Menulis artikel adalah “reresepan”
(Bahasa Sunda). Ini diungkapkan oleh seorang Sahabat Senior pada tahun 2017.
Reresepan sulit diartikan
ke dalam Bahasa Indonesia. Tidak ada arti yang pas dalam Bahasa Indonesia untuk
istilah “reresepan.”
Sang sahabat senior
ditanya “mengapa terus menulis artikel?” Beliau menjawab “ah reresepan we.”
Saat itu saya tidak terlalu meresapi ungkapan itu. Tetapi belakangan berusaha merenunginya.
Reresepan adalah tindakan yang
pasti dilandasi motivasi. Motivasi untuk penguatan skill. Dalam hal ini, skill
penulisan artikel. Reresepan bukan entitas di ruang privat, melainkan ia
dihadirkan di ruang publik. Reresepan menghendaki ruang terbuka.
Publikasi artikel di jurnal
ilmiah merupakan subjek terbuka. Orang dari lintas geografis dapat mengakses
artikel di jurnal ilmiah secara real time. Jelaslah reresepan memiliki konotasi
ruang terbuka.
Reresepan juga bukan tindakan
individual, melainkan aktivitas publik. Seperti “sasapedahan” (Bahasa Sunda)
artinya bermain sepeda yang pastinya lebih seru bila rame-rame. Reresepan
menghendaki terciptanya tindakan bersama.
Juga reresepan bermakna
pengerjaan sesuatu tanpa beban, tanpa pamrih, dan lebih menekankan bahagia bersama. Di sini ada sharing pengetahuan praktis tentang teknik penulisan artikel ilmiah.
Istilah reresepan serumpun dengan istilah “babalapan” yang artinya berbalap-balapan.
Di komunitas dunia global juga dikenal istilah “writing sprints.”
Boleh juga reresepan bermakna
seru-seruan tetapi lebih luas dari itu. Menulis artikel sebagai reresepan lebih
dari seru-seruan. Ia dapat pula dimaknai belajar tanpa henti secara
menyenangkan.
Memang menulis mesti dilandasi senang serta menciptakan suasana yang menyenagkan. "Hatur nuhun Senior," ungkapku [Yudi].