Menulis itu seperti lahir ke dunia, sendirian. Yakni, fokus, merawat
kalimat, mencipta paragraf, dan mengatur kerapian. Menulis tidak bisa dilakukan
dalam kegaduhan atau kebisingan. Hati harus dalam suasana bahagia. Ini
benar-benar sendirian, dan bahkan menulis adalah kesendirian.
Menulis bisa dilakukan secara kolaborasi dengan ahli bidang ilmu yang terkait.
Dengan tetap masing-masing berkonsentasi pada bidangnya. Jika pun menulis kolaborasi
dilakukan di kedai kopi tetap masing-masing fokus pada laptopnya.
Menulis adalah bersemedi
melupakan kesedihan sambil memancarkan kebahagiaan. Menulis adalah hening. Dimulai
dari kursor yang berkedap-kedip di layar monitor komputer yang kosong, menuliskan
kalimat pertama, mengikuti alur jalan peta konsep hasil curat-coret di atas
kertas, dan mencari referensi yang belum ditemukan. Hening karena di situ tanpa
sesiapa.
Menulis adalah hakikat kesendirian hanya berteman secangkir kopi, jam
dinding yang jarumnya terus berputar, dan berkejaran dengan waktu. Ketika telah
tuntas menulis di situlah terasa kelahiran kembali dengan hati yang
tercerahkan.
Berikut ini pengalaman menulis artikel ilmiah.
Biasanya sudah ada topik di dalam pikiran sebelum membuka laptop. Topik
adalah kakaknya tema. Sebelum membuka laptop, biasanya aku terlebih dahulu
mencari topik-topik yang ada hubungannya dengan topik yang ada dipikiran.
Pencarian dilakukan di Google Scholar melalui Android. Hasil pencarian biasnya mengarahkan
pikiran pada tema. Tema ialah adiknya topik.
Saat membuka laptop dengan akses terhubung pada internet, aku segera
mengambil topik-topik untuk dijadikan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka adalah
teman diskusi apakah aku akan menolaknya ataukah akan mendukung pandangan-pandangan
yang ada di dalamnya. Tapi biasanya aku lebih sering memadukan pandangan-pandangan
yang ada di tinjauan pustaka itu.
Dari tinjauan pustaka biasanya ditemukan fokus, yakni celah yang belum mereka
ungkap dalam penelitian. Mereka pun biasanya mencantumkan rekomendasi bagi
studi lanjut. Dari rekomendasi itu aku berusaha melanjutkan penelitian.
Ketika ditemukan fokus penelitian pada saat yang sama pasti telah muncul
rumusan masalah. Bagiku menulis adalah membuktikan rumusan masalah. Agar
terarah maka rumusan masalah dipernci menjadi tiga pertanyaan, meskipun cukup
satu pertanyaan utama tunggal. Di sini ditulis pula tujuan penelitian, yakni
membahas masalah yang telah diprediksi di rumusan masalah dan masalah yang
telah diuraikan dalam pertanyaan penelitian. Di sini pun terkadang aku
mencantumkan harapan manfaat hasil penelitian.
Rumusan masalah biasanya semakin lebih fokus (ajeg, tegas, jelas) lagi
setelah penyusunan kerangka berpikir. Kerangka
berpikir adalah logika berjalannya penelitian secara garis besar dari hulu ke
hilir. Paling tidak tiga paragraf. Paragraf pertama menjawab pertanyaan satu, paragraf
kedua menawab pertanyaan dua, dan paragraf ke tiga menjawab pertanyaan tiga.
Kerangka berpkir pada dasarnya adalah sistematika penulisan. Dalam arti apa
yang hendak aku tulis di bagian satu, bagian dua, dan bagian tiga.
Selanjutnya, aku tentukan metode penelitian, yaitu skenario dalam
pelaksanaan penelitian. Biasanya aku menerapkan jenis penelitian kualitatif
melalui studi pustaka dan terkadang juga menerapkan studi lapangan. Ini ditulis
rinci mulai dari pengambilan data, pengolahan data, dan analisis data.
Pengolahan data pasti menerapkan suatu metode dan analisis biasanya menerapkan
analisis isi (conten analysis).
Tiba di sini giliran menjawab pertanyaan penelitian satu persatu. Tiap
bagian diterapkan komposisi yang seimbang. Jika bagian satu 700 kata, maka
bagian dua dan bagian tiga pun masing-masing kurang lebih 700 kata. Bagian-bagian ini
mengikuti kerangka berpikir tadi. Pada bagian ini mula-mula menampilkan data
hasil pengolahan dengan metode tertentu. Data hasil pengolahan ini disebut
hasil penelitian atau boleh juga disebut temuan penelitian. Temuan ini
selanjutnya dinterpretasi sebagai keharusan pembahasan melalui diskusi dengan
pandangan-pandangan yang mengemuka di bagian tinjauan pustaka. Temuan ini
adalah pembuktian rumusan masalah, jawaban pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan kepastian penelitian telah sampai pada tujuan. Secara lebih khusus, interpretasi digunakan perangkat analisis yang dicantumkan di bagian metode penelitian dalam rangka menarik atau mengambil kesimpulan.
Kesimpulan berupa hasil akhir (natijah) dari pembahasan. Di kesimpulan
dicantumkan pula manfaat hasil penelitian yang diharpkan di bagian pendahuluan.
Dicantumkan pula keterbatasan penelitian untuk penelitian lebih lanjut. Serta
dicantumkan rekomendasi yang biasanya diarahkan kepada lembaga otoritatif.
Tidak sampai di situ, karena latar belakang dan masalah belum disusun.
Di awal biasanya aku hanya menulis latar belakang dan masalah sementara.
Selanjutnya bagian latar belakang dan masalah ini disusun ulang agar lebih
mengantarkan pembaca pada fokus penelitian.
Dilakukan pula penstrukturan yakni menyusun tulisan. Mula-mula pendahuluan
meliputi latar belakang dan masalah, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan
formula penelitian mencakup rumusan masalah, pertanyaan penelitian, dan tujuan
penelitian. Selanjutnya, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan,
dan referensi. Ditulis pula abstrak dan kata kunci. Abstrak meliputi tujuan
penelitian, metode penelitian, hasil dan pembahsan, kesimpulan, dan
rekomendasi. Adapun kata kunci meliputi konsep-konsep utama dalam penulisan
sebanyak minimal tiga dan maksimal lima kata kunci.
Terakhir menentukan judul yang mewakili isi tulisan. Biasanya judul yang
mewakili isi tulisan itu mencakup problem, metode, dan hasil penelitian.
Bandung, 13 Maret 2021
Wahyudin Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis Di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung