CARA MENULIS LATARBELAKANG MASALAH
Bagaimana menulis latarbelakang masalah dalam penulisan skripsi? Penulis
skripsi akan berpijak kepada panduan dalam penulisan latarbelakang masalah, dan
mereka akan melihat skripsi-skripsi terdahulu sebagai acuan. Meskipun terdapat panduan
dan acuan, namun belum tentu secara otomatis penulis skripsi dapat menuliskan
latarbelakang masalah dengan lancar. Tulisan ini bertujuan memaparkan bagaimana
cara menulis latarbelakang masalah skripsi. Manfaat tulisan ini untuk
memperkaya panduan yang telah banyak beredar, dan secara khusus diarahkan sebagai
acuan teknis bimbingan skripsi bagi mahasiswa yang tengah menyusun proposal
penelitian skripsi.
Penulisan latarbelakang masalah mensyaratkan peneliti mesti
mempunyai masalah terlebih dahulu. Secara ekstrim, masalah adalah sesuatu yang
tidak berada di tempat yang semestinya, sehingga hal tersebut perlu
diselesaikan. Juga termasuk masalah bila dijumpai inkonsistensi pandangan tokoh
pemikir. Terutama bila dijumpai terdapat perbedaan pendapat secara bertabrakan di
kalangan cendekiawan untuk disintesiskan oleh peneliti. Namun demikian, ada
kalanya masalah tidak tampak sebagai suatu masalah, hal ini pun tetap disebut
masalah. Misalnya, ada suatu pandangan yang masih kabur yang bila tidak
dijelaskan dapat menimbulkan kesalahan pemaknaan, sehingga dibutuhkan
penelitian secara komprehensif, mendalam dan integral. Tulisan ini cenderung
ingin memaparkan masalah yang tampak seakan-akan bukan sebagai masalah bila
dilihat secara ekstrim.
Sesuatu yang tampak jelas sebagai suatu masalah tidak menjadi perhatian
utama dalam tulisan ini. Misalnya, mobil mogok di tengah jalan sehingga mesti
diderek ke pinggir jalan. Ini jelas masalah karena mobil mogok di tengah jalan
dapat mengganggu lalu-lintas dan menimbulkan kemacetan. Apakah mobil mogok di
garasi merupakan suatu masalah? Ini pun tetap masalah meskipun bukan masalah
yang mendesak untuk diselesaikan. Di sini, akan dikemukakan masalah yang tampak
seakan bukan masalah. Contoh, “inti iman dalam ziarah kubur”. Di situ tidak
terlihat masalah tetapi kita coba hal itu menjadi fokus penelitian. Bisa jadi
memang “inti iman dalam ziarah kubur” bukanlah suatu masalah, melainkan suatu
fokus penelitian. Dalam hal ini, tulisan ini berusaha menggeser istilah “masalah
penelitian” menjadi istilah “fokus penelitian”. Dengan demikian, secara ekstrim
masalah penelitian dapat diganti dengan fokus penelitian.
Jika ada pertanyaan “apa masalah penelitian Anda”, maka artinya
sama dengan pertanyaan “apa fokus penelitian Anda”. Setelah memiliki fokus
penelitian baru peneliti menyusun latarbelakang. Misalnya, fokus penelitian “inti
iman dalam ziarah kubur”. Peneliti dapat memulai menulis latarbelakang dari
gambaran umum menuju ke penjelasan khusus. Tuliskan, iman merupakan tonggak
utama dalam agama. Inti iman ialah keterhubungan teologis antara hamba dengan
Tuhan. Bagaimana inti iman dalam ziarah kubur? Dijumpai terdapat hadis tentang kebolehan ziarah kubur. Hadis ini berkualitas sahih. Hadis tersebut
menujukan bahwa ziarah kubur bukanlah untuk meminta keramat, melainkan untuk
medoakan orang yang telah meninggal. Dengan demikian, ziarah kubur tidak berdampak
tertanggalkannya inti iman seorang hamba. Dari paparan tersebut tampak peneliti
telah memiliki fokus penelitian, yaitu “nilai inti iman dalam ziarah kubur
terpatri dalam diri seorang hamba yang menurut penjelasan hadis bertujuan untuk
mendoakan yang telah meninggal”. Tuliskan, peneliti bermaksud melaksanakan
penelitian dengan judul: “Iman dalam Ziarah Kubur Perspektif Hadis”.
