"Boleh ketemu pak?" Aku kirim pesan melalui saluran pribadi. "Boleh." Hari ini janji bertemu dosen pembimbing (dospem) jam 13.00.
Aku mesti mengenalkan diri dan mengenal beliau lebih baik. Kini saatnya konsultasi dan aku butuh saran.
“Apa pun ada di handphone. Gunakan secara bijak.” Beliau tuturkan internet of things, teknologi artificial intelligence, dan tantangan society 5.0.
Aku diminta memahami teori-teori hasil pembelajaran. Beliau minta aku terus menjadi pembelajar. “Gunakan teori-teori untuk membaca realitas. Itu gunanya teori,” ujarnya.
Aku diberi contoh teori pemanasan global akibat rumah kaca. “Amati gejala. Halnya cuaca ekstrem yang dipicu perubahan iklim. Sumbangkan ide pemecahan masalah untuk kebaikan masa depan," tuturnya.
“Jika biasa amati realitas, kamu pasti kaya data. Gunakan alat-alat mutakhir olah data. Kamu bisa akses alat olah data dari berbagai platform. Hasilnya baca dengan teori yang tepat,” ungkapnya.
Aku bersemangat karena di SMA sudah latihan riset-riset kecil, membaca data dengan teori. Sebaliknya, menerapkan teori untuk membaca data, fakta, gejala, dan fenomena. Saat ini aku lebih leluasa memacu kreativitas.
Dospem minta aku siapkan projek di sepanjang masa kuliah. “Di semester tujuh kamu mesti seminar proposal tugas akhir. Sejak semester pertama kembangkan skills sampai kamu mampu susun tugas akhir,” ungkapnya.
Beliau minta aku belajar efektif. Aku disarankan bentuk kelompok belajar, buat catatan-catatan hasil kuliah, dan lakukan aktivitas-aktivitas penunjang prestasi. Aku pun diminta himpun sertifikat untuk surat keterangan pendamping ijazah.
“O ya nama siapa?” Dospem bertanya. “Erina, biasa dipanggil Erin," kataku. “Ok lakukan yang terbaik, kembangkan kompetensi, dan jangan lupa bahagia,” tutur dospemku.
“Esok jangan hubungi saya via WhatsApp. Kita berkorespondensi melalui email,” pungkasnya. “Siap pak Darma,” jawabku.