Menghebatkan Mahasiswa
Mahasiswa sudah hebat. Mahasiswa generasi lahir di era kemajuan teknologi informasi. Mereka disebut generasi hebat, generasi paling kreatif, generasi yang suka terhadap tantangan, dan generasi pemenang. Teman-teman mahasiswa akan lebih hebat lagi ketika punya fokus dan benar-benar berprestasi dalam hal itu.
Fokus tersebut yaitu penulisan artikel ilmiah, konferensi, dan pengelolaan jurnal ilmiah. Tiga bidang ini tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling terkait. Artikel ilmiah adalah karya tulis hasil penelitian, konferensi yaitu ajang temu ilmiah untuk presentasi hasil-hasil penelitian, dan jurnal ilmiah ialah wadah untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian tersebut dalam bentuk artikel ilmiah. Dengan demikian, tiga hal ini mempunyai kaitan yang sangat erat.
Mahasiswa dilatih menulis artikel ilmiah didasarkan hasil penelitian mereka minimal pelaksanaan penelitian mini yang dibedakan dengan penelitian besar. Penelitian mini merupakan penelitian yang tidak terlalu kompleks dan biasanya secara khusus diarahkan untuk mahasiswa sebagai latihan pelaksanaan penelitian. Berikutnya, bagi mahasiswa yang telah memiliki naskah artikel ilmiah mereka diarahkan untuk mengikuti konferensi. Agenda ini bertujuan untuk mempresentasikan artikel hasil penelitian dihadapan dewan juri dan audiens peserta konferensi, baik konferensi tingkat nasional maupun tingkat internasional. Mahasiswa juga dilatih pengiriman artikel ke jurnal ilmiah elektronik berbasis open journal system. Tidak hanya itu, mahasiswa juga dilatih pengelolaan jurnal ilmiah tersebut supaya mengerti proses bisnis penerbitan artikel di jurnal ilmiah.
Lengkaplah pengalaman mahasiswa. Mulai dari pengalaman menulis artikel ilmiah, presentasi artikel ilmiah di ajang konferensi, pengiriman naskah artikel ke jurnal ilmiah, bahkan di antaranya berlatih pengelolalan jurnal elektronik. Dari pengalaman ini mahasiswa menjadi punya skill atau keterampilan yang lengkap. Menjadi pribadi yang terlatih dalam program publikasi ilmiah.
Publikasi ilmiah menandakan majunya sebuah negara. Sebuah negara dihitung berapa kemampuan jumlah publikasi ilmiah per hari. Menurut penelusuran data, pada Tahun 2018 jumlah peneliti Indonesia mencapai 9669. Rasio peneliti dengan jumlah penduduk Indonesia baru 90 peneliti per 1 juta penduduk. Keadaan ini berbeda jauh dengan Singapura yang mencapai 7000 peneliti per 1 juta penduduk, Malaysia 2590 peneliti per 1 juta, India 160 peneliti per 1 juta, Korea Selatan 5900 peneliti per 1 juta, dan China 1020 peneliti per 1 juta. Data ini sengaja ditampilkan untuk menunjukkan betapa pentingnya posisi peneliti dalam sebuah negara.
Belakangan ini, berdasarkan data jumlah publikasi internasional terindeks Scopus menurut media Kompas, sebelum dan sesudah pandemi Covid-19 berdasarkan data Scimago, dari semua negara yang terdaftar yakni sebanyak 241 negara, jumlah publikasi internasional bereputasi memperlihatkan kenaikan yang signifikan setiap tahunnya, dari tahun 2016—2021. Rerata total kenaikan jumlah publikasi pra-pandemi (2016—2019) mencapai 5,03 persen, dari 3.751.076 publikasi (2016) menjadi 4.346.377 publikasi (2019). Sementara, rerata total kenaikan jumlah publikasi dalam kurun waktu dua tahun pasca-pandemi (2020—2021) justru mengalami kenaikan signifikan mencapai 6,84 persen, dari 4.593.514 (2020) menjadi 4.960.672 (2021). Dengan kata lain, jumlah publikasi secara internasional dari masa pra-pandemi ke pasca-pandemi mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen atau rerata 745.775 publikasi.
