi.
Kelas Menulis, 15 April 2021
Wahyudin Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis Di UIN Sunan Gunung Djati Bandung