Ini cerita tentang perempuan pengelola jurnal ilmiah. Tepatnya mahasiswa perempuan. Tentu tidak ada pembeda antara perempuan dan laki-laki. Perempuan dan laki-laki mempunyai status, peran, dan posisi yang setara.
Hanya “kebetulan” dari empat jurnal di Kelas Menulis pada kenyataannya sebanyak tiga jurnal dikelola oleh tiga orang mahasiswa perempuan. Itu pun bila istilah “kebetulan” tidak dihapus dari kamus kehidupan. Kelas Menulis merupakan sebutan untuk “Writing Center” pada sebuah pendidikan tinggi. Di sini mahasiswa latihan pengelolaan jurnal ilmiah. Bukan hanya latihan penulisan artikel ilmiah.
Mengapa mahasiswa dilatih menulis artikel ilmiah. Kenapa mahasiswa dilatih mengirim naskah artikel ke jurnal ilmiah. Untuk apa mahasiswa dilatih mengelola jurnal ilmiah. Jawaban untuk semua pertanyaan itu adalah untuk kepentingan penguatan keterampilan mahasiswa dalam literasi ilmiah.
Apa itu literasi ilmiah. Literasi ilmiah adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis karya ilmiah. Apa pentingnya literasi ilmiah bagi mahasiswa. Mahasiswa pasti menulis skripsi untuk menjadi sarjana, menulis tugas-tugas mata kuliah di masa kuliah, dan menulis laporan praktik kerja lapangan.
Literasi ilmiah merupakan kebutuhan dasar bagi mahasiswa. Apabila mahasiswa berhasil menerbitkan artikel di jurnal ilmiah, maka akan menjadi jejak prestasi akademik sekaligus pengalaman berharga dalam literasi ilmiah. Jejak ini berharga bagi peluang pengajuan beasiswa studi lanjut dan pengajuan lamaran di dunia kerja. Tegaslah bahwa literasi ilmiah menjadi kebutuhan dasar bagi mahasiswa.
Oleh karena itu, mahasiswa harus mendapat motivasi untuk penguatan keterampilan dalam literasi ilmiah. Di sini, mahasiswa bukan saja dilatih penulisan artikel ilmiah dan pengiriman artikel tersebut ke jurnal ilmiah, melainkan dilatih pula pengelolaan jurnal ilmiah.
“Berapa lama artikelmu terbit di jurnal?” aku bertanya kepada seorang mahasiswa. “Tiga bulan Pak!” jawabnya. Aku bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada mahasiswa lain yang punya pengalaman menerbitkan artikel di jurnal ilmiah. “Delapan bulan Pak!” ungkapnya. Aku bertanya kepada mahasiswa yang lainnya lagi. “Saya hampir satu tahun Pak!,” papar seorang mahasiswa.
Aku tidak kaget karena proses penerbitan artikel di jurnal ilmiah pasti menempuh tahapan-tahapan. Hanya saja aku empati kepada para mahasiswa yang bersedia berproses menerbitkan artikel di jurnal ilmiah dengan menempuh waktu yang cukup lama. Menurutku mereka hebat, mereka luar biasa, mereka pemenang.
Tentu saja mereka hebat. Sebab, pengiriman naskah artikel ke jurnal ilmiah merupakan satu hal. Sedangkan penulisan naskah artikel ilmiah merupakan satu hal yang lainnya lagi. Mahasiswa telah meluangkan banyak waktu, mengerahkan pikiran, dan menguras energi ketika latihan menulis artikel ilmiah. Ditambah lagi mahasiswa yang luar biasa itu harus menempuh waktu yang cukup lama sejak pengiriman naskah artikel sampai artikelnya terbit di jurnal ilmiah.
“Hebat kalau ada mahasiswa mau mengelola jurnal,” pikirku. Penulisan artikel ilmiah mulai dikenalkan kepada mahasiswa di Tahun 2020. Mahasiswa tampak sungguh-sungguh latihan menulis artikel ilmiah. Mahasiswa mengirimnya ke jurnal ilmiah setelah penulisan naskah artikel ilmiah rampung.