Hanya saja fenomena sebaliknya terjadi pada jumlah publikasi artikel jurnal ilmiah di Indonesia. Data memperlihatkan ada penurunan secara signifikan dalam lima tahun terakhir (2017—2021) mencapai rerata minus 5,31 persen per tahun, yaitu 34.766 jurnal (2017) menjadi 27.339 jurnal (2021). Di kawasan negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Timor-Leste, pandemi Covid-19 tidak berdampak terhadap penurunan produktivitas publikasi ilmiah mereka. Jumlah publikasi internasional bereputasi yang terindeks Scopus di negara-negara tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, baik pada masa pra-pandemi hingga pasca-pandemi. Jumlah penurunan publikasi hanya terjadi di Myanmar dari 1.062 publikasi (2020) menjadi 857 publikasi (2021), dan Laos dari 350 publikasi (2019) menjadi 342 publikasi (2020), namun kembali mengalami kenaikan pada tahun 2021 (357 publikasi).
Di Indonesia, penurunan jumlah publikasi juga hanya terjadi antara tahun 2020 (50.965 publikasi) ke tahun 2021 (49.350 publikasi). Jumlah publikasi internasional bereputasi secara kuantitatif memang mengalami kenaikan setiap tahunnya pada masa pra-pandemi (2016—2019) dengan kenaikan rerata 56,07 persen per tahun. Yaitu dari 12.706 publikasi (2016) menjadi 47.643 publikasi (2019). Namun demikian, persentase kenaikan pertahunnya mengalami penurunan dari 69,91 persen (2016-2017) menjadi 35,84 persen (2018-2019). Di sisi lain, pada masa pasca-pandemi (2020-2021), jumlah publikasi internasional bereputasi secara kuantitatif juga mengalami kenaikan 6,97 persen pada tahun 2020 (50.965 publikasi). Tetapi tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 3,17 persen (49.350 publikasi), atau mengalami penurunan sebesar 5,07 persen.
Data-data di atas menunjukkan balapan publikasi ilmiah antar-negara dengan kenyataan naik dan menurun seiring dengan situasi dan kondisi. Artinya, publikasi ilmiah teramat penting sebagai indikator produktivitas dan kemajuan sebuah negara.
Pelatihan publikasi ilmiah bagi mahasiswa berarti menyiapkan sumber daya terlatih bagi masa depan. Di situ mahasiswa dilatih pelaksanaan penelitian meskipun penelitian mini. Dilatih menulis hasil penelitian mereka dalam bentuk artikel ilmiah. Bahkan sekaligus dilatih pengelolaan jurnal ilmiah berbasis elektronik. Tentu saja pengelola jurnal ilmiah sangat dibutuhkan oleh pendidikan tinggi, lembaga riset, dan institusi lainnya. Sebab, Lembaga-lembaga tersebut dituntut untuk meyumbangkan hasil-hasil riset dalam bentuk publikasi di jurnal ilmiah. Sedangkankan sumber daya pengelola jurnal ilmiah pasti masih terbatas. Jelaslah bahwa sumber daya pengelola jurnal sangat dibutuhkan di masa sekarang dan di masa yang akan datang.
Bagi pribadi mahasiswa sendiri, publikasi ilmiah sangat bermanfaat besar. Di antaranya peluang beasiswa studi lanjut ke S2 di mana mereka harus mengisi aplikasi pengalaman riset dan publikasi ilmiah. Menjadi juara dalam lomba penulisan karya ilmiah baik di tingkat kota/kabupaten, tingkat provinsi, dan tingkat nasional. Bagi mahasiswa yang studi lanjut ke S2 pengalaman publikasi ilmiah sangat berharga karena di S2 umumnya tugas mata kuliah sudah mengharuskan publikasi artikel di jurnal ilmiah. Jadi kalau sudah belajar di S2 nanti pas S2 tidak kaget lagi karena sudah punya pengalaman. Selannya, berdasarkan testimoni ada juga yang ketika lulus sarjana langsung diterima menjadi guru karena punya pengalaman publikasi beberapa artikel di jurnal ilmiah. Ini tujuannya agar keterampilan menulis dapat ditularkan juga kepada guru-guru yang lain di sekolah itu. Diketahui bahwa guru juga untuk jenjang tertentu punya kewajiban publikasi artikel di jurnal ilmiah. Selebihnya, orang yang punya pengalaman publikasi ilmiah bisa membagikannya kepada orang lain dalam membentuk kegiatan pelatihan. Pastinya banyak sekali keuntungan mempunyai pengalaman publikasi ilmiah itu.
Memulai Kelas Menulis
Sekitar tahun 2018-an aku belajar menulis artikel ilmiah. Saat itu kami mendirikan Sekolah Menulis yang strukturnya terdiri atas pemilik sekolah, kepala sekolah, wali kelas, dan peserta. Aku sendiri mendapat jabatan sebagai kepala sekolah yang bertugas menyelenggarakan Sekolah Menulis. Pesertanya merupakan dosen-dosen muda yang didorong supaya produktif menulis artikel untuk diterbitkan di jurnal ilmiah. Meskipun sebagai kepala sekolah, namun aku sendiri belajar khususnya kepada wali kelas yang sudah terbiasa menulis artikel ilmiah dan artikelnya sering diterbitkan di jurnal ilmiah. Wali kelas memang diserahkan kepada ahli yang sudah malang-melintang dalam pencapaian publikasi ilmiah. Diketahui ternyata di dalam penulisan artikel ilmiah banyak hal teknis. Seperti penggunaan aplikasi pengutipan, pencarian sumber rujukan di bigdata, dan penulisan sesuai dengan gaya selingkung artikel jurnal ilmiah yang biasa disebut template. Selainnya, ada banyak lagi hal-hal teknis dan hampir seluruh pengerjaan artikel semuanya teknis.
Setelah cukup lama aku latihan, lalu sekitar Tahun 2019-an terpikir olehku untuk mengajarkan penulisan artikel ilmiah kepada mahasiswa jenjang sarjana. Anehnya aku punya keyakinan bahwa mahasiswa bisa melakukannya, meskipun penulisan artikel ilmiah belum menjadi tuntutan bagi mahasiswa jenjang sarjana. Sejauh ini penulisan artikel ilmiah merupakan tuntutan dosen di mana dosen harus melaksanakan darma penelitian di samping pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat dan hasil penelitiannya harus dipublikasikan di jurnal ilmiah. Tapi melatih mahasiswa tidak ada salahnya pikirku. Toh di beberapa tempat sudah terdengar ada mahasiswa yang berhasil artikelnya tembus di jurnal ilmiah. Memang kasus ini masih dibilang langka dan mahasiswa jenjang sarjana pada umumnya belum terbiasa serta bukan menjadi tuntutan. Kecuali mahasiswa jenjang magister dan doktor tampak beberapa pendidikan tinggi telah mewajibkan mereka untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah.
Harus diakui bahwa publikasi artikel hasil penelitian di jurnal ilmiah merupakan prestasi bagi para akademisi. Disebut prestasi banyak dasarnya antara lain menyumbangkan temuan hasil penelitian bagi penyelesaian berbagai masalah di masyarakat luas. Juga publikasi ilmiah para akademisi disebut-sebut sebagai bukti bahwa mereka telah bekerja. Sebaliknya, bila tidak melakukan publikasi ilmiah maka apa yang mereka kerjakan. Padahal, publikasi ilmiah merupakan kewajiban para akademisi. Jumlah publikasi ilmiah para akademisi juga menguntungkan bagi pengukuran performa pendidikan tinggi. Bagi pribadi dosen, publikasi ilmiah merupakan syarat wajib kenaikan pangkat. Makin tegaslah bahwa publikasi ilmiah banyak manfaatnya. Namun demikian, mahasiswa pun merupakan bagian tak terpisahkan dari akademisi. Dengan kata lain akademisi secara umum termasuk pula di dalamnya mahasiswa. Selebihnya, di dalam penilaian akreditasi program studi ada tagihan yaitu kemitraan dosen dan mahasiswa dalam publikasi ilmiah. Artinya, dosen harus mengupayakan keterlibatan mahasiswa dalam pelaksanaan penelitian dan kemudian publikasi hasil penelitian tersebut di jurnal ilmiah. Sehingga tegaslah bahwa dosen harus melatih para mahasiswa dalam pelaksanaan penelitian.
