Generasi
hari ini sering terlihat lelah. Ini disebabkan laju dunia yang makin sibuk. Tidak
heran bila usaha memikirkan diri melalui kegiatan-kegiatan seperti self-care,
self-healing, dan self-love mulai digandrungi masyarakat global. Kegiatan
serupa ini dipandang cukup efektif untuk menghadirkan kenyamanan di dalam diri
sebagai terapi lelah.
Hari ini, laju dunia menjadi sedemikian over aktif sehingga terus memaksa pengembangan skills yang tak terbatas. Setiap orang ditantang untuk mempunyai skills. Apabila tidak mempunyai skills, maka orang cenderung akan terdisrupsi oleh yang lain. Ini penyebab utama lelah yang dialami generasi sekarang ini.
Dunia hari ini berusaha menghindari persaingan dan menawarkan kolaborasi. Kolaborasi menyaratkan agar masing-masing orang saling terkoneksi. Sehingga koneksi antar-orang dipastikan akan menghasilkan ide baru, inovasi, dan produktivitas. Namun, kolaborasi antar-orang tidak bisa begitu saja berlangsung, sebab masing-masing orang mesti memiliki keunggulan sehingga terjalin kolaborasi.
Self-collaboration adalah upaya memadukan dua skills di dalam diri. Setiap orang pasti mempunyai skills yang paling kuat di dalam dirinya. Untuk kondisi dunia sekarang ini, setiap orang mesti menggali skills lain dari dalam dirinya. Setiap orang mesti memelihara dua skills sekaligus yang tersedia dari dalam dirinya. Lalu, dua skills dari dalam diri ini dilakukan kolaborasi. Ini yang dimaksud dengan self-collaboration.
Sebagai contoh, seseorang mempunyai skills dalam pengolahan data. Di saat yang sama, ia menyenangi seni grafis. Seni grafis ini hendaknya terus dipacu juga sehingga menjadi skills pula. Lalu, gabungkan dua skills ini secara kolaboratif, maka hasilnya menjadi tak terduga, unik, dan mahal. Secara kolaboratif, skills pengolahan data dipadukan dengan skills seni grafis, maka akan dihasilkan info grafis yang hebat.
Contoh lain, seseorang punya skills menulis rapi dalam arti terbiasa menghindari kesalahan-kesalahan teknis semisal typo. Galilah skills lainnya walaupun dari sebuah mimpi misalnya ingin punya publisher jurnal. Karena itu, pelajari sirkulasi penerbitan jurnal hingga menjadi skills kedua. Lalu, gabungkan dua skills itu, maka pasti menjadi editor yang hebat dengan kepemilikan publisher jurnal yang hebat pula.
Contoh yang lainnya lagi, seseorang mempunyai skills marketing. Ia harus menggali satu skills lagi dari dalam dirinya. Misalnya, penggunaan aplikasi online. Ia harus berlatih penggunaan aplikasi ini sehingga menjadi skills kedua. Kemudian dua skills ini dikolaborasikan, yakni skills marketing dan skill penggunaan aplikasi online, sehingga ia mampu mengoperasikan aplikasi marketing online secara hebat.
Tentu masih banyak contoh lain untuk tidak dipaparkan semuanya di sini. Hal yang ingin disampaikan di sini adalah self-collaboration, yakni menggabungkan dua skills dari dalam diri, pasti menghadirkan hal unik. Hal yang ditunggu oleh dunia hari ini. Suatu yang unik biasanya mahal. Jelas ini merupakan terobosan. Suatu hal baru atau inovasi. Dari sini, maka lahirlah keunggulan dan pasti muncul pula minat orang lain untuk berkolaborasi.
Dua skills di dalam diri ketika dipadukan secara kolaboratif berperan besar sebagai self-care, self-healing, dan self-love. Self-collaboration pada dasarnya merupakan terapi diri yang lelah karena dunia yang makin sibuk. Di saat yang sama, self-collaboration juga berfungsi sebagai solusi untuk menjawab berbagai tantangan dunia hari ini. Dunia yang penuh disrupsi di satu sisi, tetapi ia menawarkan kolaborasi di sisi lain. Sehingga terjawablah dua hal, yakni kepedulian diri dan keunggulan.
Dunia ini terus berlari. Generasi hari ini sangat lelah menapakinya. Karena itu, pedulilah pada diri dan ciptakan rasa nyaman. Dengan tetap bahagia, mulai tengok dua skills di dalam diri. Lalu, gabungkan keduanya. Terus latihan menggabungkannya. Lihatlah hasil yang tak terduga.
