Mahasiswa adalah aset pendidikan tinggi. Tak terkecuali dalam publikasi
ilmiah. Mahasiswa harus dibantu kesulitan menulis artikel. Mereka harus
didampingi submit (pengiriman) artikel ke jurnal ilmiah.
Penilaian ranking pendidikan tinggi selalu diukur secara lebih besar
dari publikasi ilmiah. Seluruh lembaga pemeringkatan tingkat nasional dan
internasional mengukur produktifitas pendidikan tinggi di bidang publikasi
ilmiah. Langkah tepat bila fakultas dan jurusan melakukan akselerasi publikasi
ilmiah.
Jika fakultas memiliki 5000 mahasiswa dan tiap mahasiswa melakukan
publikasi artikel di jurnal ilmiah tiap semester, maka akan terhimpun 40 ribu
publikasi ilmiah selama 8 (delapan) semester. Ini sungguh jumlah yang
pantastik.
Tegaslah, mahasiswa adalah aset pendidikan tinggi dalam publikasi
ilmiah. Pertanyaannya, bagaimana publikasi ilmiah melalui mahasiswa dapat diwujudkan.
Salah satu strateginya, fakultas dan jurusan harus memberikan apresisi dan
penghargaan yang besar bagi mahasiswa yang berhasil tembus artikel di jurnal
ilmiah.
Fakultas dan jurusan harus menciptakan ekosistem yang kondusif bagi peminatan
mahasiswa dalam menulis artikel. Fakultas harus membuka ruang, memfasilitasi,
memberikan bantuan, dan mengerahkan segala tenaga bagi dukungan peningkatan
keterampilan mahasiswa dalam penulisan artikel jurnal ilmiah.
Selain itu, harus disiapkan panduan praktis penulisan artikel dan sekaligus
pendampingan mahasiswa secara serius dalam menyiapkan naskah bagi kelayakan
penerbitan di jurnal ilmiah. Termasuk memastikan naskah artikel mereka terbit
di jurnal ilmiah.
Menulis artikel ilmiah adalah latihan berpikir kritis. Dimana hal ini menjadi
tanggungjawab pendidikan tinggi untuk menumbuhkannya di lingkungan mahasiswa.
Juga latihan mencari celah penelitian termasuk menentukan topik dan tema
penelitian. Selebihnya, latihan mengkritisi penelitian terdahulu, latihan menyusun
kerangka berpikir, dan latihan menerapkan metode dan analisis secara tepat.
Jika mahasiswa berhasil tembus artikel di jurnal ilmiah, maka hal itu
prestasi, dedikasi, dan jati diri. Ketika lulus menjadi sarjana, maka bukti
publikasi ilmiah bisa dimanfaatkan untuk melamar kerja. Sektor dunia kerja
apapun pasti membutuhkan sumber daya penulisan artikel ilmiah.
Bandung, 08 Mei 2021
Wahyudin Darmalaksana, Akademisi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung
Djati Bandung