Cara Penulisan Hasil dan Pembahasan untuk Artikel Ilmiah: Sebuah Model dari Tradisi Penelitian Hadis
Struktur penulisan artikel ilmiah adalah bagian-bagian yang tak terpisahkan sejak pendahuluan sampai kesimpulan. Tulisan ini akan membahas bagian hasil dan pembahasan dalam penulisan artikel ilmiah, khususnya bagi kebutuhan bidang sosial-humaniora, yang diambil dari tradisi penelitian hadis.
Tulisan ini sesekali menggunakan istilah penelitian dan sesekali menyebut istilah artikel ilmiah dalam membahas bagian hasil. Bagian hasil yang dimaksud di sini berarti hasil penelitian atau hasil dalam penulisan artikel ilmiah. Kedua istilah ini sama saja karena artikel ilmiah merupakan wujud dari sebuah penelitian. Dalam arti lain, penulisan artikel ilmiah pasti diawali sebuah penelitian, terlepas apakah penelitian besar ataukah penelitian mini. Penelitian adalah prosesnya, sedangkan artikel ilmiah ialah output sebuah penelitian. Dengan demikian, bagian hasil dapat disebut hasil penelitian atau bagian hasil dalam penulisan artikel ilmiah. Barangkali lebih tepatnya yaitu penulisan bagian hasil dari sebuah penelitian.
Ilmu hadis beserta metodologinya telah ajeg sejak abad 8 M. Sudah amat lama sekali. Penelitian hadis dalam ilmu hadis disebut takhrij, yakni sebuah proses pengujian untuk menilai kualitas hadis apakah sahih (otentik sebagai berasal dari Nabi Saw.) ataukah dhaif (lemah).
Setelah menampilkan hasil penelitian dan melakukan abstraksi terhadap hasil penelitian tersebut, dunia penelitian ilmiah menuntut untuk melakukan pembahasan. Tentunya, pembahasan bukanlah pengulangan hasil. Namun, ada baiknya pula untuk menegaskan hasil yang paling signifikan (atau hasil tak terduga) meskipun dalam satu kalimat atau dalam satu paragraph. Misalnya, dihasilkan bahwa hadis tentang musik berkualitas sahih.
Dunia penelitian ilmiah juga menuntut interpretasi mendalam di bagian pembahasan. Terkait hal ini, bisa juga penelitian takhrij menjelaskan teks hadis di bagian pembahasan bila peneliti sejak pendahuluan menjajikan hal ini. Penjelasan teks hadis dalam ilmu hadis disebut syarah. Apabila peneliti menjanjikan takhrij dan sekaligus syarah, maka penjelasan teks hadis di bagian pembahasan merupakan pekerjaan yang relevan. Tentu pastinya harus dicantumkan pula di bagian metode penelitian bahwa penelitian ini akan menerapkan metode takhrij dan sekaligus metode syarah. Selain itu, tentunya pula mesti ditegaskan pendekatan yang spesifik untuk syarah, sebab metode sayarah memiliki ragam pendekatan.
Penulis artikel ilmiah bidang sosial-humaniora dan agama tidak jarang mengalami situasi pelik dalam menulis bagian hasil dan pembahasan. Situasi pelik ini makin terasa ketika dihadapkan pada tuntutan jurnal yang meminta pemisahan bagian antara hasil dan pembahasan. Tulisan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa dunia penelitian ilmiah modern ternyata telah dibangun dari tradisi penelitian hadis zaman baheula. Tulisan ini hanya ingin menunjukan bahwa situasi pelik ternyata dapat diurai dengan cara mengambil pelajaran dari tradisi penelitian hadis. Hal ini mengingatkan para peneliti bidang sosial-humaniora tentang struktur penulisan artikel ilmiah model IMRaD, khususnya pada bagian hasil dan pembahasan. Tradisi penelitian hadis bernama takhrij terbukti melampaui dua mazhab penulisan hasil dan pembahasan dalam artikel ilmiah. Tentu tulisan ini hanya sebatas lintasan sekelebat saja.
Wahyudin Darmalaksana, Peminat Metodologi Ilmu Hadis
Sangat bemanfaat. Terimakasih banayak atas ilmunya, bapak.
ReplyDeleteMantab ust, semoga memberi banyak manfaat.
ReplyDeleteTerima kasih arahannya pak 🙏
ReplyDelete