SURAT ELEKTRONIK
Oleh: Wahyudin Darmalaksana
Bahkan sebelum pandemic. Email disepakiti sebagai surat resmi elektronik. Pelatihan sudah lazim dilaksanakan untuk akademisi. Materi latihan meliputi format surat permohonan bimbingan, rekomendasi, surat persetujuan, dan lain-lain.
Pemanfaatan email merupakan konsekuensi era di gital. Sejak penghujung abad 20, korespondensi melalui email mentradisi di pendidikan tinggi di benua Eropa. Bahkan menjadi kebijakan resmi. Melipat jarak menjadi keuntungan korespondensi email. Di antara para pihak yang berkorespondensi tidak perlu bertemu fisik.
Memang ada yang terbuang dari korespondensi email. Interaksi langsung tidak terbangun. Budaya baru yang timbul adalah Dosen membuka email tiap pagi sebelum berangkat ke kampus. Membudaya juga membuka email tiap sore sebelum pulang kerja dari kantor. Belakangan email terdapat notifikasi di handphone setelah teknologi berkembang makin pesat. Pada giliranya email yang masuk dapat dicek setiap waktu.
Kebutuhan interaksi langsung di antara komunitas keilmuan berkembang di twitter. Akun twitter digunakan oleh personal akademisi, komunitas keilmuan, dan lembaga pendidikan tinggi. Fakultas orthodox di Inggris mengarahkan pengajar untuk rajin mengunjungi twitter. Pada platform twitter dibicarakaan isu-isu baru penelitian, inovasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Terakhir berkembang platform baru WhatsApp. Para akademisi mulai memanfaatkan platform WhatsApp ini tetapi bukan koresepondensi resmi. Arab Saudi melarang mahasiswa perempuan berkomunikasi dengan dosen laki-laki melalui WhatsApp. Kedekatan hubungan emosioal Dosen dan Mahasiswa untuk kemajuan pembelajaran biasanya memanfaatkan WhatsApp.
Email adalah surat resmi elektronik di pendidikan tinggi, terlebih di era pandemic. Surat elektronik ini memfasilitasi korespondensi Dosen-Mahasiswa untuk menjamin prestasi akademik.
Bandung, 26
Juni 2020
Penulis, Akademisi
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung