Suatu ketika kami harus menulis karya ilmiah. Sebuah karya ilmiah pasti
merupakan hasil penelitian. Apakah itu penelitian mini ataukah penelitian besar.
Kalau di masa kuliah biasanya topik karya ilmiah sudah ditentukan oleh
dosen, tetapi kadang dosen pun membebaskan mahasiswa untuk mencari topik sendiri.
Sebenarnya, topik sama saja antara yang udah ditentukan dan yang belum
ditentukan. Kalau belum ditentukan biasanya lebih leluasa (bebas) untuk mencari
topik secara mana suka. Namun, ada pula orang yang lebih senang bila topiknya
sudah ditentukan. Sebab, syarat menulis karya ilmiah bukan saja suka topiknya,
melainkan pula harus relevan (tepat) dengan bidang keahlian.
Nah, ada kekhawatiran bagi sebagian orang ketika memulai menulis dengan topik
yang diambil secara mana suka. Yakni, topiknya khawatir dianggap tidak sesuai (cocok)
dengan bidang keahlian.
Memang menulis karya ilmiah itu disyaratkan agar topiknya relevan dengan
bidang keahlian. Jika topik sesuai dengan bidang keahlian, maka penulis
dianggap memiliki otoritas untuk membahas topik tersebut sesuai dengan bidang
keilmuannya. Sebaliknya, bila topik berada di luar bidangnya, maka penulis
dianggap memasuki bidang keilmuan orang lain yang bukan keahliannya.
Tulisan ini akan memaparkan penulisan karya ilmiah dengan cara
pengambilan topik mana suka sesuai bidang keahlian. Karya ilmiah sendiri sangat
luas meliputi makalah, artikel, karya tugas akhir untuk meraih gelar sarjana,
dan lain-lain. Secara spesifik, tulisan ini akan lebih mengarahkan pada
penulisan artikel. Artikel ilmiah sama saja dengan makalah dan sama pula dengan
karya tugas akhir semisal skripsi. Artikel ilmiah dipahami sebagai hasil
penelitian namun ditulis secara padat.
Apa yang harus dilakukan? Topik harus sudah ada di dalam
pikiran. Topik dalam pikiran itu bisa diperoleh dari hasil diskusi, diperoleh
dari hasil membaca, atau pernah terdengar masuk di telinga yang kemudian
mengusik di dalam pikiran. Topik di dalam pikiran itu pasti masih abstrak.
Karena sesuatu yang masih ada di pikiran itu pasti semuanya abstrak atau belum
tegas. Kecuali telah dituangkan ke dalam kertas maka apa yang ada di pikiran itu
menjadi konkrit. Cara agar menjadi konkrit maka siapkan akses internet dan
memulai penelusuran di Google Scholar terkait topik tersebut pasti akan
ditemukan topik-topik terkait. Dan pasti sudah ada banyak orang yang membahas topik
tersebut dari beberapa penelitian. Dari penelusuran ini bisa saja kita
menemukan inspirasi baru dan bahkan bisa jadi sebuah inspirasi yang tidak ada
hubungannnya dengan topik yang telah disiapkan di dalam pikiran. Hal ini tidak
menjadi soal karena yang paling utama adalah ditemukannya topik penelitian yang
akan dilaksanakan.
Apa selanjutnya? Ambil minimal tiga judul dengan topik yang saling berkaitan
secara erat. Lakukan tinjauan pustaka terhadap topik-topik tersebut yakni
mereka membahas tema apa. Tema adalah adiknya topik. Jika topik lebih umum,
maka tema lebih khusus. Apa jenis penelitian mereka apakah kualitatif ataukah
kuantitatif. Metode dan analisis apa yang mereka gunakan. Bagaimana pembahasan,
kesimpulan, dan rekomendasinya. Termasuk apa kesamaan dan perbedaan satu sama
lain. Lebih mudah lagi untuk melihat persamaan dan perbedaan penelitian mereka
maka buatlah matrik tinjauan pustaka. Dari situ maka akan ketemu celah yakni
wilayah atau ruang yang mereka rekomendasikan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut. Dari situ maka kita akan punya fokus yaitu tema penelitian dari sebuah
topik yang relevan dengan bidang keahlian.
