“Siapa yang mau menjadi teman kolab ku?” tanya seorang peserta. Kolab ialah isitlah dari kolaborasi.
“Saya,” jawab temannya.
“Udah bisa Mendeley?” tanya seorang peserta.
“Udah,” jawabnya.
“Aku belum bisa,” kata si penanya.
“Aku belum tuntas menulis.”
“Aku sibuk.”
“Kalau offline seru ya!” kata seorang peserta.
“Iya bener,” ujar peserta yang lain.
“Ayo temen-teman semangaat!” ujar peserta.
“Siap Ka,” peserta yang lain menanggapi.
“Teman-teman save nomor ku ya,” kata yang satu.
“Udah ka,” kata yang lain.
Itu di antara ungkapan peserta penulisan artikel.
Untuk apa berlatih menulis artikel ilmiah? Bisa saja ada pertanyaan seperti ini terbersit di dalam benak peserta latihan. Namanya latihan kalau orang terus berlatih maka ia akan menjadi terlatih. Orang terlatih pasti dibutuhkan. Terlebih lagi terlatih dalam keterampilan penulisan artikel ilmiah.
Penulisan artikel ilmiah merupakan murni keterampilan, bukan bakat bawaan yang turun sejak azali dari langit. Setiap manusia spesial, potensial. Oleh manusia sendiri potensi ini diasah hingga berkembang. Diasah melalui latihan. Maka terciptalah sumber daya terlatih. Penulisan artikel ilmiah bukan minat bakat. Melainkan prestasi akademik.
Jangan-jangan tujuan didirikannya pendidikan tinggi tidak lain agar insan akademik berlatih keterampilan penulisan akademik (academic writing). Jadi setiap insan akademik wajib memiliki kapasitas keterampilan academic writing.
Di beberapa pendidikan tinggi terkemuka dunia berdiri pusat-pusat penulisan bernama “Writing Center.” Writing Center berperan sebagai pusat bantuan penulisan akademik bagi para akademisi. Terutama terkait struktur penulisan. Adapun substansi isi kembali pada bidang keahlian masing-masing yang mesti dikonsultasikan kepada profesor bidang keilmuan.
Akademisi mahasiswa dunia global sudah terbisa melakukan perjanjian untuk mendaptkan bantuan (pendampingan) penulisan dari Writing Center. Di Writing Center terdapat tutor yang berperan melakukan review (tinjuan). Hasil review menjadi feedback (umpan balik) bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan penulisan akademik.
Mereka sering mengadakan agenda menarik. Seperti “kemah penulisan” di sebuah pulau. Dilaksanakan di musim liburan. Sering pula dilaksanakan gabungan antar-pendidikan tinggi. Sehingga akademisi mahasiswa bisa saling mengenal dari berbagai kampus yang berbeda. Di situ diadakan juga lomba-lomba. Sebagai motivasi dengan tetap memperhatikan kebersamaan.
Meniru agenda Writing Center terciptalah sebuah peristiwa Kelas Menulis.
Mahasiswa satu persatu masuk grup WhatsApp. Grup ini bernama Kelas Menulis. Grup ini dibentuk untuk tujuan latihan menulis artikel ilmiah. Di antara peserta Kelas Menulis ada yang pernah artikelnya terbit di jurnal ilmiah. Tapi sebagian besar baru pertama latihan menulis artikel. Seluruhnya, sebanyak 87 mahasiswa tergabung di Kelas Menulis. Mereka merupakan utusan dari berbagai pendidikan tinggi di Indonesia. Latihan ini bukan untuk mengajarkan bagaimana penulisan artikel ilmiah. Melainkan sebagai sharing pengetahuan praktis tentang penulisan artikel ilmiah. Sehingga masing-masing peserta memiliki pengalaman yang sama dalam mengerjakan tahapan penulisan artikel.
Sampai hari kedua dihasilkan empat naskah artikel. Yaitu perwakilan dari Pontianak, Padang, Semarang, dan Jakarta. Menyusul hari berikutnya dihasilkan naskah artikel dari perwakilan Bone-Sulawesi, Jambi, Purwokerto, dan Bandung. Begitu seterusnya selama dua pekan dihasilkan 40 naskah artikel utusan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.
Di dalam latihan, ada tahap-tahap. Seyogyanya, tahapan ini bukan kompetisi. Melainkan struktur penulisan artikel. Namun, faktanya tercipta atmosfer kompetisi. Kenyataannya antara satu dengan yang lainnya tercipta balapan untuk menyelesaikan tahapan. Bahkan, balapan ini tidak saja berlangsung dengan teman dari lain wilayah, tetapi berlangsung pula dengan teman dari satu wilayah yang sama. Jadi kompetisi ini tercipta otomatis karena tiap peserta dituntut menyelesaikan tahapan.