Secara tidak formal, pada tahun 2019-an aku mengajak mahasiswa latihan penulisan artikel ilmiah. Hal ini merupakan pengalaman baru bagi mahasiswa pada saat itu. Tentu beberapa kendala ditemukan dalam pelaksanaannya di samping karena mahasiswa baru saja mengenal istilah artikel jurnal imiah juga terutama belum tersedianya modul penulisan artikel ilmiah secara khusus bagi acuan mahasiswa dalam pelaksanaan pelatihan. Kendala-kendala yang paling kentara yaitu terasa lambatnya mahasiswa dalam latihan penulisan artikel ilmiah. Tentu saja hal ini suatu kendala yang sangat wajar. Namuan demikian, beberapa mahasiswa ternyata mampu tuntas menyelesaikan penulisan artikel ilmiah. Bahkan, pada Tahun 2019 ini sebanyak 3 artikel mahasiswa tembus di jurnal ilmiah. Tentu kenyataan ini menjadi modal berharga dan best practice yang patut diapresiasi melalui agenda pengembangan yang lebih serius. Berdasarkan pengalaman ini aku semakin yakin teman-teman mahasiswa pasti mampu dan bisa menulis artikel hingga penerbitan di jurnal ilmiah.
Baru pada Tahun 2020 dibuatlah secara resmi sebuah lembaga bernama Kelas Menulis tepatnya tanggal 29 Mei 2020. Kelas ini disiapkan secara khusus untuk melatih mahasiswa dalam penulisan artikel ilmiah. Pelatihan terpaksa harus dilaksanakan online sebab pada saat itu mula pertama berjangkit wabah Covid-19. Dari situ mulai disusun panduan-panduan bagi keperluan latihan penulisan artikel ilmiah di lingkungan mahasiswa. Ternyata pelatihan penulisan artikel di mahasiswa berlangsung efektif. Kenyataan ini disebabkan beberapa faktor, seperti perlunya mahasiswa mengisi waktu yang jenuh karena mereka harus berdiam di rumah atau work from home selama masa Covid-19. Boleh jadi juga karena penulisan artikel ilmiah merupakan hal baru sedangkan mahasiswa yang nota bene merupakan generasi milenial dan generasi Z cenderung menyukai tantangan baru. Pelaksanaan Kelas Menulis pada Tahun 2020 menghasilkan 13 artikel ilmiah mahasiswa terbit di jurnal ilmiah. Angka ini menunjukkan kenaikan signifikan dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya ketika Kelas Menulis belum didirakan secara formal.
Sebelumnya, tanggal 11 April Tahun 2020 terbit surat edaran dari otoritas pusat yang berisi kebolehan skripsi diganti dengan tugas akhir dalam bentuk lain mengingat pandemi Covid-19 tengah mewabah di tanah air. Di antaranya pengganti skripsi dalam bentuk artikel yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Karena surat edaran ini, latihan penulisan artikel di lingkungan mahasiswa menjadi semakin memiliki makna yang berarti. Terlebih lagi pada tanggal 14 Mei 2020 di lingkungan internal pendidikan tinggi surat edaran tersebut ditindak-lanjuti dengan surat edaran mengenai prosedur penyelesaian artikel ilmiah sebagai pengganti skripsi.