Pasti mahasiswa bertanya-tanya mengapa pihak jurnal ilmiah memberikan tanggapan cukup lama. Sebab, mahasiswa belum terbiasa menunggu tanggapan dalam waktu yang lama apakah artikel diterima ataukah ditolak. Karena itu, hebat kalau ada mahasiswa bersedia mengelola jurnal ilmiah. Tujuannya supaya mahasiswa mengetahui tahapan menerbitkan artikel di jurnal ilmiah.
Lalu aku mengumumkan di WhatsApp Group “Siapa yang mau magang pengelolaan jurnal ilmiah?” Seorang perempuan yang baru saja lulus menjadi sarjana membalas “saya Pak!” Tidak buang-buang waktu lagi aku langsung mengajaknya bertemu untuk aku kenalkan dengan seseorang yang akan melatih pengelolaan jurnal.
Dimulailah latihan pengelolaan jurnal ilmiah. Ia dilatih mengelola artikel-artikel yang masuk ke jurnal ilmiah. Selanjutnya artikel-artikel itu didistribusi kepada peninjau untuk memberikan catatan-catatan. Bahkan tidak cukup hanya seorang peninjau tetapi dibutuhkan sampai dua orang peninjau dari ahli bidang keilmuan. Lalu catatan-catatan dari peninjau tersebut disampaikan kepada penulis sebagai pengirim artikel. Penulis artikel diminta untuk melakukan revisi sesuai catatan-catatan dari peninjau. Tidak hanya itu, penulis harus mengirim ulang naskah artikel yang telah direvisi.
“Banyak penulis tidak segera mengirim ulang naskah artikel hasil revisi,” tuturnya. “Ada juga penulis yang tidak pernah mengirim kembali naskah hasil revisi,” ungkapnya. “Di antaranya ada yang tidak ngecek notifikasi di email, padahal di situ informasi tanggapan dari pengelola jurnal,” lanjutnya. “Di antaranya juga ada yang tidak ngecek ke jurnal untuk melihat status pengiriman naskah,” lanjutnya lagi.
Pengelola jurnal ilmiah mengungkapkan “tidak semua artikel yang dikirim ke jurnal diterima, di antaranya ada yang ditolak karena naskah artikel tidak sesuai template penulisan artikel yang ditetapkan oleh jurnal ilmiah.” Artikel ditolak biasanya juga karena alasan lain seperti masalah kerapian, tidak menerapkan manajemen pengutipan, topik pembahasan tidak sesuai dengan lingkup jurnal ilmiah, dan tidak memenuhi kelayakan dari sisi substansi isi artikel ilmiah.
“Jika mahasiswa latihan menulis artikel ilmiah, lalu latihan pula pengelolaan jurnal ilmiah, maka ia khatam,” kataku. Khatam karena ia mengerti penulisan artikel ilmiah di satu sisi dan mengetahui tahapan penerbitan artikel di jurnal ilmiah. Bahkan, ia mengerti kelayakan artikel bagi penerbitan di jurnal ilmiah. Selebihnya, ia praktik langsung melakukan layout untuk persiapan penerbitan artikel-artikel di jurnal ilmiah. Di situ mengapa ia disebut khatam.
Bagi mahasiswa, latihan menulis artikel ilmiah merupakan praktik luar biasa. Kesediaan mahasiswa mengirim artikel ke jurnal ilmiah merupakan kehebatan. Terlebih sebelum mengirim artikelnya ke jurnal ilmiah mereka harus melakukan pencarian terlebih dahulu jurnal ilmiah yang relevan bagi topik yang ditulisnya. Selebihnya, kesediaan mahasiswa magang pengelolaan jurnal ilmiah maka lebih luar biasa lagi.