Peserta diminta untuk konsultasi dengan ahli bidang ilmu ketika artikel selesai. Ini dipandang penting karena di Kelas Menulis hanya menekankan struktur penulisan. Adapun konten tulisan mesti dikonsultasikan kepada ahli bidang ilmu untuk mendaptkan pendampingan. Pendamping memiliki peran untuk melihat kembali artikel tersebut area mana yang perlu diperluas, dipotong, dan ditata. Tidak sampai di situ, peserta juga diminta untuk mencari teman kolaborasi dari sejawat. Teman kolaborasi ini harus lintas pendidikan tinggi. Teman kolaborasi mendapat tugas untuk melakukan proofreading yakni memeriksa kesalahan-kesalahan teknis dalam penulisan. Juga bertugas untuk melakukan pengecekatan terkait akurasi sumber kutipan. Sampai di sini diharapkan dapat dihasilkan naskah artikel sesuai pedoman.
Penulisan artikel di mahasiswa menempati posisi sentral. Penulisan artikel di lingkungan mahasiswa dapat dibilang sebagai subjek yang masih langka. Tentu mahasiswa harus memiliki keterampilan dalam penulisan artikel ilmiah. Artikel ilmiah sendiri dipahami sebagai laporan hasil penelitian secara tertulis. Disebut sentral karena mahasiswa pada gilirannya mesti menulis laporan hasil penelitian sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana. Bahkan, beberapa pendidikan tinggi telah menerapkan kebijakan bahwa tugas akhir skripsi dapat diganti dengan artikel yang diterbitkan di jurnal ilmiah.
Selebihnya, jelas merupakan sebuah penghargaan bila mahasiswa berhasil menerbitkan artikel di jurnal ilmiah. Pendidikan tinggi membutuhkan performa dengan indikator salah satunya capaian publikasi ilmiah. Bagi sebuah negara, jumlah capaian publikasi akademisi juga menjadi salah satu barometer kemajuan sebuah bangsa. Bagi mahasiwa sendiri publikasi ilmiah akan menjadi bukti prestasi akademik yang lebih jauhnya lagi berharga sebagai kelengkapan portofolio yang dibutuhkan bagi kepentingkan pengajuan beasiswa, studi lanjut, dan melamar dunia kerja.
Akan tetapi, pengalaman lebih utama. Kata pepatah “pengalaman adalah guru terbaik.” Pengalaman latihan, pengalaman kompetisi, dan lainnya. Juga menambah teman merupakan hal berharga lainnya. Terlebih teman lintas pendidikan tinggi dari berbagai wilayah di Indonesia. Berteman di satu kampus saja tidak cukup perlu diperluas dari kampus-kampus lain. Dengan banyak teman terlebih dari lintas pendidikan tinggi maka banyak hal yang bisa dikolaborasikan di masa depan.
Kolaborasi pada dasarnya titik temu. Setiap orang memiliki keunggulan. Jika tiap keunggulan dikolaborasikan maka akan mendatangkan produktivitas. Tiap manusia dituntut produktif. Dan produktivitas terlahir melalui titik temu antar-keunggulan.
Lagi pula saat ini bukan era kompetisi. Melainkan era kolaborasi. Di antara kita pasti ada hal yang bisa dikolaborasikan. Hasil kolaborasi diharapkan menjadi rekomendasi kebijakan, produk inovatif, dan apapun yang merupakan kebaruan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Penulisan artikel saja tidak cukup perlu dipresentasikan. Seperti tugas mata kuliah kemudian dipresentasikan di depan kelas. Presentasi artikel bisa dilakukan di konferensi. Ia merupakan ajang pertemuan para akademisi untuk mempresentasikan berbagai hasil temuan penelitian.
Sebuah artikel (paper) akan dipresentasikan di konferensi. Para peserta konferensi akan memberikan tanggapan. Juri akan memberikan penilaian. Biasanya artikel hasil konferensi di terbitkan di jurnal ilmiah. Artikel hasil konferensi menjadi tersebar, dibaca khalayak, dikutip (disitasi), dan lebih jauhnya menjadi bahan pertimbangan bagi para pengampu kebijakan.
Jadi untuk apa latihan menulis artikel? Tidak lain untuk mengembangkan kapasitas keterampilan penulisan akademik. Dari keterampilan ini akan melahirkan output berupa naskah artikel. Dari output akan menghasilkan outcome berupa publikasi artikel di jurnal ilmiah. Dari outcome akan menghasilkan benefit minimal berupa sitasi. Di mana tulisan kita dikutip oleh orang lain. Dari benefit akan medatangkan impact (dampak) yang luas.
Kita bersama mesti “menyalakan” impact. Ibarat bola lampu. Bola lampu yang memberikan impact adalah bola lampu yang menyala. Impact dari bola lampu yang menyala adalah menerangi atau menyinari yang lain.
Impact juga disebut goal. Ibarat permainan sepak bola. Tim kesebelasan sepak bola mesti menghasilkan goal. Manusia dilahirkan juga mesti menghasilkan goal.
Kelas Menulis utusan mahasiswa telah berakhir. Bersamaan dengan itu telah dikukuhkan alumni Kelas Menulis. Alumni berperan besar untuk terus produktif. Kelas Menulis agar ditularkan di masing-masing kampus. Pastikan seluruh insan akademik mahasiswa bersedia berlatih penulisan artikel ilmiah.
Yakin alumni Kelas Menulis ini dipastikan menjadi sumber daya mumpuni. Sumber daya yang akan mengisi peradaban masa depan.
Bandung, 15 November 2021
Wahyudin Darmalaksana, Pegiat Kelas Menulis di Indonesia