KELAS MENULIS -- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta dan The Imam Bukhari International Scientific Research Center Uzbekistan berkolaborasi menggelar International Colloquium on Islamic Scholarship (ICOIS) 2025 bertajuk “From Mā Warā’a al-Nahr to the Southeast Asia Archipelago: Islamic Scholarship and Intellectual Connections”.
Pagelaran kolaboratif ini berlangsung selama dua hari, Kamis-Jum’at, 3-4 Juli 2025, bertempat di Aula Harun Nasution dan diisi dengan berbagai agenda termasuk kolokium yang diikuti oleh para akademisi yang berhasil melewati proses seleksi abstrak yang ketat.
Hanya sekitar 15 abstrak artikel ilmiah yang diterima sebagai panelis dalam forum intelektual bergengsi ini dan diminta untuk mengirimkan versi full paper.
Dari 15 akademisi yang terjaring dalam kolokium ICOIS 2025 ini, salah satunya merupakan bagian dari civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Bersanding dengan beberapa guru besar dan doktor studi Islam terkemuka, Alif Jabal Kurdi yang saat ini berstatus sebagai Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) Dosen Asisten Ahli Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung berhasil mempresentasikan naskah penelitiannya yang berjudul “Beyond Classification: The Methodological Role of Tafsīr bi al-Maʾthūr and bi al-Raʾy in Early Medieval Transoxanian Qur'anic Commentary”.
Dalam risetnya, Alif mengkaji konsepsi tafsīr dan ta’wīl serta asosiasinya dengan tipologi tafsīr bi al-maʾtsūr dan tafsīr bi al-raʾy melalui penelaahan terhadap salah satu karya tafsir paling awal dalam sejarah intelektual Islam abad pertengahan khususnya di daerah Transoxania (Mā Warā’a al-Nahr) yaitu Taʾwīlāt Ahl al-Sunnah karya Abū Manṣūr al-Māturīdī (w. 333 H).
Kajiannya ini ditujukan untuk mengevaluasi penggunaan kedua tipologi tersebut di era modern, termasuk di Indonesia, yang mengaplikasikannya untuk mengklasifikasi kitab tafsir berdasarkan nuansa ideologis, alih-alih metodologis.
Alif ingin memperlihatkan bahwa di periode awal abad pertengahan, dengan Abū Manṣūr al-Māturīdī (w. 333 H) sebagai representasinya, diferensiasi terminologis itu justru digunakan oleh mufasir untuk mengonstruksi metodologi tafsirnya.
Acara ditutup dengan penyampaian testimoni oleh delegasi peneliti dari The Imam Bukhari International Scientific Research Center Uzbekistan, serta penyampaian rangkuman hasil penyelenggaraan ICOIS 2025 oleh Prof. Ismatu Ropi, M.A. Ph.D. selaku aktor di balik perhelatan internasional ini, sekaligus Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.