Kelas Menulis mengarahkan latihan penulisan artikel ilmiah di lingkungan mahasiswa tidak saja dimaksudkan untuk kebutuhan tugas akhir pengganti skripsi, tetapi sebagai pengalaman jejak publikasi di jurnal ilmiah. Pada Tahun 2021 berhasil terbit sebanyak 418 artikel ilmiah mahasiswa. Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang sangat signifikan yang didedikasikan oleh teman-teman mahasiswa. Belakangan di pertengahan Tahun 2022 surat edaran tentang tugas akhir dalam bentuk lain sebagai pengganti skripsi dicabut. Tercatat sampai Tahun 2022 sebanyak 191 mahasiswa menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk artikel ilmiah untuk memperoleh gelar sarjana. Di Tahun 2022 ini pula terbit surat peraturan pimpinan pendidikan tinggi melalui persetujuan senat tentang kebolehan mahasiswa memilih skripsi atau artikel ilmiah untuk meraih gelar sarjana. Tepatnya surat peraturan ini terbit pada tanggal 29 November 2022. Adapun total artikel mahasiswa sampai akhir Tahun 2022 berdasarkan catatan Kelas Menulis berhasil terbit di jurnal ilmiah sebanyak 711 artikel.
Mengatasi Kendala-kendala
Telah disinggung terdahulu latihan penulisan artikel ilmiah bukannya tidak ada kendala. Di masa awal sebelum ada Kelas Menulis kendala paling utama adalah tidak adanya modul latihan. Saat itu acuan yang digunakan adalah template artikel jurnal. Setiap jurnal ilmiah pasti menyiapkan template sebagai acuan penulisan artikel ilmiah. Jika tidak mengacu pada template, maka mahasiswa melihat artikel-artikel yang sudah terbit di jurnal ilmiah. Namun mahasiswa pada umumnya mengalami kesulitan dengan dua acuan ini. Kesulitannya template artikel jurnal ilmiah tampak terlampau umum sehingga mahasiswa tidak dapat mengerjakan hal-hal yang lebih spesifik. Begitu pula mahasiswa tetap kesulitan dengan melihat artikel-artikel yang telah terbit. Kesulitannya di samping tidak dipahami tahapan penulisan secara praktis juga artikel-artikel tersebut ditulis oleh orang yang sudah ahli sehingga kurang dipahami dari sisi substansi oleh tingkat mahasiswa.
Karena itu, Kelas Menulis berusaha menyusun modul penulisan artikel ilmiah. Termasuk di dalamnya merupakan panduan pelaksanaan penelitian mini. Otomatis mahasiswa bisa latihan pelaksanaan penelitian dan sekaligus latihan penulisan hasil penelitian mereka dalam bentuk artikel ilmiah. Modul tersebut merinci tahapan penulisan artikel sebanyak 11 tahap. Mahasiswa mengikuti tahapan tersebut dan dilakukan peninjauan di tiap tahapnya sebagai feedback. Melalui proses ini tampak mengalami kemajuan pada tiap tahapnya di mana mahasiswa mengalami peningkatan keterampilan dalam penulisan artikel ilmiah sejak tahap pertama sampai tahap terakhir.
Selain itu, mahasiswa juga dilatihan penggunaan aplikasi pengutipan. Di tahun-tahun pertama pada 2019 dan 2020 masih diterapkan pengutipan secara manual. Baru pada Tahun 2021 dikenalkan cara pengutipan sumber rujukan dengan menggunakan aplikasi otomatis. Pengenalan aplikasi ini juga menghadapi tantangan sebab sebanyak 25% mahasiswa aktif tidak mempunyai sarana laptop. Latihan penggunaan aplikasi pengutipan otomatis lebih efektif bagi mahasiswa yang memiliki laptop. Solusinya bagi mahasiswa yang tidak punya laptop maka ia meminjam laptop temannya. Penggunaan aplikasi pengutipan sangat ditekankan karena jurnal-jurnal ilmiah telah menetapkan ketentuan di mana penulisan artikel ilmiah harus menerapkan aplikasi pengutipan. Selain keharusan menurut ketentuan jurnal imiah, juga penggunaan aplikasi pengutipan dimaksudkan untuk memudahkan dan sekaligus untuk menjamin kerapian. Kerapian sangat ditekankan dalam latihan penulisan artikel ilmiah. Kerapian ini meliputi layout, margin, tab untuk alinea pertama, tanda baca, penulisan huruf kecil dan huruf besar, konsistensi penulisan kata, terhindar dari typo, dan lain-lain. Pada mulanya komitmen kerapian cukup sulit dilaksanakan. Tapi hal ini harus terus diupayakan melalui latihan sehingga menjadi terbiasa.
