-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Sunday, October 27, 2019 | 7:10:00 PM WIB Last Updated 2019-10-27T12:10:26Z
GLOBALISASI PUBLIKASI ILMIAH


Oleh:
Wahyudin Darmalaksana

Para akademisi di khalayak global sedang membincangkan hal yang sama yakni publikasi paper ilmiah di jurnal dengan menerapkan peninjauan sejawat. Manajemen atau pengelola jurnal menetapkan alur penerimaan paper yaitu peneliti mengirim paper ke jurnal yang selanjutnya editor jurnal menyerahkan paper tersebut ke mitra bestari (reviewer). Editor jurnal bertugas menilai kelayakan paper apakah ditolak ataukah diteruskan ke reviewer bidang keahlian untuk memberikan ulasan berdasarkan pengembangan pengetahuan. Inilah aktivitas yang sedang berlangsung di kalangan para akademisi khalayak global.

Disebut 'khalayak global' adalah sebagai penegasan untuk menunjukan potret dunia tentang aktivitas para akademisi di planet bumi sekarang ini. Seluruh akademisi dunia ditekan untuk menunaikan publikasi paper penelitian di jurnal ilmiah. Tak terkecuali di Indonesia tampak para akademisi menerima tekanan hebat untuk publikasi ilmiah. Alhasil Indonesia menempati urutan kedua setelah Malaysia dalam peringkat publikasi ilmiah reputasi global index Scopus di tingkat Asean pada 2019. Bahkan, Indonesia berpotensi mengalahkan Malaysia. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa fakta tersebut menunjukan kesamaan orientasi dalam aktivitas para akademisi khalayak global.

Globalisasi publikasi ilmiah tengah berlangsung di kalangan para akademisi warga kampung dunia di planet bumi. Keberlangsungan ini dapat ditemukan di perbincangan para akademisi yang memenuhi keseharian di berbagai platform media sosial seperti Tweeter. Tampak para akademisi dari berbagai penjuru dunia membincangkan sejumlah tantangan publikasi ilmiah secara tak berkesudahan. Berbagai platform media sosial semisal Tweeter berperan mengubungkan para akademisi khalayak global untuk saling berkomunikasi, berjejaring, berteman, dan berkerumun membicarakan isu-isu terkini yang paling aktual. Di situ tergabung akademisi dari berbagai jenjang seperti mahasiswa, magister, doktor, dan profesor. Tentu saja latar belakang bidang keilmuan mereka beragam dari berbagai disiplin ilmu. Aktivitas para akademisi terlihat sibuk menekuni fokus bidang penelitian, bertukar metode, dan saling berkolaborasi untuk menghasilkan temuan baru, inovasi, dan pengembangan dalam mengatasi problem yang dihadapi komunitas dunia. Seluruh aktivitas penelitian para akademisi ini dituntut untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah. Dalam hal ini, publikasi ilmiah menjadi bukti bahwa para akademisi sedang mengerjakan sesuatu. Atas tuntutan yang dihadapi para akademisi di seluruh bagian negara dunia tersebut tewujudlah globalisasi publikasi ilmiah.

Terasa sekali bahwa globalisasi publikasi ilmiah telah menghujam seluruh kampus di tanah air. Seluruh akademisi di Indonesia harus melakukan publikasi ilmiah. Ini menjadi tekanan yang hebat. Mau tidak mau, suka tidak suka, para akademisi harus berlatih menulis paper ilmiah. Kampus harus melakukan pelatihan-pelatihan efektif. Mendorong akademisi melaksanakan publikasi ilmiah menjadi keharusan. Akademisi harus diungkit untuk produktif publikasi ilmiah. Penelitian harus ditingkatkan, kolaborasi harus diupayakan, konferensi internasional harus digalakan, dan publikasi di jurnal ilmiah harus menjadi kemestian. Setiap akademisi harus dituntun bisa menulis paper untuk peningkatan publikasi ilmiah. Kampus akan dilihat dari produktifitasnya dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Kampus di tanah air tidak bisa terlepas dari orientasi kalangan akademisi khalayak global dalam memajukan publikasi ilmiah.

Apakah kita akan menjadi bagian dari khalayak global khususnya para akademisi dalam orientasi publikasi ilmiah? Ternyata para akademisi tidak bisa terlepas dari arahan global. Hidup di kampung global sekarang ini para akademisi harus memastikan produktif penelitian dan publikasi paper di jurnal ilmiah dengan mekanisme peninjauan sejawat bidang keahlian.


Penulis
Kepala Puslitpen LP2M UIN SGD Bandung
×
Berita Terbaru Update