HIKMAH PENGUKUHAN GURU BESAR
Wahyudin Darmalaksana
Last Updated
2020-11-26T00:47:54Z
Hikmah dari suatu peristiwa pasti melimpah. Hikmah yang dimaksud di sini
adalah nilai-nilai inti yang dapat diaktualisasikan ke dalam ruang aksiologis.
Karena melimpah maka orang bisa memilih butir-butir hikmah yang paling bermakna
dari setiap peristiwa.
Baru-baru ini telah digelar peristiwa pengukuhan Guru Besar. Tak
tanggung-tanggung dalam satu waktu 13 Guru Besar dikukuhkan. Bukan alang
kepalang peristiwa ini tercatat MURI (Museum Rekor Indonesia), tepatnya
pengukuhan Guru Besar terbanyak di lingkungan pendidikan tinggi keagamaan.
Pemecah rekor MURI ini adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung. Ini petanda ada atmosfer keilmuan yang dahsyat di kampus
ini. Salah satunya perjuangan publikasi ilmiah.
Publikasi ilmiah merupakan syarat utama menjadi Guru Besar. Syarat utama
ini bisa dibilang paling menyita waktu dan energi. Pasalnya, artikel ilmiah
mesti terpublikasi di jurnal skala internasional bereputasi global. Orang bisa
saja memiliki naskah untuk dikirim ke jurnal skala ini. Namun, penerbitan
artikel di skala global dipastikan antriannya amat panjang. Kenyataan ini belum
ditambah lagi dengan kemungkinan naskah artikel tertolak. Tegaslah bahwa pemenuhan
syarat utama ini paling menyita waktu dan tentu menguras enegi pula.
Apa hikmah pengukuhan 13 Guru Besar? Ada ungkapan begini, bila berani
menjadi dosen, maka harus berani menjadi Guru Besar. Ungkapan ini mendorong
para calon Guru Besar untuk menyiapkan naskah artikel. Publikasi artikel ilmiah
di jurnal skala internasional bereputasi global menjadi harga mati.
Berarti menyiapkan naskah artikel ilmiah menjadi langkah pertama para
calon Guru Besar. Penyiapan naskah ini berperan besar dalam mewujudkan atmosfer
akademik. Dimulai dari memilih topik utama, menyiapkan teori besar yang
memayungi topik utama tersebut, dan menetapkan teori operasional penelitian.
Terlepas apakah pemikiran ataukah observasi.
Jenis penelitian bergantung jurnal yang menjadi sasaran. Beberapa jurnal
menerima naskah artikel konseptual. Beberapa jurnal yang lain hanya memilih naskah
artikel eksperimen. Jurnal pertama mendasarkan pada jenis penelitian kualitatif.
Jurnal kedua mensyaratkan jenis penelitian kuantitatif. Ada pula jurnal yang
membuka ruang bagi jenis penelitian campuran (mixed method).
Penelitian multi-disipliner lebih terbuka ruang yang lebar di jurnal
ilmiah. Peluang ini dimungkinkan melalui kolaborasi antar-rumpun ilmu yang
berbeda. Bisa jadi saat ini merupakan era kolaborasi. Satu disiplin ilmu tidak
bisa berdiri sendiri dalam pemecahan masalah yang kompleks. Kolaborasi
akademisi antar-disiplin ilmu yang tidak serumpun dipastikan mencipta atmosfer
akademik yang hebat.
Hikmah pengukuhan 13 Guru Besar tentu saja amat melimpah. Khususnya,
hikmah bagi para calon Guru Besar. Antara lain menggeser taradisi “pengajaran”
ke budaya “penelitian” ilmiah.
Wa Allah ‘Alam….
Bandung, 26 November 2020
Wahyudin Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis UIN Sunan Gunung Djati
Bandung