-->

Notification

×

Iklan

Iklan

11 Tahap Latihan Penulisan Artikel Ilmiah

Thursday, June 30, 2022 | 2:29:00 PM WIB Last Updated 2022-09-22T23:49:07Z
 




High Order Thinking Skills dalam al-Qur’an
 
 
Wahyudin Darmalaksana
Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
yudi_darma@uinsgd.ac.id
 
 
 
Tahap 1
Permasalahan utama penelitian ini terdapat petunjuk HOTS dalam al-Qur’an.
 
Rumusan masalah penelitian ini ialah bagaimana petunjuk HOTS dalam al-Qur’an.
 
Penelitian ini bertujuan untuk membahas petunjuk HOTS dalam al-Qur’an.
 
Secara teoritis, penelitian ini menjadi kajian awal dalam memahami HOTS menurut al-Qur’an.
 
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai petunjuk kajian HOTS dalam al-Qur’an.
 
 
Tahap 2
Hasil Penelitian Terdahulu
 
Hasil penelitian terdahulu tentang petunjuk HOTS dalam Islam telah dikemukakan oleh sejumlah peneliti. Antara lain Wahyudin Darmalaksana dan Bambang Qomaruzzaman (2020), “Teologi Terapan dalam Islam: Sebuah Syarah Hadis dengan Pendekatan High Order Thinking Skill,” Khazanah Theologia. Penelitian ini bertujuan membahas teologi terapan dalam Islam berdasarkan syarah hadis dengan menerapkan analisis HOTS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-analitis. Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa teologi Islam tengah berusaha mengembangkan teologi yang lebih praktis agar dapat diaktualisasikan di masyarakat, di mana usaha ini dapat melandaskan pada penjelasan hadis-hadis dengan analisis HOTS. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penjelasan-penjelasan hadis dengan analisis HOTS dapat memberikan sumbangan pada pengembangan teologi Islam terapan (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020).
 
Penelitian sekarang dan hasil penelitian terdahulu terdapat perbedaan. Penelitian terdahulu membahas teologi Islam terapan berdasarkan syarah hadis dengan analisis HOTS. Sedangkan penelitian sekarang membahas petunjuk HOTS dalam al-Qur’an.
 
Tahap 3
Kerangka berpikir perlu dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana petunjuk HOTS dalam al-Qur’an. Adapun bagan kerangka berpikir di bawah ini:
 

Bagan 1. Kerangka Berpikir


HOTS merupakan kemampuan berpikir tinggkat tinggi (Antara, 2022), hal ini dinamakan pula dengan kemampuan global (Nata, 2021). HOTS mengarahkan anak bangsa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menjawab berbagai tantangan global dalam bentuk solusi yang bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan manusia (Nata, 2021). HOTS biasanya digunakan dalam pembuatan soal-soal ujian yang bertujuan untuk menciptakan kemampuan berpikir tingkat tinggi bagi siswa di tanah air (Saraswati & Agustika, 2020).
 
Al-Qur’an sebagai sumber utama Islam telah memerintahkan umat muslim untuk selalu berpikir (Ismail, 2022). Bukan perkara yang sulit bagi umat muslim untuk menemukan perintah berpikir tingkat tinggi dari dalam kandung ayat-ayat al-Qur’an (Nata, 2021). Antara lain umat muslim diperintahkan untuk mempunyai kemampuan penyelesaian masalah seperti dipaparkan dalam surah an-Nisa ayat 35 (Oktorinda, 2017), pelaksanaan evaluasi seperti tergambar dalam surah al-Ankabut ayat 2-3 (Hasanah, Badriyah, & Selia, 2020), dan perintah untuk berkarya seperti diilustrasikan dalam surah al-Quraisy (Aziz, 2019).
 
Petunjuk HOTS dapat digali dari kandungan makna al-Qur’an (Nata, 2021) melalui penggunaan metode tertentu yang relevan (Hasanah et al., 2020). Metode penggalian makna ayat-ayat al-Qur’an terangkum dalam ilmu tafsir (Ramli, 2021). Metode tafsir ini berperan mengasilkan petunjuk tentang HOTS dalam ayat-ayat al-Qur’an hingga ditarik sebuah kesimpulan.
 
Tahap 4
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-analitis (Darmalaksana, 2020). Jenis data penelitian ini merupakan data kualitatif yang bukan angka-angka statistik. Sumber primer penelitian ini meliputi ayat-ayat al-Qur’an berkenaan dengan petunjuk HOTS. Sumber sekunder penelitian ini mencakup rujukan-rujukan yang terkait dengan topik utama yang bersumber dari buku, artikel, dan dokumen hasil penelitian lainnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (library research). Teknik analisis data dilakukan melalui tahapan inventarisasi, klasifikasi, dan analisis data (Darmalaksana, 2022b).
 
Tahap 5
Landasan teori penelitian ini adalah ilmu tafsir yang menyediaan seperangkat metode interpretasi untuk penggalian makna al-Qur’an (Ramli, 2021). Secara spesifik, metode interpretasi yang digunakan di sini adalah tafsir ijmali, yaitu interpretasi ayat al-Qur’an yang bersifat umum melalui pembahasan secara global (Yahya, Yusuf, & Alwizar, 2022). Tafsir ini diperankan untuk memaknai ayat-ayat al-Qur’an berkenaan dengan petunjuk HOTS. Sementara itu, bila meminjam teori taksonomi Bloom (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020), maka parameter HOTS yang menjadi objek material atau pembahasan dalam penelitian ini meliputi tiga hal, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Susilowati & Sumaji, 2020). Dengan demikian, objek formal penelitian ini adalah tafsir ijmali, sedangkan objek materialnya ialah HOTS dalam al-Qur’an.
 
 
Tahap 6
Latar Belakang Penelitian
 
Kemampuan berpikir tingkat tinggi tengah menjadi orientasi dunia global (Nata, 2021). Kemampuan ini disebut HOTS, yaitu High Order Thinking Skills (Susilowati & Sumaji, 2020), disebut pula dengan kemampuan global  (Nata, 2021). HOTS dipandang menentukan kemajuan anak bangsa dalam suatu negara (Saraswati & Agustika, 2020). Sebab, kemampuan global berpikir tingkat tinggi menuntut pemecahan sejumlah masalah dengan menawarkan karya-karya solutif yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa dan negara (Nata, 2021). Namun, Indonesia harus diakui masih perlu meningkatkan kemampuan HOTS di tengah-tengah persaingan dunia internasional (Wulandari, Marhami, Rohantizani, & Muliana, 2020). Umat muslim sebagai mayoritas penduduk di Indonesia telah sewajarnya untuk mengungkit kemampuan global agar tidak tergerus dan termarjinalkan dalam persaingan dunia internasional (Nata, 2021), di mana hal ini dapat dilakukan melalui penggalian petunjuk-petunjuk HOTS di dalam al-Qur’an sebegai sumber utama Islam. Oleh karena itu, penelitian ini memandang penting untuk membahas petunjuk HOTS menurut al-Qur’an.
 
 
Tahap 7
Hasil dan Pembahasan
1.   Tinjauan Umum HOTS
HOTS pertama kali dirumuskan oleh Susan M. Brookhart dari Dusquance University dalam bukunya “How to Assess Higher-order Thinking Skills in Your Classroom” (Wulandari et al., 2020). HOTS dirumuskan sebagai revisi dari LOTS, Low Order Thinking Skills, kemampuan berpikir rendah (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020). Parameter LOTS adalah mengingat (remember), memahami (understand), dan mengaplikasi (apply), sedangkan parameter HOTS, sebagai telah disinggung terdahulu di dalam landasan teori, ialah analyze, evaluate, dan create (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020).
 

Gambar 1. LOTS dan HOTS

 

Gambar 1 menjelaskan bahwa LOTS meliputi tiga aspek, yaitu: Remember seperti recognizing dan recalling facts; Understand seperti understanding what the facts mean; dan Apply seperti applying the facts, rules, concepts, dan ideas. Sementara itu, parameter HOTS mencakup tiga aspek pula, yakni: Analyze seperti breaking down information into component parts; Evaluate seperti judging the value of information or ideas; dan Create seperti combining parts to make a new whole. Gambar 1 menegaskan perbedaan LOTS dan HOTS serta sekaligus menunjukkan HOTS sebagai kelanjutan LOTS.
 
Tabel 1. HOTS dalam Taksonomi Bloom

Tabel 1 merupakan teori kognitif taksonomi Bloom versi revisi
oleh Anderson dan Krathwohl. Pada teori ini LOTS berarti C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (aplikasi), sedangkan HOTS berarti C4 (analisis), C5 (evaluasi), dan C6 (kreasi). Pada Tabel 1 terlihat tegas bahwa HOTS merupakan kelanjutan dari LOTS dalam teori kognitif taksonomi 
Bloom. 

 

Tahap 8
1.   Perintah Berpikir dalam al-Qur’an
Secara ijmali, keharusan umat muslim untuk selalu berpikir telah diperintahkan di dalam Al-Qur’an (Ismail, 2022), bahkan keharusan berpikit tingkat tinggi sebagaimana HOTS (Nata, 2021). Pertama, ayat al-Qur’an berkenaan dengan kemampuan penyelesaian masalah dalam surah an-Nisa ayat 35 (Oktorinda, 2017). Menurut Tafsir al-Azhar Buya Hamka, ayat ini mengandung perintah agar suami mampu mengatasi persoalan yang kerap timbul di dalam rumah tangga di mana suami digambarkan sebagai kepala rumah tangga yang harus melindungi istri serta perlindungan terhadap kaum perempuan secara umum (Oktorinda, 2017).
 
Kedua, pelaksanaan evaluasi seperti dalam surah al-Ankabut ayat 2-3 (Hasanah et al., 2020). Istilah-istilah dalam al-Qur’an yang dapat dimaknai “evaluasi” di antaranya an-Nazhr, al-Inba, al-Bala, al-Fitnah, al-Hisa, al-Wazn, al-Hukm, al-Qodha, dan al-Taqdir (Hasanah et al., 2020). Maksud surah al-Ankabut ayat 2-3 ini untuk menguji kemampuan manusia beriman terhadap  berbagai  macam  masalah kehidupan yang dialaminya, untuk mengetahui  sampai di mana hasil aktualissai wahyu yang telah ditetapkan Rasulullah Saw terhadap umatnya, dan untuk memenuhi tingkat-tingkat keislaman sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu yang paling bertaqwa kepada-Nya serta manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya dan manusia yang ingkar kepada ajaran Islam (Hasanah et al., 2020).
 
Ketiga, perintah untuk berkarya seperti dalam surah al-Quraisy (Aziz, 2019). Surah al-Quraisy merupakan surah ke 106 di antara surah al-Fil dan surah al-Ma’un. Munasabah al-Quraisy dengan surah al-Fill terletak pada perlindungan Ka’bah dari Pasukan Gajah. Sedangkan munasabah surah al-Ma’un dengan surah al-Quraisy terletak pada pembebasan umat manusia dari kelaparan serta perintah untuk menyembah Allah Swt dan tidak boleh lalai dalam menyembah-Nya. Surah al-Quraisy merupakan surah Makiyyah di mana sasaran yang dituju berupa ajakan kepada ajaran tauhid, teologi Islam. Sebab nuzul surah al-Quraisy yakni menginformasikan akan kelebihan kaum Qurais yang diberikan Allah Swt yang tidak dimiliki oleh kaum lain, inilah keistimewaan kaum Qurais yang diabadikan dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 4 (empat) ayat, nama Quraisy diambil dari kata Quraisy yang merupakan kabilah terbesar serta sangat terkenal pada masa Nabi Muhammad Saw serta berpengaruh di Mekkah (Aziz, 2019).
 
Kaum Qurais, sebagai ditegaskan Muhammad Thariq Aziz, memiliki etos kerja yang tinggi, hal ini digambarkan oleh kebiasaan positif, citra positif, mobilitas tinggi, dan orientasi ibadah (Aziz, 2019). Nabi Saw bersabda “pilihlah pemimpin dari suku Qurais” (Aziz, 2019). Sejumlah pakar mengakui dalam arti tidak meragukan etos kerja kaum Qurais di masa lalu, sehingga catatan sejarah ini sering dijadikan semangat untuk produktivitas dalam berkarya yang penuh dengan tantangan di masa sekarang.
 
Tegaslah bahwa perintah al-Qur’an untuk selalu berpikir tingkat tinggi (Ismail, 2022) terangkum dalam sejumlah ayat. Antara lain berpikir untuk penyelesaian masalah (Oktorinda, 2017), pelaksanaan evaluasi (Hasanah et al., 2020), dan perintah untuk berkarya (Aziz, 2019). Secara global, semua ini menjadi petunjuk yang selaras dengan parameter HOTS.
 
