Seperti sudah menjadi
anggapan umum bahwa masalah adalah kesenjangan antara keharusan dan kenyataan.
Namun, penulisan latar belakang dan masalah yang seperti itu berarti menganut
mazhab sosiologi terapan. Memang bidang sosiologi ini bermaksud menyelesaikan
kesenjangan.
Latar belakang dan masalah
untuk skripsi bidang ilmu dasar (seperti ilmu hadis) tidak perlu berangkat dari
adanya kesenjangan. Sebab, skripsi bidang ilmu dasar tidak dituntut
menyelesaikan kesenjangan. Terlalu berat bila skripsi bidang ilmu dasar bertujuan
menyelesaikan kesenjangan.
Ada kalanya pula suatu
kesenjangan diungkapkan secara menghukumi. Maka terjadilah dua kesalahan.
Pertama, menghukumi sesuatu untuk menentukan problem penelitian. Ini karena
anggapan bahwa penelitian selalu harus berangkat dari problem atau masalah.
Kedua, pembahasan penelitian skripsi kenyataanya tidak selalu menyelesaikan
problem. Tentunya penyelesaian problem menuntut ketajaman analisis di bagian
pembahasan.
Skripsi bidang ilmu dasar
tidak harus ada problem tetapi cukup fokus studi. Dalam segala hal pasti selalu
ada celah yang dapat dijadikan fokus studi. Skripsi bidang ilmu dasar bertugas
mendeskripsikan fokus tersebut. Keluasan deskripsi akan bergantung metode yang
digunakan. Metode berperan sebagai pembatasan atau membatasi deskripsi.
Kedalaman deskripsi akan berpulang pada penerapan perspektif (pendekatan atau
analisis). Terkadang kedalaman pembahasan bagi skripsi cukup dengan menerapkan
analisis isi (conten analysis).
Ada banyak hal yang bisa
dideskripsikan oleh skripsi bidang ilmu dasar tentang fokus sesuatu bergantung metode dan perspektif tanpa latar
belakang dan masalah sebagaimana dianjurkan oleh mazhab sosiologi terapan.
Misalnya, bagaimana transmisi hadis di Kufah.
Wahyudin Darmalaksana, Pengampu Ilmu Hadis pada Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gnung Djati Bandung