Saat kuliah S1 dipastikan ia sering memerhatikan dosen menyampaikan materi kuliah. Suatu saat ia pernah cerita bahwa ia selalu duduk di kursi baris paling depan
karena menurutnya supaya pengetahuan yang disampaikan oleh dosen di dalam kelas dapat diterima langsung tanpa terhalang oleh
orang yang duduk di baris depan.
Ia pasti mengingat gaya penyampaian yang menarik
sehingga materi kuliah mudah dipahami oleh mahasiswa. Karena itu, saat ia dipercaya menjadi asisten dosen maka hal itu menjadi kesempatan berharga untuk berlatih mengajar. Daripada itu, ia pun sering mengisi pelatihan yang diselenggarakan oleh Kelas Menulis. Sehingga kemampuannya berbicara di depan mahasiswa semakin terasah,
Saya beberapa kali memerhatikan dan saya suka saat mendengar intonasi yang khas ketika ia menuturkan materi
kuliah di depan kelas. Di situ, satu dua kata bahasa Indonesia terkadang diungkapkan
dengan dialek khas Sumatra Barat, tepatnya Minangkabau. Ini justru enak terdengar di telinga saat penyampaiannya berlangsung di
perguruan tinggi kota Bandung dimana mahasiswa notabene berasal dari Sunda.
Suaranya enak didengar karena ditata sedemikian
rupa. Ia cukup kaya dengan kata sehingga tak ada kesulitan bicara di hadapan mahasiswa. Penyampaiannya mudah
dicerna dengan ungkapan kalimat-kalimat sederhana. Saat menjelaskan materi kuliah
ia kerap memberikan contoh-contoh atau analogi. Sesekali menunjuk power point, berjalan dari satu
sudut ke sudut lain, dan pada bagian tertentu memeragakan isyarat tangan.
Bagi saya, ia bukan hanya mengajar tetapi sekaligus belajar mendengarkan,
memberi perhatian, dan memotivasi mahasiswa. Di dalam kelas ia tidak hanya tampil sebagai
dosen tetapi juga berperan menjadi sahabat mahasiswa.
Saat ini ia tercatat sebagai dosen gen Z. Capaiannya ketika mengajar selalu
menghasilkan sasaran outcome, terutama berupa artikel ilmiah. Jadi benar
menurut hasil riset bahwa pembelajaran sebaya efektif bagai pencapaian hasil. Sayangnya saya hanya menyaksikan beberapa sesi saja. Sebagian besar ia mengajar mandiri tanpa direkam.
Sekilas pengalaman Hidayatul Fikra sebagai Dosen dituturkan oleh Wahyudin Darmalaksana, Pendiri Kelas Menulis