Pada kenyataannya penggunaan aplikasi pengutipan secara otomatis bukan
masalah yang berarti bagi mahasiswa generasi Z. Sebab generasi ini realtif mudah beradaptasi
dalam penggunaan teknologi baru. Hanya saja masalah kerapian dan validasi
sumber rujukan sering kali masih diperlukan pendampingan. Termasuk beberapa
mahasiswa juga kurang memahami tahapan yang disajikan di dalam modul penulisan.
Kurang dipahaminya tahapan ini karena pesoalan konsentrasi di mana mahasiswa baru
saja mengalami pembelajaran dengan sistem online bersamaan dengan
merebaknya wabah Covid-19. Beberapa mahasiswa bisa jadi lebih memahami tahapan
di dalam modul tersebut bila pelatihan dilaksanakan secara offline.
Kendala lainnya yang disebutkan mahasiswa dalam latihan penulisan artikel
adalah masalah kesibukan. Kesibukan mahasiswa di antaranya banyak tugas-tugas
mata kuliah sehingga kurang memiliki waktu untuk latihan penulisan artikel
mahasiswa. Di antara mahasiswa ada juga yang kuliah dengan nyambi kerja
sehingga tidak memiliki waktu luang untuk latihan.
Kendala yang tidak kalah pentingnya adalah pengiriman ulang artikel ke
jurnal ilmiah setelah melakukan revisi. Kalau mengirim artikel ke jurnal ilmiah
biasanya dilakukan tinjauan oleh editor jurnal yang menentukan artikel apakah
ditolak ataukah diterima untuk diterbitkan. Jika diterima bahkan dilanjutkan ke
penelaah untuk dilakukan pendalaman. Penelaah selalu memberikan ulasan untuk
dilakukan revisi. Maka penulis harus melakukan revisi dan selanjutnya mengirim
ulang hasil revisi ke jurnal ilmiah. Dalam hal ini ada kalanya penulis abai
tanpa melakukan revisi dan tanpa mengirim ulang naskahnya. Kendala juga kadang
dialami sejak awal pengiriman naskah ke jurnal ilmiah. Ada banyak mahasiswa
setelah tuntas menulis artikel urung mengirimkan naskahnya ke jurnal ilmiah.
Sebab, latihan menulis merupakan satu hal dan pengiriman naskah merupakan hal
lain. Dalam arti latihan penulisan naskah telah menguras energi besar dan
pengiriman naskah ke jurnal pun akan menyedot energi besar. Umumnya mahasiswa
kehabisan energi oleh latihan penulisan artikel sehingga tidak ada energi untuk
pengiriman naskah ke jurnal. Mula-mula mahasiswa harus melakukan penelusuran
jurnal yang relevan. Selanjutnya melakukan pengiriman naskah ke jurnal ilmiah di
mana ada tahap-tahapannya tersendiri. Termasuk unggah ulang naskah setelah
dilakukan revisi. Tegas dalam semua tahapan ini sangat membutuhkan energi yang
besar.
Kendala-kendala di atas terus berusaha diatasi. Antara lain dilakukan
penyempurnaan modul latihan. Modul disusun secara selaras dengan pedoman
penulisan skripsi dan sekaligus selaras dengan template penulisan
artikel ilmiah. Sehingga mahasiswa bisa belajar dua hal sekaligus yaitu struktur
penulisan skripsi dan struktur penulisan artikel jurnal ilmiah. Penggunaan
aplikasi pengutipan terus dikampanyekan sebagai keharusan dalam penulisan karya
ilmiah juga dilaksanakan latihan-latihan meskipun umumnya berlangsung secara online.
Juga dilaksanakan berbagai latihan penulisan artikel ilmiah melalui kelas-kelas
perkuliahan dan penyelenggaraan oleh perhimpunan mahasiswa. Semua upaya ini dilakukan
bersama senior yang telah terlatih yang merupakan lulusan Kelas Menulis. Sehingga
berbagai kendala secara perlahan dapat teratasi.
