Pendidikan
tinggi adalah ekosistem terdepan untuk kontribusi skill. Ini menjadi perhatian
serius Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati
Bandung.
Jika materi
pembelajaran dibagi dua besaran, yakni materi dasar dan materi terapan, maka Fakultas
Ushuluddin bertugas merawat materi dasar Islam, seperti Filsafat, Teologi, dan
Tasawuf. Materi dasar bersifat konseptual teoritis.
Materi dasar
berfungsi untuk pondasi pembangunan karena bangunan tanpa pondasi yang kuat
rentan roboh. Namun demikian materi dasar memiliki aspek terpan pula. Sumber
Daya Manusia (SDM) pembelajar materi dasar dapat direntang pada aspek terapan
menurut indikator Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Aspek
terapan materi dasar antara lain Filsafat Sosial, Teologi Design Thinking,
dan Tasawuf Praktis. Materi ini memiliki implikasi terhadap sikap (50%), skill
(40), dan pengetahuan (10%). Bobot pengetahuan diperkecil dan bobot skill
diperbesar tetapi bobot sikap lebih besar lagi.
Secara
ekstrim, abad 21 tidak butuh pengetahuan. Abad ini lebih besar membutuhkan
sikap dan skill dibanding pengetahuan. Sebab, pengetahuan telah melimpah serta
mudah diakses. Abad 21 berparadigma knowledge based economy asset. SDM pendidikan
tinggi menjadi asset dari aspek sikap, pengetahuan, dan skill.
Penguatan
skill SDM lulusan pendidikan tinggi dilakukan melalui kursus, pelatihan, dan
terjun langsung di “laut terbuka” dengan mekanisme magang. Ini dapat terlaksana
dengan kerjasama strategis, kemitraan, dan kolaborasi.
Kerjasama
strategis direntang untuk perumusan kurikulum adaptif, pengembangan metode
pembelajaran efektif, dan menyiapkan SDM lulusan dengan kapasitas skill tanpa
batas. Ini urgensi kerjasama, kemitraan, dan kolaborasi.
Menyedikitkan
teori dan memperbanyak skill tidak bisa diabaikan. Ini harus dicoba secara
berani di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Bandung, 13
Februari 2020
Wahyudin Darmalaksana, Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung