Bagian
ini menyampaikan contoh-contoh rumusan masalah penelitian. Perlu ditegaskan di
sini bahwa rumusan masalah bukanlah deretan pertanyaan penelitian, melainkan 1)
penyataan dan 2) uraian pernyataan dalam bentuk rincian pertanyaan penelitian. Baru
kemudian disusul kalimat tujuan penelitian.
Contoh
rumusan masalah penelitian mengambil bidang hadis. Adapun contoh-contoh rumusan
masalah dan kemudian tujuan penelitian di bawah ini:
Ta’rif hadis terdiri
atas istilah sunnah, hadis, khabar, dan atsar.
1. Bagaimana ta’rif
hadis?
2. Bagaimana istilah
sunnah, hadis, khabar, dan atsar?
3. Bagaimana
perbedaan dan persamaan istilah antara sunnah dan hadis?
Penelitian
ini bertujuan menjelaskan perbedaan dan persamaan antara sunnah dan hadis.
Dalalah hadis terdapat
dalam kategori kitab musnad dan mushanaf.
1. Bagaimana ta’rif
dalalah hadis?
2. Bagaimana kategori
kitab musnad dan mushanaf?
3. Bagaimana dalalah
hadis dalam kategori kitab musnad dan mushanaf?
Penelitian
ini bertujuan menjelaskan dalalah hadis dalam kategori kitab musnad
dan mushanaf.
Arkan
hadis
terdiri atas klasifikasi rawi, sanad, dan matan.
1. Bagaimana ta’rif
rawi, sanad, dan matan?
2. Bagaimana rawi,
sanad, dan matan sebagai arkan hadis?
3. Bagaimana arkan
hadis dalam kasifikasi rawi, sanad, dan matan?
Penelitian
ini bertujuan membahas arkan hadis dalam klasifikasi rawi, sanad,
dan matan.
Perbendaharaan
hadis qudsi secara esensi dari Allah SWT. sedangkan secara lafadz dari
Nabi Saw.
1. Bagaimana esensi
hadis qudsi?
2. Bagaimana hadis qudsi
yang secara esensi dari Allah SWT. sedangkan secara lafadz dari Nabi
Saw.?
3. Bagaimana perbendaharaan
hadis qudsi yang secara esensi dari Allah SWT. sedangkan secara lafadz
dari Nabi Saw.
Penelitian
ini bertujuan membahas perbendaharaan hadis qudsi yang secara esensi
dari Allah SWT. sedangkan secara lafadz dari Nabi Saw.
Pembagian
hadis menurut jumlah rawi terdiri atas kualifikasi mutawatir dan ahad.
1. Bagaimana pembagian
hadis menurut jumlah rawi?
2. Bagaimana kualifikasi
mutawatir dan ahad?
3. Bagaimana pembagian
hadis menurut jumlah rawi dalam kualifikasi mutawatir dan ahad?
Penelitian
ini bertujuan menjelaskan pembagian hadis menurut jumlah rawi dalam
kualifikasi mutawatir dan ahad.
Kategori
hadis ahad meliputi kualifikasi masyhur, aziz, dan gharib.
1. Bagaimana
kategori hadis ahad?
2. Bagaimana kualifikasi
masyhur, aziz, dan gharib?
3. Bagaimana kategori
hadis ahad yang meliputi kualifikasi masyhur, aziz, dan gharib?
Penelitian
ini bertujuan membahas kategori hadis ahad yang meliputi kualifikasi masyhur,
aziz, dan gharib.
Persambungan
sanad meliputi kualifikasi muttasil dan munfasil.
1. Bagaimana
persambungan sanad?
2. Bagaimana
kualifikasi muttasil dan munfasil?
3. Bagaimana
persambungan sanad hadis yang meliputi kualifikasi muttasil dan munfasil?
Penelitian
ini bertujuan membahas persambungan sanad hadis yang meliputi kualifikasi
muttasil dan munfasil.
Sanad
munfasil terdiri atas klasifikasi mu’alaq, mu’dhal, munqathi,
mursal, dan mudalas.
1. Bagaimana sanad munfasil?
2. Bagaimana klasifikasi
mu’alaq, mu’dhal, munqathi, mursal, dan mudalas.
3. Bagaimana sanad
hadis munfasil yang terdiri atas klasifikasi mu’alaq, mu’dhal,
munqathi, mursal, dan mudalas?
Penelitian
ini bertujuan membahas sanad hadis munfasil yang terdiri atas
klasifikasi mu’alaq, mu’dhal, munqathi, mursal, dan
mudalas.
Keadaan
sanad hadis meliputi kualifikasi mu’an’an, mu’annan, ali,
nazil, musalsal, dan mudabaj.
1. Bagaimana
keadaan sanad hadis?
2. Bagaimana
kualifikasi mu’an’an, mu’annan, ali, nazil, musalsal, dan mudabaj?
3. Bagaimana
keadaan sanad hadis yang meliputi mu’an’an, mu’annan, ali,
nazil, musalsal, dan mudabaj?
Penelitian
ini bertujuan membahas keadaan sanad hadis yang meliputi mu’an’an,
mu’annan, ali, nazil, musalsal, dan mudabaj.
Kualifikasi
bentuk matan hadis mencakup klasifikasi qauli, fi’li, taqriri,
dan hammi.
1. Bagaimana bentuk
matan hadis?
2. Bagaimana klasifikasi
qauli, fi’li, taqriri, dan hammi?