Menyiapkan Sumber Daya Pelatih
Aku berpikir mahasiswa harus mempunyai keterampilan sebagai bekal yang
dapat dibagikan kepada khalayak nanti setelah menjadi sarjana. Ada banyak
cerita sarjana kebingunan mencari peluang pekerjaan setelah lulus kualiah. Pada
saat yang sama dunia sekarang ini menuntut setiap orang mempunyai keterampilan.
Barangkali bila tidak ada keterampilan maka tidak ada pencapaian.
Dari situ kami percaya bila mahasiswa dilatih sesuatu pasti mereka punya
keterampilan. Latihan penulisan artikel ilmiah di lingkungan mahasiswa
dimaksudkan agar terlahir sumber daya-sumber daya terlatih dalam bidang
tersebut. Faktanya ketika terus dilakukan latihan maka lahir
mahasiswa-mahasiswa terlatih. Ada banyak sumber daya terlatih dalam penulisan
artikel ilmiah lulusan Kelas Menulis. Mula-mula mereka intensif mengikuti
latihan, selanjutnya secara produktif mereka menulis artikel ilmiah dan mengirimkannya
ke jurnal ilmiah, dan pada akhirnya bisa memberikan latihan-latihan penulisan
artikel ilmiah.
Sejak di masa kuliah beberapa mahasiswa sudah bisa berbagi keterampilan
dengan teman seangkatannya dan memberikan latihan-latihan penulisan artikel
ilmiah kepada teman-teman juniornya. Di kesempatan ini Kelas Menulis telah
mengutus beberapa lulusan untuk memberikan pelatihan kepenulisan di
tempat-tempat yang jauh. Sontak para alumni ini mendapat undangan dari sejumlah
institusi pendidikan tinggi untuk mengadakan pelatihan di lingkungan mahasiswa
sebagai fasilitator. Posisi sebagai fasilitator ini sangat bermanfaat untuk
mengungkit kemampuan peserta dalam mengembangkan kapasitas dan sekaligus
bermanfaat bagi diri fasilitator sendiri untuk meningkatkan keahlian secara profesional.
Mereka yang menjadi fasilitator adalah sumber daya yang telah khatam di
Kelas Menulis. Khatam dalam hal penguasaan tahapan-tahapan penulisan artikel
ilmiah. Khatam dalam pemanfaatan dan penggunaan apalikasi pengutipan otomatis.
Terbiasa melakukan pengiriman artikel ke jurnal ilmiah. Punya pengalaman
mengelola kegiatan konferensi, baik tingkat nasional maupun tingkat
internasional. Dan terlebih lagi bila punya pengalaman dalam pengelolaan jurnal
ilmiah. Inilah sumber daya yang khatam di Kelas Menulis. Sehingga siap direkomendasikan
untuk menjadi fasilitator dalam kegiatan pelatihan penulisan artikel ilmiah.
Sumber daya terlatih ini sangat diharpkan terlahir dari rahim Kelas
Menulis. Tujuannya agar masing-masing dapat mengevaluasi berbagai pelaksanaan
Kelas Menulis. Sehingga dari hasil evaluasi ini segala layanan dan tindakan profesional
berupaya dilakukan peningkatan. Para fasilitator dari Kelas Menulis semuanya
lanjut studi S2 dan terus memiliki fokus terhadap publikasi ilmiah. Praktis
dari pengalaman mereka studi lanjut di S2 akan sangat berharga bagi
penyempurnaan modul pelatihan di Kelas Menulis. Di masa-masa yang akan dating diharapkan
terdapat penyempurnaan terhadap modul latihan sehingga pelaksanaan pelatihan
bisa berlangsung lebih efektif.