Latarbelakang masalah untuk judul di atas tidak perlu memaparkan
fenomena maraknya ziarah kubur karena penelitian yang akan dilaksanakan bukan
merupakan studi lapangan melainkan studi pustaka. Secara operasional, studi
pustaka dijalankan dengan cara melakukan pengambilan data dari sumber
kepustakaan, baik primer maupun sekunder. Adapun studi lapangan dilaksanakan
untuk pengambilan data dari lapangan melalui penglihatan, dokumentasi, dan
wawancara. Penelitian dengan judul di atas merupakan jenis penelitian
kualitatif yang dibedakan secara tegas dengan jenis penelitian kuantitatif.
Memang jenis penelitian kualitatif dapat diambil dua metode, yaitu studi pustaka
dan sekaligus studi lapangan. Namun, contoh judul di atas spesifik merupakan
jenis penelitian kualitatif dengan metode kepustakaan yang mensyaratkan
pengambilan data melalui studi pustaka. Adapun analisis data untuk judul
tersebut dapat digunakan pendekatan “syarah hadis”.
Jelaslah dalam menyusun latarbelakang masalah perlu terlebih
dahulu peneliti mempunyai fokus penelitian. Ibarat titik tembak, fokus
penelitian adalah lingkar dalam. Adapun latarbelakang ialah lingkar luar.
Peneliti dapat memulai memaparkan latarbelakang dari lingkar luar mengalir menuju
lingkar dalam. Sebaliknya, bahya bila menulis latarbelakang tidak memiliki
fokus. Dia bisa mengalir ke mana-mana tanpa arah. Tentu saja jenis penelitian
kualitatif lebih ideal mengambil dua langkah metode, yaitu studi pustaka dan
sekaligus studi lapangan. Namun, penelitian mesti menyelesaikan fokus
satu-persatu. Dan fokus terhadap studi pustaka sekalipun telah dinyatakan sah
untuk pelaksanaan penelitian skripsi. Hindari mencampurkan informasi pustaka
dan informasi lapangan dalam latarbelakang padahal penelitian yang akan
dilaksanakan merupakan fokus penelitian kepustakaan. Fokus studi pustaka
menjelaskan data kepustakaan, dan fokus studi lapangan menjelaskan fenomena, fakta,
dan realitas. Sehingga perlu ditegaskan sekali lagi bahwa fokus studi pustaka
tidak perlu menjelaskan fenomena, fakta, dan realitas.
Bahasa lain lingkar luar dapat disebut topik, sedangkan
lingkar dalam bisa disebut tema. Topik adalah inti utama dari seluruh isi
tulisan. Adapun tema ialah gagasan pokok sebuah tulisan. Perbedaannya topik
masih mengandung hal umum, sementara tema lebih spesifik dan lebih terarah. Jika
diandaikan sebuah rumah, tema adalah atapnya. Mulailah membuat latarbelakang
dari sebuah topik yang menjadi lingkar luar mengalir menuju tema yang merupakan
lingkar dalam. Dengan kata lain, lingkar dalam adalah sasaran atau titik
tembak atau fokus penelitian. Sebuah latarbelakang dapat dilihat apakah berputar-putar
di lingkaran luar ataukah mengerucut masuk ke fokus penelitian. Terakhir, hindari
latarbelakang yang “ngak nembak”.
Bandung, 02 Desember 2019
Yudi Wahyudin Darmalaksana
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung