-->

Notification

×

Iklan

Iklan

GAMBARAN UMUM HASIL REVIU PROPOSAL PENELITIAN

Sunday, October 18, 2020 | 10:39:00 AM WIB Last Updated 2020-10-18T03:41:14Z

 


 


 
Penelitian bergantung proposal. Proposal adalah bangunan dari bagian-bagian yang saling terkait. Bagian-bagian tersebut dapat dibedakan secara tegas, tetapi tidak bisa dipisahkan. Sebuah penelitian hendaknya dimulai dari bangunan proposal yang kokoh. Jika bangunan tidak kokoh, maka runtuh.
 
Sembilan proposal telah direviu. Proposal ini merupakan persyaratan utama masuk pascasarjana jenjang magister ilmu hadis. Tentu, nantinya dilanjutkan menjadi tesis. Reviu dimaksudkan untuk menyiapkan proposal secara matang. Termasuk bisa diubah bila ditemukan subjek dan topik penelitian lain.
 
Secara umum, ada beberapa catatan hasil reviu di bawah ini:
 
Pertama, kerapian penulisan perlu mendapat perhatian utama. Ketika menulis proposal penelitian pada dasarnya adalah telah menjalankan setengah dari pelaksanaan penelitian. Selebihnya ialah pelaksanaan penelitian untuk menulis hasil dan pembahsan serta kesimpulan. Ketelitian menjadi hal utama termasuk kerapian dalam penilisan. Beberapa hal berkenaan dengan kerapian penulisan silakan klik di sini.
 
Kedua, penggunaan aplikasi references dalam rangka pemenuhan standar internasional penulisan akademik sedang digalakan. Manual penggunaan aplikasi references silakan klik di sini atau klikdi sini.
 
Ketiga, perlu dibangun keberanian dalam menulis latar belakang masalah langsung fokus menuju titik masalah. Sehingga tidak terlalu “mengembara” ke wilayah yang telah lazim atau telah berlaku umum. Ada baiknya fokus penelitian disusun sejak paragraf pertama dalam latar belakang masalah. Bahkan, lebih baik lagi ditempatkan di kalimat pertama pada paragraf pertama tersebut. Ini bertujuan untuk membedakan antara latar belakang dan kerangka berpikir. Kedua hal ini terkadang tidak dibedakan secara tegas.
 
Keempat, perspektif syariat atau fiqih masih sangat kuat “menghegemoni” penelitian hadis. Realita ini membuat situasi “tertutup” atau kurang terbuka pada pendekatan interdisipliner ilmu keislaman lain, terlebih pendekatan multidisipliner dari ilmu sosial, science dan teknologi. Kentalnya “hegemoni” fiqih masih terasa dalam subjek, topik, tema, dan fokus penelitian hadis.
 
Kelima, perumusan masalah masih langka ditemukan dalam bentuk pernyataan. Umumnya, langsung diturunkan ke dalam bentuk pertanyaan. Ada baiknya dirumuskan sebuah formula penelitian.
 
Keenam, tujuan penelitian hendaknya ditulis secara clear untuk menghindari tersisipkannya kata yang kurang perlu yang justru dapat memalingkan jalan dari tujuan penelitian. Tujuan penelitian umumnya masih ditulis dalam bentuk narasi akademik secara umum. Apabila tujuan penelitian tidak ditulis secara clear, maka biasanya peneliti “kebingungan” menulis bab 3 dan bab 4, sehingga konsekuensinya peneliti “berkelok” di tengah jalan tidak patuh pada tujuan utama penelitiannya. Begitu pula manfaat penelitian yang hendaknya disusun hingga implikasiny benar-benar dapat diraskan bagi pengguna hasil penelitian.
 
Ketujuh, perlu ada diskusi perbedaan antara tinjauan pustaka dan kajian penelitian terdahulu. Secara umum, tinjauan pustaka dipahami sebagai himpunan teori atau konsep berkenaan dengan fokus penelitian. Adapun kajian penelitian terdahulu adalah telaah untuk menolak, mendukung, dan mensistesis penelitian sebelumnya. Boleh saja dipadukan antara tinjauan pustaka dan kajian penelitian terdahulu dengan pemaparan secara tepat.
 
Kedelapan, kerangka berpikir kerap ada kerancuan dengan latar belakang masalah, paling tidak sering terjadi pengulangan. Sering dijumpai pula kerangka berpikir seperti tinjauan pustaka (tinjauan teoritis). Hal ini nantinya berakibat pengulangan di latar belakang, di kerangka berpikir, dan di bab 2. Kerangka berpikir adalah diagram yang menggambarkan secara garis besar logika berjalannya penelitian. Secara teknis, kerangka berpikir pada dasarnya adalah sistematika penulisan. Jika peneliti “kebingungan” membuat outline penulisan hasil penelitian, berarti mereka kurang paham maksud dari kerangka berpikir. Tengoklah kerangka berpikir dalam menentukan sistematika penulisan.
 
Kesembilan, metode penelitian sering digunakan panduan umum yang penulisannya malah membingungkan nanti pada praksis penelitiannya. Metode penelitian adalah skenario bagaimana penelitian dilaksanakan mulai dari rencana, pengambilan data, klasifikasi data, analisis data, dan hingga ditarik sebuah kesimpulan. Padahal, penelitian merupakan momentum menghasilkan kebaruan, dan kebaruan tidak menutup kemungkinan justru ditawarkan dari metode penelitian. Pada bagian ini paling utama tegaskan jenis penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, dan analisis penelitian.
 
Semua hal di atas hanya bahan diskusi. Tidak ada di dunia ini manusia yang paling hebat dalam menyiapkan proposal penelitian. Diskusi ini dimaksudkan untuk kebaikan bersama dalam peningkatan kualitas penulisan demi keberhasilan penelitian dan sekaligus publikasi ilmiah hasil penelitian di masa datang.
 
 
Bandung, 18 Oktober 2020
Wahyudin Darmalaksana, Pengampu Metodologi Ilmu Hadis UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 
 
 
 


×
Berita Terbaru Update