Pepatah mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik.” Pengalaman yaitu apa yang dialami. Apa yang dialami biasanya terpatri di dalam jiwa.
Publikasi ilmiah merupakan ujung dari penulisan artikel. Dimulai dari penulisan artikel, pengiriman artikel tersebut ke jurnal ilmiah, dan terakhir terbit.
Pada saat artikel terbit, para penulis biasanya melakukan selebrasi. Paling tidak senang dan terutama bersyukur. Bersyukur karena proses yang cukup menyita pikiran, energi, dan waktu telah terlampaui.
Saat
menulis artikel, penulis berusaha fokus pada beberapa hal. Seperti kerapian,
prosedur, struktur, pencarian sumber rujukan, dan penggunaan manajemen
pengutipan misalnya Mendeley.
Lalu,
cek plagiasi, paraphrase, proofreading, swasunting, dan templating
sesuai ketentuan jurnal ilmiah. Bahkan, translate ke dalam bahasa Asing (Arab
atau Inggris).
Tiba
gilirannya melakukan korespondensi dengan editor jurnal ilmiah berbasis open
system. Korespondesi meliputi submission, melakukan revisi hasil tinjauan
reviewer, dan upload ulang naskah artikel hasil revisi.
Terakhir,
artikel terbit di jurnal ilmiah. Dari semua itu, ada banyak pelajaran (hikmah) yang merasuk ke dalam jiwa, terlatihnya berpikir kritis secara sistematis, dan pengembangan keterampilan.
Tegaslah, manfaat terbesar publikasi ilmiah adalah pengalaman. Ia
adalah guru terbaik [].