Tahap 9
2.   HOTS dalam al-Qur’an menurut Interpretasi Ijmali
Perintah untuk berpikir tingkat tinggi ternyata dapat ditemukan dalam kandungan ayat al-Qur’an. Berpikir tingkat tinggi dibedakan dengan berpikir tingkat rendah (Gambar 1). Berpikir tingkat tinggi mencakup C4, C5, dan C6 (Tabel 1). Kemampuan berpikir tingkat tinggi disebut HOTS sebagai kebalikan dari LOTS. Petunjuk HOTS dalam al-Qur’an ditemukan dalam surah an-Nisa ayat 35 (Oktorinda, 2017), surah al-Ankabut ayat 2-3 (Hasanah et al., 2020), dan surah al-Quraisy (Aziz, 2019). Tentu saja masih banyak ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung makna perintah untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagaimana parameter HOTS bila dilakukan penggalian secara lebih luas.
 
Teks Suci al-Qur’an telah mengarahkan umat muslim untuk mampu dalam penyelesaian masalah, yaitu C4 dalam Taksonomi Bloom dalam arti kemampuan melakukan analisis. Teks Suci al-Qur’an juga memerintahkan umat untuk selalu melakukan evalusi, yakni C5 dalam Taksonomi Bloom. Serta Teks Suci al-Qur’an mendorong umat untuk dapat mencipta atau berkreasi yaitu C6 dalam Taksonomi Bloom. Islam dalam al-Qur’an mengajarkan tidak cukup pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3). Sungguhpun istilah-istilah dalam teori taksonomi Bloom tidak indentik dengan istilah-istilah dalam al-Qur’an, namun secara global arti kata ayat-ayat di dalam al-Qur’an mengandung makna mencakup istilah-istilah parameter HOTS dalam teori Bloom (Hasanah et al., 2020).
 
Penelitian terdahulu telah berusaha menerapkan HOTS sebagai analisis dalam mengupayakan teologi Islam terapan berdasarkan penjelasan-penjelasan hadis (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020). Penelitian ini memanfaatkan isu HOTS yang tengah berkembang di dunia internasional, sehingga diasumsikan teologi terapan dalam Islam dapat terwujud dengan analisis HOTS. Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa teologi tidak semestinya hanya berkutat dalam wacana pemikiran seputar Tuhan di langit (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020), tetapi teologi Islam hendaknya mendorong kreasi dan produktivitas di ranah kehidupan sosial untuk mewujudkan kesejahteraan umat (Darmalaksana, 2022c). Sejalan dengan ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hakikat bukanlah berada di langit, melainkan terletak di bumi yang mesti diupayakan melalui pemikiran dan kerja keras (Darmalaksana, 2022a). Menurut penelitian terdahulu ini, Teks Suci Islam semisal hadis-hadis Nabi Saw pada kenyataannya telah memberikan penjelasan bagi pengembangan teologi Islam, tauhid, yang lebih praktis sesuai tuntutan HOTS (Darmalaksana & Qomaruzzaman, 2020).
 
Al-Qur’an di sini bukan dijadikan sebatas dalil tentang HOTS, melainkan spirit, sumber inspirasi, dan rujukan aktualisasi umat muslim, yang ternyata selaras pula dengan temuan dan tuntutan kontemporer bernama HOTS. Memang HOTS dirumuskan dan dikembangkan di dunia Barat (Wulandari et al., 2020), hal ini bukan berarti al-Qur’an di tangan umat muslim sebatas menjustifikasi kemajuan Barat. Sebab, penemuan-penemuan dunia Barat pun sering kali mendapat inspirasi dari dunia Timur. Kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai-nilai dunia Timur, Islam, merupakan samudera yang penuh petunjuk untuk kemajuan umat manusia di mana pun berada. Hanya saja umat muslim di dunia Islam kerap kalah cepat dalam menghasilkan temuan-temuan baru seperti halnya HOTS yang sangat populer di dunia Barat akhir-akhir ini. Dengan demikian, relevan bila anak bangsa umat Islam di tanah air mengambil semangat al-Qur’an dalam meningkatkan kemampuan global bagi pemecahan masalah, mengevaluasi, dan mengungkit produktivitas, seperti halnya semangat suku Qurais ketika mengembangkan kesejahteraan masyarakat penduduk Mekkah (Aziz, 2019).
 
Indonesia sebagai penduduk mayoritas muslim diberitakan sering mengalami kekalahan oleh dunia global dalam olimpiade pengetahuan (Wulandari et al., 2020). Hal ini menurut para analis disebakan Indonesia kurang kuat dalam mengaplikasikan HOTS (Jusra & Alyani, 2021). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mewajibkan penerapan HOTS dalam pembelajaran sejak 2019, bahkan kewajiban ini diarahkan mulai tingkat Sekolah Dasar (Jusra & Alyani, 2021). Artinya, HOTS bukan saja tuntutan usia-usia remaja, melainkan merupakan subjek yang mesti diterapkan sejak usia anak-anak. Paling tidak, aplikasi dalam pembuatan soal-soal ujian dengan menerapkan parameter HOTS (Saraswati & Agustika, 2020). Penerapan HOTS di Indonesia bertujuan untuk mengejar berbagai ketertinggalan dari dunia global dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga anak bangsa pada gilirannya mampu bersaing di tingkat internasional (Ulfah et al., 2022).
 
Penelitian ini hanya mengungkap kajian sepintas dalam penggalian makna dan petunjuk al-Qur’an yang teramat luas berkenaan dengan parameter HOTS. Harus diakui bahwa informasi tentang urgensi melakukan pemecahan masalah atau analisis menurut al-Qur’an bukan terdapat dalam surah an-Nisa ayat 35 saja. Begitu pula informasi tentang pentingnya pelaksanaan evaluasi tentunya bukan terdapat hanya pada surah al-Ankabut ayat 2-3. Serta terakhir, perintah untuk berkarya tidak hanya dalam surah al-Quraisy. Al-Qur’an sebagai kalam Allah Swt merupakan samudera makna yang merangkum berbagai petunjuk, termasuk HOTS, secara tersebar di ayat-ayat lain. Penelitian ini juga terbatas hanya menerapkan metode tafsir ijmali, padahal terdapat seperangkat metodologi tafsir yang dapat dirancang untuk menemukan analisis yang lebih relevan untuk penggalian petunjuk HOTS di dalam al-Qur’an. Terkait hal ini, peminat kajian al-Qur’an dan tafsir dapat menggali lebih mendalam lagi kajian HOTS dalam al-Qur’an yang ditopang dengan metodologi yang tepat terlebih lagi sampai mengupayakan implementasi HOTS berdasarkan inspirasi al-Qur’an dalam pengembangan sumber daya anak bangsa di Indonesia. Sunggupun demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian awal untuk mulai mengkonstruksi HOTS berdasarkan semangat dan petunjuk al-Qur’an. Memang sudah saatnya sumber daya umat muslim Indonesia untuk mulai mengadaptasi praktik HOTS.
 
Tahap 10
Kesimpulan
HOTS ternyata dapat ditemukan parameternya di dalam petunjuk al-Qur’an, yaitu terdapat dalam surah an-Nisa ayat 35 sebagai perintah penyelasaian masalah atau analisis, surah al-Ankabut ayat 2-3 sebagai perintah melakukan evaluasi, dan surah al-Quraisy sebagai perintah untuk produktif. Seluruh ayat ini menunjukkan perintah bagi umat Islam untuk mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagaimana parameter HOTS. Penelitian ini diharapkan memiliki implikasi manfaat teoritis sebagai kajian awal mengenai HOTS dalam petunjuk al-Qur’an serta manfaat praktis bagi peminat kajian al-Qur’an dalam pengembangan HOTS sesuai semangat Islam. Penelitian ini memiliki keterbatasan hanya menerapkan tafsir ijmali secara sempit, sehingga dibutuhkan tafsir mutakhir yang implementatif dalam kajian HOTS menurut petunjuk al-Qur’an. Penelitian ini merekomendasikan khususnya kepada lembaga pengkajian al-Qur’an dan tafsir untuk mengembangkan analisis HOTS yang bertujuan untuk implementasi praktis di Indonesia.   
 
