Sentra Publikasi Indonesia kembali mewawancara Wahyudin Darmalaksana,
pegiat Kelas Menulis di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rabu, 25/11/2020.
Kita mulai ya Pak? Ya silakan.
Saya mau konfirmasi, bapak pernah bilang bahwa pengetahuan telah selesai.
Nah, itu maksudnya bagaimana? Aduh, itu ceritanya panjang!
Dari dulu kan pengetahuan itu-itu juga. Dan sekarang semuanya udah ada di
internet. Informasi apapun ada di situ. Hanya memang himpunan informasi itu
terserak.
Lalu, tugas akademisi apa? Gampang, yakni
menambang informasi yang tak beraturan itu, dikelola dan distrukturkan hingga
menjadi pengetahuan sistematis.
Bagaimana caranya? Latihan menulis artikel
ilmiah. Dia satu-satunya cara untuk menstrukturkan informasi menjadi
pengetahuan. Itu peran artikel ilmiah. Kalau pembicaraan sehari-hari kan tidak
terstruktur, ke sana ke mari. Mau tidak mau, suka tidak suka harus latihan menulis
artikel ilmiah.
Justru itu masalahnya, yakni sulit menulis artikel ilmiah. Ada solusi? Sulitnya dimana, gak sulit koq! Syarat pertama wajib bisa aplikasi references.
Mahasiswa belajar aplikasi ini gak sampai ½ jam langsung bisa.
Syarat kedua, ikuti template. Bukan artikel ilmiah kalau gak
ngikuti template. Sehebat apapun tulisan pasti ditolak oleh jurnal bila
gak sesuai template. Mahasiswa bisa menulis karena ada template. Nah,
template inilah yang berperan menstrukturkan tulisan paragraf demi paragraf.
Jika penulis berbelok ke pikiran mana suka, maka template pasti mengingatkan.
Kuncinya, patuhi template!
Syarat ketiga rapi. Kalau gak rapi yakin tulisan pasti langsung ditolak
oleh editor jurnal. Lalu siapa yang mau merapikan kalau bukan penulis sendiri
yang berusaha menulis rapi. Menulis itu gak usah masalah berat. Toh belum tentu
juga sebuah tulisan berperan menyelesaikan masalah. Tulisan itu yang sederhana
saja. Tapi rapi! Perhatikan tanda baca, seperti titik, koma, huruf kapital,
italic, dan hindari typo. Jurnal ilmiah gak akan menerima naskah bila masih ada
typo.
Syarat terakhir, similarity. Tapi kalau template dipatuhi maka
gak mungkin plagiasi. Bisa dicoba, buat tulisan sesuai template. Lalu,
cek plagiasi, maka yakin similarity rendah.
Wah ini harus segera berlatih berarti ya? Kalau
gak latihan mau ngapaian.
Lantas, nilai pendidikan di sebelah mana?
Mahasiswa itu pusat pembelajaran. Pertama latihan jiwa, kedua latihan akal,
ketiga latihan skill. Pengajaran bukan mengisikan pengetahuan ke dalam otak. Tapi
menumbuhkan kapasitas. Maka di sini Dosen dan Mahasiswa adalah mitra. Mitra
dalam rangka bersama mengembangkan kapasitas.
Pernyataan Bapak itu bahaya loh? Kalau
bahaya jangan ditulis, jangan disebarkan.
Kapasitas apa yang paling mendesak? Saya
sedang membidik Mahasiswa. Siapa yang siap belajar sampai khatam yakni submission.
Latihan menulis artikel itu pelajaran akhirnya adalah submission. Yaitu,
pengiriman artikel ke open access jurnal, melakukan korespondensi
melalui open journal system, hingga dipastikan apakah artikel accepted
ataukah rejected, dan syukur kalau accepted sampai published.
Jika khatam maka mereka layak menjadi asisten.
Oh, nilai pendidikannya di situ ya?
Tepat!
Terimakasih, ke depan kita sambung lagi?
Siap, sama-sama.
Sentra Publikasi Indonesia adalah institusi profesional penerbitan.
Tahun 2021 telah menyiapkan penerbitan Conference Series. Bertujuan membantu
publikasi hasil konferensi, khususnya artikel-artikal dari kalangan Mahasiswa.
Sentra Publikasi Indonesia berkantor pusat di Bandung di Jalan AH.
Nasution Km. 13.5 Bandung, Indonesia [Widodo].