Target latihan dalam penulisan artikel ilmiah tidak lain adalah agar peserta bisa menulis artikel ilmiah. Tidak ada tujuan lain, hanya satu hal itu yakni agar peserta bisa menulis artikel ilmiah.
Agar peserta bisa menulis artikel ilmiah, maka dibuatlah panduan penulisan artikel ilmiah yang mencakup tahapan-tahapan, sejak tahap 1 sampai tahap 11. Panduan ini telah diuji coba dan ratusan peserta berhasil menulis artikel ilmiah dengan baik. Semua peserta pasti bisa menulis artikel ilmiah mengacu panduan.
Tahapan penulisan artikel memiliki dua peran. Pertama, mendampingi peserta agar patuh terhadap susunan penulisan artikel ilmiah. Kedua, memastikan peserta mengalami peningkatan keterampilan dalam penulisan artikel ilmiah, sejak tahap 1 sampai tahap 11.
Peserta latihan menyetorkan hasil latihannya per tahap. Secara bertahap pula terhadap hasil latihan dilakukan reviu, terutama menyangkut kesalahan-kesalahan teknis penulisan. Hasil reviu diserahkan kembali kepada penulis sebagai umpan balik (feedback) untuk dilakukan revisi. Melalui pola ini, yakni reviu dan feedback, sudah dapat dipastikan keterampilan peserta terus meningkat. Sebab, mereka pasti berusaha menghindari kesalahan-kesalahan teknis yang sama pada tahap berikutnya.
Peserta ketika melakukan revisi mereka diberi peringatan, yakni jangan menghapus hasil reviu. Mengapa? Karena hasil reviu akan menjadi tanda atau jejak bersama bahwa artikel telah direviu. Sekaligus hal ini untuk memudahkan pereviu agar tidak membaca naskah berulang-ulang tetapi cukup melihat tanda mana hasil reviu yang telah direvisi dan mana yang belum direvisi. Jika hanya satu orang atau dua orang peserta latihan maka pembacaan ulang seluruh naskah tidak akan menyita waktu. Itu sebabnya, mengapa komentar reviu jangan dihapus.
Temasuk hasil paraphrase juga mesti diberi tanda. Artikel ilmiah maksimum similarity 20%. Similarity lebih dari itu harus dilakukan paraphrase. Hasil paraphrase harus ditandai untuk dilakukan reviu ulang. Sebab, terkadang masih dijumpai kesalahan teknis penulisan. Padahal, naskah artikel sebelumnya telah direviu. Dengan demikian, tanda pada paraphrase dimaksudkan untuk memudahkan reviu agar naskah tidak dibaca ulang seluruhnya.
Panduan latihan penulisan artikel ilmiah ini disediakan bagi penulis pemula. Bukan untuk kalangan penulis profesional. Pemula diarahkan dari yang semula tidak bisa menulis dipastikan melalui latihan secara bertahap mereka menjadi bisa menulis artikel ilmiah. Berbeda dengan penulis pemula, penulis profesional bisa menulis artikel ilmiah langsung secara utuh. Tidak mengenal setoran secara bertahap bagi penulis profesional. Meskipun demikian, artikel dari kalangan profesional pun pasti menempuh proses reviu nanti oleh ahli bidang ilmu yang ditunjuk oleh editorial jurnal ketika naskah dikirim ke jurnal ilmiah.
Bisa saja penulis pemula menyetorkan hasil latihannya dalam bentuk naskah artikel secara utuh tanpa melalu setoran secara bertahap. Hanya saja ketentuannya harus dipastikan dua hal. Pertama, naskah artikel telah mengikuti struktur penulisan artikel ilmiah sesuai panduan. Kedua, naskah artikel terhindar dari kesalahan-kesalahan teknis penulisan, dalam hal ini wajar bila masih perlu revisi tetapi revisi minor jangan revisi major (dalam arti amat banyak kesalahan teknisnya).
Jika dua hal di atas terabaikan jelas merepotkan. Dimana reviu setoran langsung satu artikel tanpa bertahap bisa menempuh dua jam. Jika ada setoran 10 artikel, maka reviu butuh 20 jam. Bayangkan bila ada 100 artikel harus direviu. Tentunya, setiap orang punya hak yang sama untuk menerima reviu. Sedangkan reviu setoran langsung naskah secara utuh dari penulis pemula rata-rata sangat menyita waktu. Ada kasus sekitar 50-75 kesalahan teknis penulisan pada satu naskah. Sebaliknya, waktu reviu secara bertahap relatif lebih singkat, dan tahapan ini yang justru memastikan peserta menjadi tuntas menulis tanpa menafikan kerapian.
Tiba di sini, namanya juga latihan, teranglah harus bertahap, yakni agar keterampilan terus meningkat pada tiap tahap. Jika tidak sekarang latihan secara bertahap, maka tetap pasti butuh latihan secara bertahap di masa depan. Khawatir tidak sempat di masa depan, maka sempatkan latihan secara bertahap di masa sekarang. Jangan mengejar nilai formal, tetapi yang paling utama targetnya, yakni bisa menulis artikel ilmiah. Terakhir, semua yakin bisa dan pasti bisa!
Bandung, 11 Juli 2021
Wahyudin Darmalakasana, Pegiat Kelas Menulis Di UIN Sunan Gunung Djati Bandung