-->

Notification

×

Iklan

Iklan

DOSEN UIN BANDUNG MENGIKUTI PELATIHAN INSTRUKTUR NASIONAL MODERASI BERAGAMA

Saturday, January 4, 2020 | 5:25:00 PM WIB Last Updated 2020-01-05T03:36:49Z

DOSEN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

MENGIKUTI PELATIHAN INSTRUKTUR NASIONAL MODERASI BERAGAMA





Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN-MB), di Jakarta, Jum’at 27 - Selasa 31 Desember 2019. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Dr. Imam Syafi’i, M.Pd di Gedung H.M. Rasyidi Kementerian Agama jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat. Kegiatan ini diikuti oleh 58 dosen muda Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dari seluruh Indonesia. UIN Bandung sendiri diwakili oleh Dr. Aceng Abdul Kodir, MA.Hum dari fakultas Ushuluddin dan Agung Purnama, M.Hum dosen fakultas Adab dan Humaniora.

Dalam sambutannya, sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Dr. Imam Syafi’i, menyebutkan bahwa moderasi beragama merupakan tantangan masyarakat muslim Indonesia dalam konteks kekinian. Kasubdit Sarana dan Prasarana, Rohman Basori menyebutkan, masyarakat muslim Indonesia terpolarisasi kepada tiga bagian, pertama, sebagian masyarakat muslim yang mengkampanyekan truth claim beragama, dan pada saat yang sama menafikan keberagamaan muslim lainnya, kedua, sebagian kelompok Islam transnasional, mereka memiliki cita-cita pan Islamisme, mereka menafikan konsep Negara bangsa (nation state), ketiga, silent majority, yaitu  muslim mayoritas yang, jika dibandingkan dua sebelumnya, memilih sikap diam. Moderasi beragama harus diarusutamakan oleh silent majority ini agar Negara bangsa Indonesia tidak digerogoti oleh pihak-pihak yang tidak memiliki keberpihakan dan rasa cinta terhadap negaranya, pungkasnya.

Didasari oleh oleh keprihatinan itu, materi Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Bergama itu berkisar pada tiga hal, pertama, kebijakan Negara dalam moderasi beragama, kedua, potret kekinian kehidupan keberagamaan di Indonesia, ketiga, cara-cara menangkal radikalisme dan ektrimisme yang muncul di Inodnesia. Misalnya, Dr. Rumadi Ahamad, M.Ag dan Dr. Marzuki Wahid, M.Ag menyampaikan materi Analisis Sosial Implementasi Moderasi: Konsp Kontra-radikalisasi dalam Masyarakat Multikultur; Dr. Ahmad Suaedi, MA ketua Ombudsman Republik Indonesia dan peneliti senior Wahid Institut menyampaikan materi tentang Resolusi Konflik Sosial Keagamaan; Intelektual NU Ulil Abshar Abdalla menyampaikan materi Beragama di Era Industri 4.0 dan lain sebagainya.

Pada hari keempat, pesertaPIN-NB melakukan kunjungan ke Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, untuk menggali best practice moderasi beragama yang telah diterapkan oleh ormas terbesar di Indonesia tersebut. PP Muhammadiyah menegaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai harga mati. Muhammadiyah merupakan salah satu perumus NKRI, mustahil mencederai Negara ini. PBNU, sebagaimana disampaikan oleh K.H Mujib Qolyubi sejak awal perumus Negara bangsa ini. Sebagaimana Muhammadiyah adalah mustahil mencederasi Negara bangsa ini, oleh karena itu Islam transnasional tidak tepat tumbuh dan besar di Indonesia. Menurutnya, agar menjadi warga Negara yang baik, penduduk Indonesia harus mengkampanyekan persaudaraan (ukhuwah) sesame manusia, ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah wathoniyah (kebangsaan).

Di antara Rencana Tindak Lanjut (RTL) kegiatan ini dibuatnya asosiasi alumni PIN-NB, disepakati nama Asosiasi Penggerak Moderasi Beragama Indonesia (Aspirasi), diketuai oleh Dr. Robi Sugara, MA dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Struktur regional dan lain sebagainya masih dalam tahap pengkajian untuk selanjutnya menunggu Dirjen Pendis memberikan Surat Keptusan (SK) bersifat nasional. Alumni PIN-MB ini selanjutnya harus menggerakan moderasi beragama di kampusnya masing-masing dan masyarajat secara umum, wabil khusus, Rumah Moderasi yang yang di kampusnya masing-masing sebagai basis kegiatannya.

(Kodir)

×
Berita Terbaru Update