-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Ekoteologi di Tengah Disrupsi Teknologi, Dapatkah Teknologi menjadi Sahabat Bumi?

Wednesday, June 18, 2025 | 6:53:00 PM WIB Last Updated 2025-06-18T11:53:06Z


KELAS MENULIS -- Sudahkah teman-teman mengenal apa itu ekoteologi? Istilah ekoteologi ini sebenarnya bukan hal yang baru, sudah banyak kajian terkait ini. Ekoteologi sederhananya adalah pelestarian alam yang diiringi dengan nilai-nilai agama. Sejak kecil, kita familiar dengan nasihat “kebersihan sebagian dari iman” kan? Itu salah satu dari ekoteologi lho. 


Sudah banyak juga gerakan-gerakan sadar pentingnya pelestarian lingkungan. Namun, istilah ekoteologi saat ini digaungkan secara masif oleh Kementerian Agama. Ekoteologi merupakan salah satu program prioritas Kementerian Agama yang harus ditanamkan mulai dari pendidikan dasar, menengah, perguruan tinggi, hingga bermasyarakat.


Ternyata, 70 dari 93 siswa sekolah menengah belum pernah mengenal istilah ekoteologi lho, tetapi ternyata program-program pelestarian lingkungan, penanaman paham bahwa menjaga lingkungan itu penting dan bernilai ibadah sudah berjalan dengan baik. Bagaimana di perguruan tinggi? Menarik untuk dikaji ya. Fakta ini menunjukkan bahwa kesadaran terhadap pelestarian lingkungan yang sudah terbangun perlu dikuatkan dengan nilai-nilai teologis, perlu lebih masif lagi nih untuk mengenalkan ekoteologi.




Pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Strategi Implementasi Ekoteologi pada Perguruan Tinggi di Universitas Mulawarman as Tropical Rain Forest yang diselenggarakan oleh Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) menghasilkan berbagai diskusi dan sharing knowledge tentang konsep ekoteologi ini. 


Prof. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd Rohmat Mulyana menyampaikan pentingnya kegiatan FGD ini dilaksanakan untuk mendapatkan insight konsep ekoteologi tidak hanya dari perguruan tinggi keagamaan, tetapi juga lebih luas dari perguruan tinggi umum.




Pesan yang berharga disampaikan oleh Kepala BMBPSDM, Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T Ramdhani Ramdhani  bahwa “Bumi adalah satu-satunya tempat untuk menitipkan kebahagiaan kita, bumi adalah satu-satunya tempat untuk menjalankan ibadah kita. Bumi ini mampu memenuhi kebutuhan seluruh manusia, tetapi tidak dapat memenuhi keserakahan satu manusia”. 


Pesan ini selaras dengan Rektor Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Ir. H. Abdunnur, M. Si., IPU., ASEAN Eng.,  yang mengingatkan bahwa “Membangun hubungan yang positif antara kita dengan alam, akan menumbuhkan jalinan hubungan positif antara kita dengan Tuhan”. So, penting ya ternyata konsep ekoteologi ini.




Ekologi di perguruan tinggi sudah menjadi bagian pembelajaran, seperti yang telah dilaksanakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman (menurut Dekan FKIP Prof. Dr. H. Susilo, S.Pd., M.Pd.), tetapi menjadi lebih berdampak dan bermanfaat untuk diri dan alam ketika nilai-nilai agama diintegrasikan. Ekoteologi menjadi hal yang mematangkan ekologi. Ekoteologi memiliki unsur-unsur seperti kesadaran hubungan antara alam, manusia dan Tuhan, nilai-nilai Agama dengan Isu lingkungan, dan pemahaman bahwa alam adalah rumah bersama yang harus dijaga menurut  Dr. Riswadi, S.Ag., M.Pd.


Pembahasan menarik lainnya adalah bagaimana dampak dan peran teknologi dalam ekoteologi? Dapatkah teknologi menjadi sahabat bumi? Taukah teman-teman bahwa Setiap 1 GB data internet menghasilkan rata-rata 3–7 gram CO₂? 





Ternyata di era disrupsi teknologi melestarikan lingkungan menjadi tantangan tersendiri. Karena sampah digital (e-waste) menjadi pekerjaan yang juga perlu diselesaikan. Tidak hanya sampah-sampah fisik teknologi, tetapi juga sampah-sampah digital yang menumpuk di teknologi “awan”. Kenyataannya saat ini, krisis iklim dan ekologi semakin parah, teknologi yang berkembang pesat seringkali tidak digunakan dengan bijak, maka dibutuhkan pendekatan spiritual, etika, dan moral.


Banyak hal yang masih terbuka untuk didiskusikan tentang ekologi, teologi, dan teknologi ini. Pesan moralnya bahwa “ketika teknologi membuat kita lupa pada langit dan bumi, ekoteologi adalah panggilan iman yang memanggil kita kembali menjaga alam”. Sekian sedikit sharing hari ini, next session kita bahas hasil-hasil risetnya yaaa. Selamat menjaga bumi guys! 

Dian Sa'adillah Maylawati, Ketua Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.


×
Berita Terbaru Update