DOSEN UIN SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
MENGIKUTI PELATIHAN INSTRUKTUR
NASIONAL MODERASI BERAGAMA
Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama Republik Indonesia
mengadakan Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN-MB), di
Jakarta, Jum’at 27 - Selasa 31 Desember 2019. Kegiatan ini secara resmi dibuka
oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Dr. Imam Syafi’i, M.Pd di
Gedung H.M. Rasyidi Kementerian Agama jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat. Kegiatan
ini diikuti oleh 58 dosen muda Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dari seluruh
Indonesia. UIN Bandung sendiri diwakili oleh Dr. Aceng Abdul Kodir, MA.Hum dari
fakultas Ushuluddin dan Agung Purnama, M.Hum dosen fakultas Adab dan Humaniora.
Dalam sambutannya,
sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Dr. Imam Syafi’i, menyebutkan
bahwa moderasi beragama merupakan tantangan masyarakat muslim Indonesia dalam
konteks kekinian. Kasubdit Sarana dan Prasarana, Rohman Basori menyebutkan,
masyarakat muslim Indonesia terpolarisasi kepada tiga bagian, pertama,
sebagian masyarakat muslim yang mengkampanyekan truth claim beragama,
dan pada saat yang sama menafikan keberagamaan muslim lainnya, kedua,
sebagian kelompok Islam transnasional, mereka memiliki cita-cita pan Islamisme,
mereka menafikan konsep Negara bangsa (nation state), ketiga, silent
majority, yaitu muslim mayoritas
yang, jika dibandingkan dua sebelumnya, memilih sikap diam. Moderasi beragama
harus diarusutamakan oleh silent majority ini agar Negara bangsa
Indonesia tidak digerogoti oleh pihak-pihak yang tidak memiliki keberpihakan
dan rasa cinta terhadap negaranya, pungkasnya.
Didasari oleh
oleh keprihatinan itu, materi Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Bergama
itu berkisar pada tiga hal, pertama, kebijakan Negara dalam moderasi
beragama, kedua, potret kekinian kehidupan keberagamaan di Indonesia,
ketiga, cara-cara menangkal radikalisme dan ektrimisme yang muncul di
Inodnesia. Misalnya, Dr. Rumadi Ahamad, M.Ag dan Dr. Marzuki Wahid, M.Ag
menyampaikan materi Analisis Sosial Implementasi Moderasi: Konsp
Kontra-radikalisasi dalam Masyarakat Multikultur; Dr. Ahmad Suaedi, MA ketua
Ombudsman Republik Indonesia dan peneliti senior Wahid Institut menyampaikan
materi tentang Resolusi Konflik Sosial Keagamaan; Intelektual NU Ulil Abshar
Abdalla menyampaikan materi Beragama di Era Industri 4.0 dan lain sebagainya.
Pada hari
keempat, pesertaPIN-NB melakukan kunjungan ke Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah
dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, untuk menggali best practice
moderasi beragama yang telah diterapkan oleh ormas terbesar di Indonesia
tersebut. PP Muhammadiyah menegaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sebagai harga mati. Muhammadiyah merupakan salah satu perumus NKRI, mustahil
mencederai Negara ini. PBNU, sebagaimana disampaikan oleh K.H Mujib Qolyubi
sejak awal perumus Negara bangsa ini. Sebagaimana Muhammadiyah adalah mustahil
mencederasi Negara bangsa ini, oleh karena itu Islam transnasional tidak tepat
tumbuh dan besar di Indonesia. Menurutnya, agar menjadi warga Negara yang baik,
penduduk Indonesia harus mengkampanyekan persaudaraan (ukhuwah) sesame manusia,
ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah wathoniyah (kebangsaan).
Di antara
Rencana Tindak Lanjut (RTL) kegiatan ini dibuatnya asosiasi alumni PIN-NB,
disepakati nama Asosiasi Penggerak Moderasi Beragama Indonesia (Aspirasi),
diketuai oleh Dr. Robi Sugara, MA dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Struktur regional dan lain sebagainya masih dalam tahap pengkajian untuk
selanjutnya menunggu Dirjen Pendis memberikan Surat Keptusan (SK) bersifat
nasional. Alumni PIN-MB ini selanjutnya harus menggerakan moderasi beragama di
kampusnya masing-masing dan masyarajat secara umum, wabil khusus, Rumah
Moderasi yang yang di kampusnya masing-masing sebagai basis kegiatannya.
(Kodir)