GAMBARAN UMUM HASIL REVIU PROPOSAL PENELITIAN
Wahyudin Darmalaksana
Last Updated
2020-10-18T03:41:14Z
Penelitian bergantung proposal. Proposal adalah bangunan dari
bagian-bagian yang saling terkait. Bagian-bagian tersebut dapat dibedakan
secara tegas, tetapi tidak bisa dipisahkan. Sebuah penelitian hendaknya dimulai
dari bangunan proposal yang kokoh. Jika bangunan tidak kokoh, maka runtuh.
Sembilan proposal telah direviu. Proposal ini merupakan persyaratan utama
masuk pascasarjana jenjang magister ilmu hadis. Tentu, nantinya dilanjutkan
menjadi tesis. Reviu dimaksudkan untuk menyiapkan proposal secara matang.
Termasuk bisa diubah bila ditemukan subjek dan topik penelitian lain.
Secara umum, ada beberapa catatan hasil reviu di bawah ini:
Pertama, kerapian penulisan perlu mendapat
perhatian utama. Ketika menulis proposal penelitian pada dasarnya adalah telah
menjalankan setengah dari pelaksanaan penelitian. Selebihnya ialah pelaksanaan
penelitian untuk menulis hasil dan pembahsan serta kesimpulan. Ketelitian
menjadi hal utama termasuk kerapian dalam penilisan. Beberapa hal berkenaan
dengan kerapian penulisan silakan klik di sini.
Kedua, penggunaan aplikasi references
dalam rangka pemenuhan standar internasional penulisan akademik sedang
digalakan. Manual penggunaan aplikasi references silakan klik di sini atau klikdi sini.
Ketiga, perlu dibangun keberanian dalam
menulis latar belakang masalah langsung fokus menuju titik masalah. Sehingga
tidak terlalu “mengembara” ke wilayah yang telah lazim atau telah berlaku umum.
Ada baiknya fokus penelitian disusun sejak paragraf pertama dalam latar
belakang masalah. Bahkan, lebih baik lagi ditempatkan di kalimat pertama pada paragraf
pertama tersebut. Ini bertujuan untuk membedakan antara latar belakang dan
kerangka berpikir. Kedua hal ini terkadang tidak dibedakan secara tegas.
Keempat, perspektif syariat atau fiqih
masih sangat kuat “menghegemoni” penelitian hadis. Realita ini membuat situasi “tertutup”
atau kurang terbuka pada pendekatan interdisipliner ilmu keislaman lain,
terlebih pendekatan multidisipliner dari ilmu sosial, science dan
teknologi. Kentalnya “hegemoni” fiqih masih terasa dalam subjek, topik, tema,
dan fokus penelitian hadis.
Kelima, perumusan masalah masih langka
ditemukan dalam bentuk pernyataan. Umumnya, langsung diturunkan ke dalam bentuk
pertanyaan. Ada baiknya dirumuskan sebuah formula penelitian.
Keenam, tujuan penelitian hendaknya
ditulis secara clear untuk menghindari tersisipkannya kata yang kurang
perlu yang justru dapat memalingkan jalan dari tujuan penelitian. Tujuan
penelitian umumnya masih ditulis dalam bentuk narasi akademik secara umum. Apabila
tujuan penelitian tidak ditulis secara clear, maka biasanya peneliti “kebingungan”
menulis bab 3 dan bab 4, sehingga konsekuensinya peneliti “berkelok” di tengah
jalan tidak patuh pada tujuan utama penelitiannya. Begitu pula manfaat
penelitian yang hendaknya disusun hingga implikasiny benar-benar dapat diraskan
bagi pengguna hasil penelitian.
Ketujuh, perlu ada diskusi perbedaan
antara tinjauan pustaka dan kajian penelitian terdahulu. Secara umum, tinjauan pustaka
dipahami sebagai himpunan teori atau konsep berkenaan dengan fokus penelitian. Adapun
kajian penelitian terdahulu adalah telaah untuk menolak, mendukung, dan mensistesis
penelitian sebelumnya. Boleh saja dipadukan antara tinjauan pustaka dan kajian
penelitian terdahulu dengan pemaparan secara tepat.
Kedelapan, kerangka berpikir kerap ada
kerancuan dengan latar belakang masalah, paling tidak sering terjadi
pengulangan. Sering dijumpai pula kerangka berpikir seperti tinjauan pustaka (tinjauan
teoritis). Hal ini nantinya berakibat pengulangan di latar belakang, di kerangka
berpikir, dan di bab 2. Kerangka berpikir adalah diagram yang menggambarkan
secara garis besar logika berjalannya penelitian. Secara teknis, kerangka
berpikir pada dasarnya adalah sistematika penulisan. Jika peneliti “kebingungan”
membuat outline penulisan hasil penelitian, berarti mereka kurang paham
maksud dari kerangka berpikir. Tengoklah kerangka berpikir dalam menentukan
sistematika penulisan.
Kesembilan, metode penelitian
sering digunakan panduan umum yang penulisannya malah membingungkan nanti pada
praksis penelitiannya. Metode penelitian adalah skenario bagaimana penelitian
dilaksanakan mulai dari rencana, pengambilan data, klasifikasi data, analisis
data, dan hingga ditarik sebuah kesimpulan. Padahal, penelitian merupakan
momentum menghasilkan kebaruan, dan kebaruan tidak menutup kemungkinan justru
ditawarkan dari metode penelitian. Pada bagian ini paling utama tegaskan jenis
penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, dan analisis penelitian.
Semua hal di atas hanya bahan diskusi. Tidak ada di dunia ini manusia yang paling hebat dalam menyiapkan proposal penelitian. Diskusi ini dimaksudkan
untuk kebaikan bersama dalam peningkatan kualitas penulisan demi keberhasilan
penelitian dan sekaligus publikasi ilmiah hasil penelitian di masa datang.
Bandung, 18 Oktober 2020
Wahyudin Darmalaksana, Pengampu Metodologi Ilmu Hadis UIN Sunan Gunung
Djati Bandung