-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Tantangan Fakultas Teologi di Era Transnasional Abad 21

Wednesday, December 11, 2019 | 11:25:00 AM WIB Last Updated 2019-12-11T04:40:26Z
Transnasional dalam pendidikan tinggi adalah upaya mendorong sisi tradisional menjadi berubah ke dalam wawasan global. Ini tidak bisa dibendung.

Fakultas teologi mempunyai tantangan yang lebih besar mengingat perannya untuk merawat keaslian. Ini berpotensi tergerus di era transnasional. Di pihak lain perubahan mesti dilakukan.

Di sini, terdapat beberapa arahan:
1.  Perubahan mendalam yang diperlukan di dunia kita tidak dapat terjadi tanpa reformasi diri dari lembaga-lembaga besar. Reformasi semacam itu membutuhkan refleksi yang dalam dan keluasan partisipasi yang sulit, tetapi bukan tidak mungkin, untuk diamankan (John B. Cobb, 1990).

2.  Diperlukan belajar dan mengajar bagaimana berpikir secara teologis dalam konteks social. Bukan cenderung hanya studi budaya dan tuntutan etis saja dari fakultas teologi. Melainkan bagaimana menyiapkan teologi sebagai subjek yang tidak pernah kekurangan dimensi budaya dan tuntutan etis. Dan kami yakin ini adalah jenis teologi yang paling dibutuhkan dunia kita (Luke Timothy Johnson, R.W. Woodruff, 2015).

3.  Diperlukan perspektif teoretis dan metodologis bergantung pada kategori cakrawala, totalitas, dan kondisionalisme, dengan orientasi paripatetik yang blak-blakan, secara relative mendalam namun sekaligus menghargai beragam ekspresi keagamaan (J.S. Krüger, 2016).

4.  Agar tetap relevan untuk beberapa ratus tahun ke depan, fakultas teologi harus terlibat secara kontekstual dengan masyarakat, mempraktikkan Teologi interdisipliner, terlibat dalam dialog antar-agama sementara masih tetap terhubung dengan komunitas agama. Paradigma post-fondasionalisme memungkinkan teologi untuk menerapkan teologi dengan cara yang relevan dan bermakna (Jaco Beyers, 2016).

5.  Abad berikutnya akan ditandai dengan percepatan perubahan. Pendidikan teologi mungkin mati atau terpinggirkan. Namun, iman akan selalu relevan bagi dunia yang membutuhkan ketuhanan. Para pendidik teologis yang bijak dalam membedakan antara bentuk dan esensi akan menentukan wujud pendidikan teologis di masa depan. Sekolah yang berpegang teguh pada iman tetapi memberi semangat eksperimen dan inovasi yang relevan dengan konteks mereka adalah para pemimpin di Pendidikan teologis abad ke-21 (Lee C. Wanak, 2016).

6.  Upaya ilmiah para penganut agama di ruang publik untuk menyelidiki realitas multi-dimensi dengan cara yang penting (Johan Buitendag, 2019).


Demikian, bahan diskusi untuk perubahan.

Wahyudin Darmalaksana, Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung




×
Berita Terbaru Update