Ketika ditemukan fokus penelitian maka pada saat yang sama pasti telah
muncul rumusan masalah. Rumusan masalah bukan pertanyaan penelitian, melainkan
pernyataan penelitian. Pernyataan rumusan masalah ini bisa berupa hipotesis,
asumsi, atau prediksi. Misalnya, terdapat obat penawar Covid-19 dari tradisi
pengobatan ala Nabi Saw. Jika pernyataan rumusan masalah telah ditetapkan
secara ajeg (clear dan tegas), baru diperinci ke dalam beberapa
pertanyaan dari umum ke khusus. Misalnya, bagaimana Covid-19, bagaimana tradisi
pengobatan ala Nabi Saw., dan bagaimana obat penawar Covid-19 dari tradisi
pengobatan ala Nabi Saw. Sebenarnya, satu pertanyaan utama tunggal pun cukup,
yaitu bagaimana obat penawar Covid-19 dari tradisi pengobatan ala Nabi Saw.
Namun, pertanyaan diurai secara terperinci itu agar memudahkan menyiapkan jawaban
secara tersusun. Berikutnya adalah tujuan penelitian yakni melalui cara copy
paste dari rumusan masalah dengan mengganti kata “terdapat” menjadi kata “membahas.”
Contohnya, tujuan penelitian ini membahas obat penawar Covid-19 dari tradisi
pengobatan ala Nabi Saw. Mengapa copy paste yakni agar selaras antara rumusan dan tujuan. Jika tidak copy paste maka ada kemungkinan tujuan berbelok dari rumusan masalah. Setelah dibuat formula penelitian (yaitu rumusan
masalah, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian), boleh cantumkan pula
manfaat yang diharpakan dari hasil penelitian.
Selanjutnya, agar penulisan penelitian tertuang secara sistematis atau
runtun, maka buatlah kerangka berpikir. Kerangka berpikir adalah logika
berjalannya penelitian secara garis besar dari hulu (umum) ke hilir (khusus). Paling
tidak, kerangka berpikir dibuat dalam tiga paragraf. Paragraf pertama menjawab
pertanyaan satu, paragraf kedua menjawab pertanyaan dua, dan paragraf ke tiga
menjawab pertanyaan tiga. Kerangka berpkir pada dasarnya adalah sistematika
penulisan atau urutan penulisan secara runtun dari umum ke khusus. Dalam arti
apa saja urutan yang hendak ditulis nanti di bagian pembahasan yang meliputi
bagian satu, bagian dua, dan bagian tiga. Membuat kerangka berpikir berarti
berusaha menghubungkan konsep-konsep hingga membentuk peta konsep. Ada baiknya
dibuat curat-coret terlebih dahulu di atas kertas dalam menyusun peta konsep
ini. Adapun konsep-konsepnya diambil ketika melakukan tinjauan pustaka.
Curat-coret peta konsep ini disebut juga sebagai bagan kerangka berpikir. Membuat bagan
kerangka berpikir adalah cara untuk memudahkan menyusun deskripsi (uraian) kerangka
berpikir. Bagan kerangka berpikir akan terlihat sebagai pembuktian rumusan
masalah, satuan jawaban pertanyaan penelitian, dan alur logis secara garis besar berjalannya penelitian sampai pada tujuan
penelitian.
Giliran menentukan metode penelitian, yaitu skenario dalam pelaksanaan
penelitian. Tentukan jenis penelitian apakah kuantitatif ataukah kualitatif.
Jika kuantitatif berarti bertujuan mengukur. Jika kualitatif maka bertujuan
membahas. Jika kualitatif pasti studi pustaka (library research), meskipun ada pula
jenis kualitatif yang menerapkan skenario studi lapangan. Jika bertujuan
membahas, maka tentukan secara tepat metode untuk melakukan pembahasan.