Tahap 11
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membahas petunjuk kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode deskriptif-analitis. Objek formal penelitian ini adalah tafsir ijmali, sedangkan objek materialnya ialah kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam al-Qur’an. Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa ayat al-Qur’an surah an-Nisa ayat 35, surah al-Ankabut ayat 2-3, dan surah al-Quraisy memiliki keselarasan makna dengan parameter kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam teori taksonomi Bloom. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam teori taksonomi Bloom dapat dikembangkan berdasarkan petunjuk al-Qur’an.
 
Kata Kunci: Al-Qur’an; Tafsir; Taksonomi Bloom
 

References

Antara, I. Gede Wahyu Suwela. (2022). Kebutuhan Media Pembelajaran Digital Berorientasi HOTS di Sekolah Dasar. Journal for Lesson and Learning Studies, 5(1).

Aziz, Muhammad Thariq. (2019). Analisis Qur’an Surah al-Quraisy tentang Etos Kerja. Tamaddun: Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Keagamaan, 19(1), 65–74.

Darmalaksana, Wahyudin. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Darmalaksana, Wahyudin. (2022a). Filsafat dan Politik Hukum Islam Perbankan Syariah. Bandung: Sentra Publikasi Indonesia.

Darmalaksana, Wahyudin. (2022b). Panduan Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Darmalaksana, Wahyudin. (2022c). The need for social theology to strengthen the social functions of Islamic banking in Indonesia. HTS Teologiese Studies/Theological Studies, 78(1), 1–13.

Darmalaksana, Wahyudin, & Qomaruzzaman, Bambang. (2020). Teologi Terapan dalam Islam: Sebuah Syarah Hadis dengan Pendekatan High Order Thinking Skill. Khazanah Theologia, 2(3), 119–131.

Hasanah, Nurul, Badriyah, Lailatul, & Selia, Wena Diamard. (2020). Evaluasi Pembelajaran Ditinjau dari al-Qur’an Surah al-Ankabut Ayat 2-3. JPT: Jurnal Pendidikan Tematik, 1(2), 10–20.

Ismail, Muhammad. (2022). Menalar Makna Berpikir dalam al-Qur’an: Pendekatan Semantik terhadap Konsep Kunci al-Qur’an. Universitas Islam Darussalam Gontor Press.

Jusra, Hella, & Alyani, Fitri. (2021). Pelatihan untuk Guru-guru SD dalam membuat Instrumen HOTs Mata Pelajaran Matematika. E-Dimas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 12(1), 167–172.

Nata, Abuddin. (2021). Kemampuan Global dan Tradisi Berpikir Tingkat Tinggi dalam Islam. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 10(2), 201–226.

Oktorinda, Tri. (2017). Penyelesaian Sengketa Rumah Tangga Perspektif Tafsir Buya Hamka terhadap Surat an-Nisa Ayat 34–35. Qiyas: Jurnal Hukum Islam Dan Peradilan, 2(1).

Ramli, Ramli. (2021). Studi Tafsir al-Qur’an: Analisis Ragam Metode dan Pendekatan Tafsir Modern. Journal Al Irfani: Ilmu Al Qur’an Dan Tafsir, 2(2), 46–69.

Saraswati, Putu Manik Sugiari, & Agustika, Gusti Ngurah Sastra. (2020). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam menyelesaikan Soal HOTS Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2), 257–269.

Susilowati, Yayuk, & Sumaji, Sumaji. (2020). Interseksi Berpikir Kritis dengan High Order Thinking Skill (HOTS) Berdasarkan Taksonomi Bloom. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika Dan Pembelajarannya, 5(2), 62–71.

Ulfah, Rani Yatin, Yuliani, Hadma, Azizah, Nadia, & Annovasho, Jhelang. (2022). Deskripsi Kebutuhan Penilaian Terintegrasi Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 1 Palangkaraya. JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 10(1), 23–35.

Wulandari, Wulandari, Marhami, Marhami, Rohantizani, Rohantizani, & Muliana, Muliana. (2020). Peningkatan Kompetensi dan Kreativitas Guru SMP melalui Pelatihan Pembuatan Soal-soal Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Integritas: Jurnal Pengabdian, 4(2), 321–332.

Yahya, Anandita, Yusuf, Kadar M., & Alwizar, Alwizar. (2022). Metode Tafsir (al-Tafsir al-Tahlili, al-Ijmali, al-Muqaran dan al-Mawdu’i). Palapa: Jurnal Studi Keislaman Dan Ilmu Pendidikan, 10(1), 1–13.

 

×
Berita Terbaru Update