Setelah menyatakan bersedia magang mengelola jurnal ilmiah, ia diberi kepercayaan untuk melakukan pengelolaan salah satu jurnal ilmiah. Perempuan pengelola jurnal ilmiah ini juga diminta untuk merekrut teman lainnya latihan mengelola jurnal ilmiah. Sampai akhirnya tergabung tiga orang pengelola jurnal ilmiah masing-masing mengelola satu jurnal ilmiah. Tiga orang pengelola jurnal ilmiah ini semuanya perempuan.
Hidayatul Fikra mengelola Jurnal Riset Agama. Susanti Vera mgelola jurnal Spirituality and Local Wisdom. Fitriani mengelola Journal of Takhrij Al-Hadith. Fikra dan Fitri tengah studi lanjut magister, sedangkan Vera telah lulus magister di program pascasarjana. Semuanya berusaha mencari teman-teman mahasiswa yang memiliki minat serius untuk latihan pengelolaan jurnal ilmiah.
Selain mengelola jurnal ilmiah, ketiga orang perempuan ini juga memberikan latihan-latihan penulisan artikel ilmiah di beberapa wilayah untuk tingkat mahasiswa. Ketiganya bergabung di Kelas Menulis yang menjadi pusat bantuan bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dalam penulisan artikel ilmiah. Ketiganya sudah terbang ke berbagai wilayah untuk memberikan pelatihan penulisan artikel ilmiah.
Latihan penulisan artikel ilmiah menjadi penting. Sebab, pendidikan tinggi memberikan pilihan kepada mahasiswa untuk menjadi sarjana apakah melalu skripsi ataukah melalui tugas akhir artikel ilmiah. Keterampilan mahasiswa perlu ditingkatkan bahkan hingga tips dan trick penerbitan artikel di jurnal ilmiah.
Terang sekali bahwa bagi mahasiswa yang memilih tugas akhir artikel ilmiah dibutuhkan strategi. Yaitu strategi menulis artikel yang memenuhi kelayakan, strategi pengiriman artikel ke jurnal ilmiah, dan strategi memanfaatkan waktu mulai penulisan dan penerbitan artikel di jurnal ilmiah. Sehingga penerbitan artikel dan kelulusan untuk meraih gelar sarjana menjadi tepat waktu.
Mahasiswa bisa dihinggapi rasa waswas setelah pengiriman artikel ke jurnal ilmiah tanpa mengetahui pengelolaan jurnal ilmiah. Waswas apakah artikel diterima ataukah ditolak. Waswas berapa lama dibutuhkan waktu sejak pengiriman artikel hingga terbit di jurnal ilmiah. Waswas apakah artikel bisa terbit ataukah tidak layak terbit. Padahal, penerbitan artikel menjadi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana.
Jika tahu pengelolaan jurnal ilmiah, maka akan tahu tahapan penerbitan artikel ilmiah. Apabila tahu tahapan penerbitan artikel, maka pasti dilakukan persiapan sejak penulisan dan pengiriman artikel ke jurnal ilmiah. Termasuk pelaksanaan revisi berdasarkan catatan-catatan peninjau dan pengiriman ulang naskah hasil revisi. Sehingga sukseslah penerbitan artikel di jurnal ilmiah.
Para perempuan pengelola jurnal ilmiah tengah melakukan tata-kelola jurnal untuk persiapan pengajuan akreditasi nasional sekarang ini. Pengajuan akreditasi nasional menjadi keniscayaan bagi pengukuran kualitas jurnal ilmiah. Apabila jurnal ilmiah lolos akreditasi nasional, maka menjadi jaminan kualitas jurnal ilmiah. Apabila jurnal ilmiah telah terakreditasi nasional, maka pengelola jurnal lebih selektif lagi dalam memilih artikel-artikel untuk penerbitan di jurnal tersebut.
Pengelola jurnal ilmiah berperan sebagai corong informasi berbagai hal. Seperti template artikel, tahapan pengiriman artikel, deadline pengiriman ulang revisi, dan informasi penerbitan artikel. “Sayang korespondensi penulis dengan pihak jurnal masih banyak menggunakan WhatsApp,” ungkap para pengelola jurnal ilmiah.
