Jejak pendapat tentang Rumah Moderasi Beragama di Forum Riset dan Inovasi.
Deden Effendi, Ketua
Konsorsium WMI
Selamat dan sukses.
Hari ini, UIN Sunan Gunung Djati meresmikan "Rumah Moderasi
Beragama". Rumah hanya merupakan sebuah symbol, tetapi di balik simbol
terkandung norm (kesepakatan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan),
value (kesepakatan tentang apa yang baik dan buruk), dan belief (kesepakatan
tentang apa yang benar dan salah) dalam beragama.
Rumah ini, sesuai
namanya, diharapkan akan menjadi naungan bagi muslim yang moderat, tidak
besikap dan bertindak ekstrim. Cita-cita ini telah menjadi bagian integral dari
ajaran Islam, khair al-umur awsathuha, wasathiyah, tawazun. dan lain-lain.
Diajarkan terus menerus di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Secara khusus, istilah
"Islam Moderat" mengingatkanku pada tokoh Muslim di Jawa Barat, K. H.
Irfan Hielmy. Bahkan, beliau menyandingkan dengan dua istilah lain, "Islam
Demokrat" dan "Islam Diplomat". Konsep ini dikemukakan dalam
sebuah Saresehan Ulama Jawa Barat yang diselenggarakan IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung pada tahun 1980-an.
Drs. Muhammad Muttaqin,
M.Pd., Sekretaris SPI
1980-an menanam. Kini saatnya menebar manfaat. Apa yang telah dirintis pendahulu kita semoga menjadi warisan abadi dan berkah untuk semua.
Iu Rusliana, LPM UIN
Bandung
Istilah Rumah Moderasi
Beragama memberikan gambaran betapa visionernya gagasan itu, karena rumah
hakikatnya tempat proses pendidikan dimulai, tempat pembentukan karakter,
tempat belajar tentang hidup sejatinya.
Anggita Rahmi Hafsari,
Pusat Karir
Semoga Rumah Moderasi
yang bertujuan untuk mencetak Sarjana Ulama Zaman Now yang hafidz, menguasai
teknologi, memahami Al-Qur’an, serta berwawasan moderat dan cinta NKRI bisa
terlaksana dengan baik dan lancar. Aamin.