-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sunday, October 27, 2019 | 5:43:00 PM WIB Last Updated 2019-10-27T10:43:56Z
ATUH KITA TUH APA SIH YANG KURANG ?



Sejak sewaktu di SMA (pesantren) saya sudah mendengar pernyataan Muhammad Abduh itu. Begitu pula pernyataan murid beliau, Rasyid Ridha. Bahkan, para santri kerap mensitir pandangan kedua tokoh ini dalam latihan pidato.

Saya dalam empat tahun ini menggunakan tinjauan baru dalam melihat situasi. Sebelumnya, saya pakai SWOT tapi belakangan saya pake metode baru yaitu SOAR. Yang terakhir ini tidak melihat kelemahan tapi hasil pencapaian.

Juga saya mengenal dan akrab dengan Prof. Afif Muhammad sejak tahun 1990. Beliau guru saya yang membimbing skripsi saya di tahun 1996. Bahkan, beliau menjadi promotor saya dalam penyelesaian disertasi di tahun 2013. Terakhir saya mendampingi beliau dalam acara bedah buku “The End of Religion Era” karya guru saya ini.

Muhammad Abduh menyatakan “Saya tidak melihat Muslim di sini (Perancis), tapi merasakan (nilai-nilai) Islam; sebaliknya di Mesir saya melihat begitu banyak Muslim, tapi hampir tak melihat Islam”. Murid beliau, Rasyid Ridha menuturkan “Islam mundur karena meninggalkan ajarannya, sementara Barat maju karena meninggalkan ajarannya”.

Suatu saat Prof. Afif Muhammad bertutur “Barat telah pernah mengalami masa kegelapan ketika peran agama tersingkirkan oleh pengaruh sains”. Menurut Prof. Afif Muhammad, anjuran sains biasanya dituruti tapi perintah agama cenderung diabaikan.

Mungkin bermaksud untuk “menghibur” Clifford Geertz melihat bahwa wilayah timur Indonesia menyimpan mutiara terpendam seperti halnya di India yang syarat dengan nilai kearifan local. Bisa jadi kita bangga dengan pandangan pemikir kolonialis Clifford Geertz ini.

“Agnotisme telah mewabah dunia yaitu pandangan ada atau tidak adanya Tuhan tidak bisa dijelaskan. Agnotisme merupakan benih subur dalam menumbuhkan atheism”, tutur Prof. Afif Muhammad. “Itu sebab saya menulis buku era berakhirnya agama”, tegasnya.

Al-Qur’an memiliki insyarat yang tak terbantahkan di dunia sains. Terdapat sejumlah temuan di bidang sains berawal dari inspirasi Al-Qur’an. “Ide Wahyu Memandu Ilmu UIN Bandung relevan untuk dikembangkan”, papar Prof. Afif Muhammad bersemangat.

Saya mencoba menerapkan SOAR dalam lanskap SDM mumpuni menuju Indonesia maju. Kami telah menghitung berbagai capaian UIN Bandung. Pada tahun 2019-2023 mendatang kita pastikan benefit, kita perankan sprit Islam paling tidak akademisi tergerak untuk mengurus naik pangkat dan akselerasi menjadi professor. Baru pada tahun 2023-2027 kita pertimbangkan impact atau nilai (value), esensi, substansi.

Tentu pertimbangan impact dimulai sejak sekarang ini. Yaitu, merawat nilai bersama yang ditanamkan para pendiri IAIN/UIN Bandung. Lebih dari itu mengkonkritkan dalam akativitas praktis akademik sehari-hari sejalan visi, misi dan tujuan UIN Bandung.

Apa tujuan bersama kita. Nilai bersama yang mana yang hendak kita konkritkan untuk menjaga tujuan bersama itu. Selebihnya, senyumlah setiap saat.


Salam Takzim,
Wahyudin Darmalaksana
×
Berita Terbaru Update