Semua lulusan Kelas Menulis pada dasarnya bisa menjadi fasilitator pelatihan. Karena
pada dasarnya semua pasti memiliki pengalaman yang bisa dibagikan kepada
khalayak luas. Hanya saja Kelas Menulis lebih mengharapkan seluruh peserta
khatam dalam agenda-agenda Kelas Menulis. Khatam dalam pengertian lain adalah
memahami proses sejak hulu sampai hilir mencakup latihan penulisan, konferensi,
dan publikasi ilmiah. Harapannya semua bisa bersama-sama dalam satu visi bersama
untuk memperluas jaringan dalam mengembangkan publikasi ilmiah di berbagai
wilayah. Hal ini merupakan upaya menguatkan Kelas Menulis, memikirkan langkah-langkah
yang paling efektif dalam pelatihan penulisan artikel, dan secara bersama-sama
mengebatkan Indonesia.
Diharapkan pula lahir para fasilitator di berbagai wilayah di Indonesia.
Hal ini dalam rangka menghebatkan Indonesia dalam publikasi ilmiah dalam
persainggannya dengan negara-negara lain secara global. Sumber daya kepenulisan
yang terlatih dengan segala keterampilan yang dikembangkannya pada gilirannya
dapat mengisi peluang kerja melalui berbagai agenda seperti kegiatan latihan bersama,
tindakan profesional, dan atau kerelawanan.
Mengupayakan Terbitan Index Sinta
Publikasi ilmiah tidak hanya dilihat dari sisi jumlah tetapi harus
mengupayakan kualitas. Kualitas publikasi ilmiah dapat dilihat dari tingkatan
jurnal. Tingkatannya adalah jurnal nasional biasa, jurnal terkareditasi
nasional, dan jurnal internasional reputasi global index Scopus atau Web of
Science. Jurnal terakreditasi nasional juga ada tingkatannya bergantung indicator
Science and Technology Index yang disingkat Sinta, yaitu mulai dari Sinta 6
sampai Sinta 1 di mana yang disebutkan terakhir adalah tingkat paling tinggi.
Termasuk jurnal internasional bereputasi global juga ada tingkatannya yaitu Q4
sampai Q1 di mana yang terakhir merupakan tinggkatan yang tertinggi.
Kelas Menulis mencatat dari capaian publikasi sebanyak 711 artikel
ilmiah mahasiswa sejak 2019 sampai 2022 sebanyak 66 tembus di jurnal terakreditasi
nasional index Sinta. Sebaran pencapaian publikasi ilmiah index Sinta per tahun
adalah Tahun 2019 sebanyak 3 artikel, Tahun 2020 sebanyak 12 artikel, Tahun
2021 sebanyak 22 artikel, dan Tahun 2022 sebanyak 29 artikel. Memang pecapaian
publikasi ilmiah mahasiswa masih lebih banyak di jurnal nasional biasa. Namun
upaya meningkatkan kualitas telah dilakukan terbukti sebanyak 66 artikel terbit
di index Sinta dan tiap tahun capaiannya mengalami kenaikan. Adapun sebaran capaian
publikasi index Sinta sebanyak 66 artikel adalah Sinta 2 sebanyak 2 artikel,
Sinta 3 sebanyak 26 artikel, Sinta 4 sebanyak 17 artikel, dan Sinta 5 sebanyak 21
artikel. Ternyata artikel mahasiswa ada yang bisa tembus ke jurnal terakreditasi
nasional Sinta 2.
Selain mendorong publikasi ilmiah mahasiswa, Kelas Menulis juga
mengembangkan jurnal ilmiah. Sampai Tahun 2022 Kelas Menulis punya 4 jurnal
ilmiah yaitu Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, Jurnal Riset Agama, Jurnal
Spirituality and Local Wisdom, dan Journal of Takhrij Al-Hadith. Dua jurnal
yang disebutkan pertama dirintis Tahun 2021 sedangkan dua jurnal yang
disebutkan terahir dirintis Tahun 2022. Dua jurnal yang disebutkan pertama yang
dirintis Tahun 2021 pada awal Tahun 2023 akan mengajukan penilaian akreditasi
jurnal ilmiah. Karena dua jurnal ini telah memenuhi syarat untuk mengajukan
akreditasi nasional yaitu syaratnya harus berusia 2 tahun dengan penerbitan
secara berkala. Seluruh jurnal Kelas Menulis dikelola oleh para mahasiswa
meskipun mereka telah lulus menjadi sarjana sekarang ini.
Bersambung…
Bersambung…