Tentukan pula perangkat analisis sebagai alat interpretasi atau sebagai
pendekatan dalam mengupas hasil pembahasan penelitian untuk menarik sebuah
kesimpulan. Penerapan metode penelitian ini akan bergantung pada topik dan tema
pembahasan serta bergantung pula pada bidang keahlian rumpun keilmuan.
Tiba di sini giliran melakukan pembahasan. Pembahasan meliputi jawaban
pertanyaan satu, jawaban pertanyaan dua, dan jawaban pertanyaan tiga.
Pembahasan berarti pula mengembangkan kerangka berpikir ke dalam sub-sub bagian yang lebih terperinci. Pembahasan ditulis secara runtut dan bertahap. Pertama, menampilkan materi umum sebagai
jawaban pertanyaan satu. Kedua, menampilkan materi tengah yang merupakan
hasil pengolahan dari metode yang disebutkan di bagian metode penelitian sebagai
jawaban pertanyaan dua. Dan ketiga, menampilkan materi akhir yang berupa
interpretasi terhadap materi tengah (poin dua) dengan alat analisis atau
pendekatan yang disebutkan di bagian metode penelitian sebagai jawaban
pertanyaan tiga. Pada poin ketiga ini libatkan pula pandangan-pandangan yang ditemukan dari
tinjauan pustaka sebagaimana yang telah dipaparkan di muka sebagai teman diskusi (dialog). Ada baiknya
pula menulis implikasi hasil penelitian tetapi jangan terlalu jauh sebab
implikasi biasanya berupa spekulasi.
Pada bagian pembahasan pastikan rumusan masalah telah terbukti, pastikan
seluruh pertanyaan penelitian telah terjawab, dan pastikan penelitian telah
sampai tiba pada tujuan penelitian yang dijanjikan di bagian pendahuluan.
Secara teknis, tiap bagian pada pembahasan diterapkan komposisi yang seimbang. Jika bagian satu
700 kata, maka bagian dua dan bagian tiga pun masing-masing kurang lebih 700
kata.
Akhir dari pembahasan adalah kesimpulan. Kesimpulan ialah hasil akhir (natijah)
dari pembahasan, bukan pengulangan pembahasan. Di kesimpulan cantumkan pula
manfaat hasil penelitian yang tadi diharapkan di bagian pendahuluan. Cantumkan
pula keterbatasan penelitian untuk penelitian lebih lanjut. Setiap penelitian
pasti memiliki keterbatasan sehingga pasti memberikan ruang bagi penelitian lebih
lanjut bagi bidang keahlian yang sama. Serta cantumkan rekomendasi yang biasanya diarahkan kepada lembaga otoritatif.
Tidak sampai di situ, penulisan hasil penelitian belum selesai karena
latar belakang dan masalah belum disusun. Di awal biasanya latar belakang dan
masalah baru bersifat sementera. Sementara dalam arti perlu disempurnakan lagi.
Bagian latar belakang dan masalah disusun sedemikian rupa dalam rangka mengantarkan
pembaca pada fokus penelitian, yaitu tema yang merupakan bagian spesifik dari topik
penelitian.
Bagi penulisan artikel ilmiah, maka urutkanlah hasil penelitian sesuai
struktur penulisan artikel ilmiah. Mula-mula pendahuluan meliputi latar
belakang dan masalah, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan formula
penelitian (yang mencakup rumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan tujuan
penelitian). Urutan selanjutnya adalah metode penelitian, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, dan referensi (daftar pustaka). Ditulis pula abstrak dan kata
kunci. Susunan abstrak meliputi tujuan penelitian, metode penelitian, hasil dan
pembahsan, kesimpulan, dan rekomendasi. Adapun kata kunci meliputi
konsep-konsep utama dalam penulisan sebanyak minimal tiga dan maksimal lima
kata kunci. Terakhir menentukan judul yang mewakili isi tulisan. Biasanya judul diwakili
oleh problem, metode, dan hasil penelitian.
Bandung, 13 Maret 2021
Wahyudin Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis Di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung