Mula-mula
tunjukkan “celah” di latar belakang masalah (latar belakang penelitian). Celah inilah
yang akan “ditutup” oleh peneliti melalui pelaksanaan penelitian.
Lalu,
perumusan masalah! Misalnya “terdapat makna kebahagiaan dalam Al-Qur’an,” “terdapat
idraj dalam sebaran hadis di media sosial,” “terdapat metode healing perspektif
tasawuf,” “terdapat the I dalam the They menurut filsafat eksistensialis,” “terdapat
kearifan lokal dalam keberagamaan masyarakat,” dan lain-lain.
Selanjutnya,
perlu ditegaskan di sini bahwa pertanyaan penelitian cukup 1 (satu) pertanyaan
utama tunggal. Mislanya, bagaimana makna kebahagiaan dalam Al-Qur’an? Copy
paste rumusan menjadi pertanyaan dengan mengganti kata “terdapat" menjadi kata “bagaimana.”
Akan
tetapi, 1 (satu) pertanyaan utama tunggal dapat diurai, minimal menjadi 3 (tiga)
pertanyaan. Yaitu, pertanyaan awal (atas, kepala), pertanyaan tengah (body), dan
pertanyaan akhir (bawah, kaki). Contohnya: 1) Bagaimana teori makna dalam interpretasi
teks Suci; 2) Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an
berkenaan dengan kebahagiaan; dan 3) Bagaimana analisis interpretatif makna kebahagiaan
dalam Al-Qur’an?
Urutan tiga pertanyaan tersebut pada dasarnya alur logis secara garis besar berjalannya penelitian disebut kerangka berpikir, yang teori-teori atau konsep-konsep utamanya akan dijabarkan di bagian tinjauan pustaka. Semuanya merupakan kesatuan sebagai suatu keutuhan gagasan.
Pertanyaan
ketiga adalah pertanyaan utama penelitian. Pertanyaan ketiga merupakan analisis
dari pertanyaan pertama dan pertanyaan kedua. Apabila diurai menjadi 3 (tiga) pertanyaan, maka seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang saling berkaitan (tidak terpisah). Selebihnya, 1 (satu) pertanyaan utama tunggal dibagi menjadi tiga, yakni tidak lain untuk memudahkan nanti pada saat menyusun bagian hasil dan pembahasan.
Tugas
peneliti adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu (jangan lupa gunakan metode yang tepat). Jawaban tersebut berperan
untuk “menutup celah” (permasalahan utama penelitian). Tegaslah bahwa
pertanyaan utama penelitian pada dasarnya cukup 1 (satu) pertanyaan utama tunggal.
Wahyudin
Darmalakasana, Kelas Menulis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.