3. Bagaimana kualifikasi
bentuk matan hadis yang mencakup klasifikasi qauli, fi’li, taqriri,
dan hammi?
Penelitian
ini bertujuan mengkualifikasi bentuk matan hadis yang mencakup klasifikasi
qauli, fi’li, taqriri, dan hammi.
Kualifikasi
hadis dari segi idhafah matan terdiri atas marfu, mauquf,
dan maqthu.
1. Bagaimana idhafah
matan hadis?
2. Bagaimana marfu,
mauquf, dan maqthu sebagai idhafah matan hadis?
3. Bagaimana kualifikasi
hadis dari segi idhafah matan yang terdiri atas marfu, mauquf,
dan maqthu?
Penelitian
ini bertujuan menjelaskan kualifikasi hadis dari segi idhafah matan yang
terdiri atas marfu, mauquf, dan maqthu.
Tashih hadis meliputi klasifikasi
maqbul dan mardud.
1. Bagaimana tashih
hadis?
2. Bagaimana klasifikasi
maqbul dan mardud?
3. Bagaimana tashih
hadis yang meliputi klasifikasi maqbul dan mardud?
Penelitian
ini bertujuan membahas tashih hadis yang meliputi klasifikasi maqbul
dan mardud.
Kualifikasi
mardud meliputi hadis dhaif.
1. Bagaimana esensi
mardud?
2. Bagaimana
kualifikasi mardud?
3. Bagaimana kualifikasi
mardud yang mencakup hadis dhaif?
Penelitian
ini bertujuan membahas kualifikasi mardud yang mencakup hadis dhaif.
Rawi tidak adil atau
tidak dhabit menyebabkan timbulnya ragam hadis dhaif.
1. Bagaimana keadilan
dan kedhabitan rawi?
2. Bagaimana sebab
timbulnya hadis dhaif?
3. Bagaimana ragam
hadis dhaif yang ditimbulkan oleh sebab rawi tidak adil atau
tidak dhabit?
Penelitian
ini bertujuan membahas ragam hadis dhaif yang ditimbulkan oleh
sebab rawi tidak adil atau tidak dhabit.
Hadis
dhaif naik derajatnya menjadi hasan li ghairihi melalui syahid
dan muttabi.
1. Bagimana hadis dhaif
dalam ilmu hadis?
2. Bagimana syahid
dan muttabi dalam menaikan derajat hadis?
3. Bagaimana hadis dhaif
naik derajatnya menjadi hasan li ghairihi melalui syahid dan muttabi?
Penelitian
ini bertujuan menjelaskan naiknya derajat hadis dhaif menjadi hasan
li ghairihi melalui syahid dan muttabi.
I’tibar
hadis
dilakukan melalui qarinah kitab diwan, kitab syarah, dan
kitab fan.
1. Bagaimana i’tibar
hadis?
2. Bagaimana i’tibar
hadis melalui qarinah?
3. Bagaimana
pelaksanaan i’tibar hadis melalui qarinah kitab diwan, kitab
syarah, dan kitab fan?
Penelitian
ini bertujuan membahas pelaksanaan i’tibar hadis melalui qarinah kitab
diwan, kitab syarah, dan kitab fan?
Tatbiq hadis maqbul
meliputi ma’mul bih dan gair ma’mul bih.
1. Bagaimana tatbiq
hadis?
2. Bagaimana tatbiq
hadis maqbul?
3. Bagaimana tatbiq
hadis maqbul ma’mul bih dan gair ma’mul bih?
Penelitian
ini bertujuan membahas tatbiq hadis maqbul ma’mul bih dan gair
ma’mul bih.
Fungsi
hadis terhadap Al-Qur’an sebagai bayan.
1. Bagaimana fungsi
hadis?
2. Bagaimana fungsi
hadis terhadap Al-Qur’an?
3. Bagaimana fungsi
hadis terhadap Al-Qur’an sebagai bayan?
Penelitian
ini bertujuan membahas fungsi hadis terhadap Al-Qur’an sebagai bayan.
Metode
tahrij hadis mencakup naqd rawi, sanad, dan matan.
1. Bagaimana metode
tahrij hadis?
2. Bagaimana naqd
rawi, sanad, dan matan?
3. Bagaimana metode
tahrij hadis yang mencakup naqd rawi, sanad, dan matan?
Penelitian
ini bertujuan membahas metode tahrij hadis yang mencakup naqd rawi,
sanad, dan matan?
Sejarah
periodesasi periwayatan terdiri atas qabla, inda, dan ba’da
tadwin.
1. Bagaimana periodesasi
periwayatan hadis?
2. Bagaimana tadwin
hadis dalam sejarah Islam?
3. Bagaiaman sejarah
periodesasi periwayatan hadis yang terdiri atas qabla, inda, dan ba’da
tadwin?
Penelitian
ini bertujuan mengetahuai sejarah periwayatan hadis yang mencakup qabla,
inda, dan ba’da tadwin.
Tahamul
ada
hadis meliputi praktik naqlun, dhabtun, dan tahrir.
1. Bagaimana tahamul
ada hadis?
2. Bagaimana praktik
naqlun, dhabtun, dan tahrir?
3. Bagaimana
analisis tahamul ada hadis yang meliputi praktik naqlun, dhabtun,
dan tahrir?
Penelitian
ini bertujuan menganalisis tahamul ada hadis meliputi praktik naqlun,
dhabtun, dan tahrir.
Bandung,
23 Maret 2020
Wahyudin
Darmalaksana, FU UIN SGD Bandung