Jurnal ilmiah merupakan terbitan berbasis elektronik dengan platform open journal system. Sehingga korespondensi penulis dengan pihak jurnal ilmiah semestinya berlangsung di dalam platform jurnal ilmiah bukan komunikasi langsung melalui media sosial. Jurnal ilmiah bersifat terbuka tetapi pengiriman dan penilaian artikel ilmiah bersifat tertutup untuk menjaga objektivitas. Karena itu, komunikasi penulis dengan pengelola jurnal ilmiah melalui WhatsApp bukan merupakan kelaziman.
Memang latihan literasi
ilmiah itu menempuh tahapan yang cukup panjang. Karena itu, bila artikel
mahasiswa berhasil tembus hingga terbit di jurnal ilmiah, maka hal itu
merupakan prestasi yang patut mendapat anugerah. Sebagai penghargaan atas
kesabaran dalam latihan menulis artikel, pengiriman artikel ke jurnal ilmiah,
dan hingga pada akhirnya artikel terbit di jurnal ilmiah.
Pengelola jurnal pun
patut mendapat penghargaan. Penghargaan atas ketelatenan dan ketekunan dalam
mengelola artikel-artikel bagi persiapan penerbitan di jurnal ilmiah. Penulis
artikel dan pengelola jurnal ilmiah merupakan dua dunia yang berbeda. Jika dua
dunia ini dikuasai maka otomatis ia menjadi orang yang benar-benar hebat dalam perhelatan
literasi ilmiah.
Jurnal ilmiah adalah
jalan masa depan. Jalan untuk publikasi ilmiah berupa penerbitan
artikel-artikel ilmiah. Latihan penulisan artikel saja tidak cukup. Mahasiswa
perlu dilatih pula pengelolaan jurnal ilmiah. Akhirnya dikuasailah dua hal
sekaligus yaitu keterampilan penulisan artikel ilmiah dan keterampilan
pengelolaan jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah merupakan hilir dari penulisan artikel
ilmiah. Sedangkan penulisan artikel ilmiah merupakan hulu jurnal ilmiah. Karena
itu, penulisan artikel ilmiah dan pengelolaan jurnal ilmiah merupakan dua hal
yang tidak bisa dipisahkan.
Mahasiswa bersedia
latihan menulis artikel itu sudah sangat hebat. Jika ditambah lagi mahasiswa bersedia
mengelola jurnal ilmiah maka lebih hebat lagi. Berarti ia menguasai tahapan
sejak hulu sampai hilir. Meskipun tidak minat pengelolaan jurnal ilmiah,
minimal mahasiswa mengetahui ketentuan, tahapan, dan proses penerbitan artikel
di jurnal ilmiah. Sehingga pengetahuan mahasiswa menjadi lengkap dalam
publikasi artikel di jurnal ilmiah.
Pengelola jurnal
ilmiah ini yang akan menjelaskan mengapa proses penerbitan artikel di jurnal
ilmiah membutuhkan waktu. Terkadang dibutuhkan waktu yang relatif lama. Waktu
ini pada dasarnya untuk memastikan jaminan kualitas. Sehingga yakinlah proses
tidak akan menghianati hasil. Hasil yang baik pasti membutuhkan proses. Dan
proses menentukan jaminan kualitas.
Mahasiswa jangan
terhenti berproses. Dari proses itu diperoleh penghargaan dan anugerah. Tidak
ada anugerah tanpa dilalui melalui proses. Itulah mengapa mahasiswa diapresiasi
sangat tinggi bila mampu tembus artikel di jurnal ilmiah. Apresiasi ini untuk
menghargai proses. Sebuah proses yang membutuhkan tahapan dan waktu.
Jika mahasiswa mampu
menerbitkan artikel di jurnal ilmiah, maka ia adalah juara dan pemenang. Karena
melihat prosesnya yang relatif panjang. Jika mahasiswa bersedia latihan
mengelola jurnal, maka ia adalah sosok yang mengantarkan para juara dan para
pemenang.
Mahasiswa tidak cukup
menguasai penulisan artikel saja. Mahasiswa mesti mengerti pula pengiriman
artikel ke jurnal ilmiah. Terlebih lagi harus memahami proses penerbitan di
jurnal ilmiah. Mahasiswa yang akan mengambil gelar sarjana melalui tugas akhir artikel
ilmiah, ia harus mencari jurnal ilmiah yang relevan, harus mengirim naskah
artikelnya ke situ, harus memperhatikan tanggapan dari pengelola jurnal, harus
melakukan revisi sesuai catatan-catatan peninjau, dan harus mengirim ulang
hasil revisi ke jurnal ilmiah.
Semua tahapan itu difasilitasi
oleh pengelola jurnal ilmiah. Jika pengirim artikel merupakan mahasiswa dan
bila pengelola jurnal ilmiah merupakan mahasiswa, maka hendaknya terjalin kerja sama.
Pengirim artikel tidak hanya memikirkan kepentingan artikelnya terbit di
jurnal. Akan tetapi, bisa mengerti pula bagaimana sibuknya pengelola jurnal
ilmiah menanggapi para penulis yang biasanya membludak. Di sini, sinergitas dan
empati yang perlu dikedepankan.
Penulis artikel dan
pengelola jurnal adalah satu tubuh. Penulis artikel berharap artikelnya bisa
terbit. Pengelola jurnal harus menerapkan ketentuan untuk jaminan kualitas
artikel yang akan diterbitkan. Dengan demikian antara penulis artikel dan
pengelola jurnal merupakan satu tubuh dalam jaminan kualitas publikasi ilmiah.
Berikut ini
percakapan antara pengelola jurnal dengan pengirim artikel yang membutuhkan LoA
atau Letter of Acceptance untuk kepentingan sidang artikel ilmiah. “Kak!
Kapan LoA dari jurnal bisa saya dapatkan,” tanya penulis melalui chat di
WhatsApp. “Mohon sabar masih proses penijauan oleh reviewer,” jawab
pengelola jurnal. “Mohon kabari kalau udah selesai proses peninjauan karena
saya mau daftar sidang Kak!” tutur penulis artikel. “Silakan login ke jurnal
untuk melihat status kemajuan dan LoA akan dikirim otomatis melalui email,”
jawab pengelola jurnal.
Diketahui bahwa LoA
merupakan syarat mendaftar sidang tugas akhir artikel ilmiah untuk meraih gelar
sarjana. Biasanya jelang pendaftaran sidang padat permintaan LoA ke pihak
jurnal ilmiah. Praktis pengelola jurnal ilmiah menjadi sangat sibuk. Ideal bila
mahasiswa mengetahui pengelolaan jurnal ilmiah supaya mengetahui pula cara
efektif memperoleh LoA dari jurnal ilmiah.
Di situ, terjalinlah
sikap saling empati antara pengirim artikel dan pengelola jurnal ilmiah. Empati
untuk sama-sama memberikan jaminan kualitas terhadap terbitan artikel di jurnal
ilmiah.
Terima kasih untuk
para pengelola jurnal ilmiah dari teman-teman mahasiswa yang telah mengorbankan
waktu untuk masa depan yang cerah. Juga terima kasih pula untuk teman-teman
mahasiswa yang telah bersedia latihan menulis artikel ilmiah dan mengirimkannya
ke jurnal ilmiah. Semoga penulisan artikel ilmiah dan pengelolaan jurnal ilmiah
menjadi keterampilan yang terpadu.
Untuk generasi hebat,
generasi juara, dan generasi pemenang lanjutkan peningkatan literasi ilmiah.
Kejar cita-cita dan rebut masa depan yang penuh tantangan keterampilan dan
kualitas (-).