Bandung, 10 Januari 2022
Wahyudin Darmalaksana, Akademisi pada Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Hari ini, laju dunia menjadi sedemikian over aktif sehingga terus memaksa pengembangan skills yang tak terbatas. Setiap orang ditantang untuk mempunyai skills. Apabila tidak mempunyai skills, maka orang cenderung akan terdisrupsi oleh yang lain. Ini penyebab utama lelah yang dialami generasi sekarang ini.
Dunia hari ini berusaha menghindari persaingan dan menawarkan kolaborasi. Kolaborasi menyaratkan agar masing-masing orang saling terkoneksi. Sehingga koneksi antar-orang dipastikan akan menghasilkan ide baru, inovasi, dan produktivitas. Namun, kolaborasi antar-orang tidak bisa begitu saja berlangsung, sebab masing-masing orang mesti memiliki keunggulan sehingga terjalin kolaborasi.
Self-collaboration adalah upaya memadukan dua skills di dalam diri. Setiap orang pasti mempunyai skills yang paling kuat di dalam dirinya. Untuk kondisi dunia sekarang ini, setiap orang mesti menggali skills lain dari dalam dirinya. Setiap orang mesti memelihara dua skills sekaligus yang tersedia dari dalam dirinya. Lalu, dua skills dari dalam diri ini dilakukan kolaborasi. Ini yang dimaksud dengan self-collaboration.
Sebagai contoh, seseorang mempunyai skills dalam pengolahan data. Di saat yang sama, ia menyenangi seni grafis. Seni grafis ini hendaknya terus dipacu juga sehingga menjadi skills pula. Lalu, gabungkan dua skills ini secara kolaboratif, maka hasilnya menjadi tak terduga, unik, dan mahal. Secara kolaboratif, skills pengolahan data dipadukan dengan skills seni grafis, maka akan dihasilkan info grafis yang hebat.
Contoh lain, seseorang punya skills menulis rapi dalam arti terbiasa menghindari kesalahan-kesalahan teknis semisal typo. Galilah skills lainnya walaupun dari sebuah mimpi misalnya ingin punya publisher jurnal. Karena itu, pelajari sirkulasi penerbitan jurnal hingga menjadi skills kedua. Lalu, gabungkan dua skills itu, maka pasti menjadi editor yang hebat dengan kepemilikan publisher jurnal yang hebat pula.
Contoh yang lainnya lagi, seseorang mempunyai skills marketing. Ia harus menggali satu skills lagi dari dalam dirinya. Misalnya, penggunaan aplikasi online. Ia harus berlatih penggunaan aplikasi ini sehingga menjadi skills kedua. Kemudian dua skills ini dikolaborasikan, yakni skills marketing dan skill penggunaan aplikasi online, sehingga ia mampu mengoperasikan aplikasi marketing online secara hebat.
Tentu masih banyak contoh lain untuk tidak dipaparkan semuanya di sini. Hal yang ingin disampaikan di sini adalah self-collaboration, yakni menggabungkan dua skills dari dalam diri, pasti menghadirkan hal unik. Hal yang ditunggu oleh dunia hari ini. Suatu yang unik biasanya mahal. Jelas ini merupakan terobosan. Suatu hal baru atau inovasi. Dari sini, maka lahirlah keunggulan dan pasti muncul pula minat orang lain untuk berkolaborasi.
Dua skills di dalam diri ketika dipadukan secara kolaboratif berperan besar sebagai self-care, self-healing, dan self-love. Self-collaboration pada dasarnya merupakan terapi diri yang lelah karena dunia yang makin sibuk. Di saat yang sama, self-collaboration juga berfungsi sebagai solusi untuk menjawab berbagai tantangan dunia hari ini. Dunia yang penuh disrupsi di satu sisi, tetapi ia menawarkan kolaborasi di sisi lain. Sehingga terjawablah dua hal, yakni kepedulian diri dan keunggulan.
Dunia ini terus berlari. Generasi hari ini sangat lelah menapakinya. Karena itu, pedulilah pada diri dan ciptakan rasa nyaman. Dengan tetap bahagia, mulai tengok dua skills di dalam diri. Lalu, gabungkan keduanya. Terus latihan menggabungkannya. Lihatlah hasil yang tak terduga.
Bandung, 10 Januari 2022
Wahyudin Darmalaksana, Akademisi pada Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung